Sekolah Alam Nurul Islam

    Indent Siswa Baru


     

    Ayahku Teladanku | Kemah Bersama Ayah Hebat | Kelas 2 10-11 Februari 2023

    Oleh Ustadzah Win Hartanti



    Awan putih telah berubah menjadi abu-abu. Semilir angin telah berubah semakin dingin. Embung Kaliaji sepertinya telah siap menyambut pengisinya. Sementara satu persatu keluarga telah mendatangi Embung Kaliaji. Masing-masing mulai mendirikan tenda Bersama dengan buah hatinya. Saat suasana sudah semakin mendung dan akhirnya titik-titik air mulai berjatuhan membasahi bumi. Semua orang mulai memasuki tenda yang telah berhasil dibangun. Sebagian yang baru datang memilih berteduh agar tidak kedinginan. Meski ada Sebagian yang masih nekat mendirikan tenda dengan memakai jas hujan dan payung.


    Semua Nampak bersemangat, semua Nampak optimis. Berharap dengan doa semoga hujan mereda. Namun, sepertinya Allah sedang menikmati untuk menurunkan berkah-Nya ke dunia. Hujan semakin deras dengan sesekali angin bertiup membawa butiran air hujan masuk ke dalam ruangan dan tenda-tenda yang terpasang. Tidak berapa lama hujan pun mereda sesaat. Orang tua dan anak-anak segera menunaikan sholat ashar. Beberapa ayah lainnya terlihat membantu orang tua yang baru datang untuk mendirikan tenda.

    Tidak terlihat wajah-wajah muram dan sedih meski hujan Kembali mengguyur Embung Kaliaji. Setelah melaksanakan sholat maghrib Ayah dan Ananda makan malam. Kemudian Sholat Isya dilaksanakan kurang lebih jam 19.40 sehingga waktu untuk agenda Acara mundur kurang lebih 30 menit. Dengan ditemani suara rintik hujan, akhirnya pembukaan Kemah Bersama Ayah dilaksanakan. Untuk para Ayah agenda dilanjutkan dengan ngobrol bareng Bersama dengan Pak Slamet dan Pak Irman sebagai pembicara. Beliau berdua menceritakan tentang segala suka duka saat membersamai anak-anak mereka di SDIT alam nurul islam. Mereka berdua memiliki beberapa anak yang sudah lulus dari SDIT Alam Nurul Islam. 

    Selanjutnya untuk anak-anak ada agenda tersendiri yaitu mendengarkan dongeng dari Kak Dani. Meski konsepnya adalah dongeng, bahkan Kak Dani membawa teman bonekanya Bernama Dito, anak-anak banyak yang terharu hingga menangis sejadinya saat Kak Dani berkisah tentang Ayah-ayah hebat mereka. Dengan diselingi tawa karena candaan Dito, banyak yang menangis teringat akan ayah mereka masing-masing. Acara ditutup dengan challenge bagi Ananda untuk mencium tangan, memeluk ayah mereka, mencium kedua pipinya dan mengatakan “I Love You” sebagai wujud tanda sayang dari anak-anak.

    Acara seharusnya dilanjutkan dengan penampilan, namun banyak orang tua yang mengatakan bahwa anak-anak sudah capek sehingga agenda penampilan diundur Sabtu pagi. Acara kemudian ditutup dengan challenge ayah membacakan cerita sebelum tidur di tenda. Gerimis masih terasa di Embung Kaliaji, angin dingin mulai menusuk sampai ke dalam selimut dan tenda. Ada beberapa keluarga memilih tidur di mobil, ada yang setia tidur di tenda, ada pula yang mencari beberapa pendopo untuk tidur malam itu.

    Suara ustadz Budi terdengar merdu membangunkan peserta kemah. Ternyata waktu sholat tahajud telah dating. Ustadz Budi mengajak murajaah anak-anak hingga beberapa wali dan anak-anak telah berkumpul untuk sholat tahajud berjamaah. Alhamdulillah, sampai sholat subuh dilaksanakan anak-anak dan ayah telah terbangun. Selanjutnya diadakan kegiatan jalan memutari embung, namun sebelumnya ada sambutan dari kepala sekolah yang baru bisa hadir pada acara karena semalam berada di kelas 1. 

    Selesai berjalan memutari embung, acara dilanjutkan dengan penampilan ayah dan anak yang tertunda tadi malam. Dimulai dari kelas 2A dengan penampilan membawakan 2 lagu, dilanjutkan dengan penampilan dari kelas 2B dan ditutup dengan penampilan kelas 2c. Akhirnya acara ketiga di pagi hari itu dilanjutkan dengan lomba masak nasi goreng per regu oleh para ayah. Semangatnya mereka memasak terekam dari betapa hebohnya para ayah menyiapkan lomba. Setelah itu anak-anak dan ayah sarapan menggunakan nasi goreng buatan mereka. Dan acara dilanjutkan dengan game sederhana. Game berlangsung dengan seru, terdengar teriakan penyemangat dari para peserta. Ada pula yang tertawa melihat tingkah polah peserta lainnya. Game berhasil dimenangkan oleh keluarga kelas 2C

    Setelah pengumuman juara lomba, dari penampilan, kemudian lomba masak nasi goreng akhirnya acara ditutup dengan senyum Bahagia para ayah dan Ananda. Semoga acara seru lainnya Bersama orang tua bisa berjalan dengan sukses dan lancar.



    Magang Bakat

    "Lho baru SD kok sudah magang?"

    Hampir itu pertanyaan yang dilayangkan kepada guru kelas 6 yang hari itu seharian menyampaikan surat resmi sekolah di 19 lokasi tempat Magang Bakat.
    Pertanyaan itu wajar adanya, karena memang dalam sejarah di Jogja belum satu pun pernah dijumpai fenomena kegiatan magang untuk anak SD.
    Ini adalah program magang bakat kali tahun yang ketiga bagi siswa kelas 6. Magang bakat berbeda dengan magang yang dilakukan oleh siswa SMK apa mahasiswa. Jika selama ini magang ditujukan untuk mengasah skill agar peserta magang lebih terampil di dunia profesi, untuk magang bakat ini berbeda.
    Karena peserta magang bakat sendiri masih di usia SD. Tentu belum pas jika dunia profesi ditargetkan kepada mereka.
    Magang bakat ini adalah bentuk experiencial learning, pembelajaran siswa yang merasakan langsung aktivitas yang dilakukan. Bukan sekedar hanya mendengar dan menyimak ceramah dari guru.
    Bukan keahlian profesi yang disasar. Tapi, lebih ke menguji adab siswa di kehidupan nyata. Pendidikan adab tidak cukup hanya diceramahkan. Tapi harus diuji langsung bertemu dengan orang. Apalagi yang belum di kenal di ruang publik.
    Sikap taat tentu tak cukup hanya dipesankan berulang kali. Tapi juga harus diasah dengan nyata.
    Magang bakat ini berlangsung selama 3 hari. Dimulai hari Selasa ini sampai besok Kamis. Memang cukup singkat durasinya. Di beberapa lokasi magang bakat ada komentar "Cuma 3 hari ya Pak, pendek sekali". Betul juga. Masukan ini jadi masukan untuk program Magang Bakat tahun depan.
    Hari ini hari pertama Magang Bakat. Kami mengadakan kunjungan untuk melihat langsung dan ngobrol dengan pemilik lokasi magang bakat.
    Ada sebuah pertanyaan menarik dari pemilik lokasi Magang Bakat.
    "Apakah ini terkait dengan kurikulum Profil Pelajar Pancasila ?"
    "Apakah ini merupakan implementasi dari kurikulum merdeka?"
    Kami hanya ingin bahwa setiap siswa yang akan lulus nanti bisa menjawab pertanyaan "Siapa kamu ?" dengan jawaban "Ini lho saya"
    Karena saat siswa bisa menjelaskan dengan detail dan mantab siapa dirinya, itu bagian dari kejelasan kemana selanjutnya akan meneruskan kehidupannya.
    Mengapa tak sedikit anak bahkan orang dewasa yang masih sulit mendeskripsikan siapa dirinya, itu adalah biang dari ketidakjelasan kemana setiap pilihan dalam hidupnya. Hari demi hari, tahun demi tahun tidak semakin memperjelas justru makin membuatnya insecure.
    Akhirnya, munculnya apa yang disebut dengan kenakalan remaja itu bukankah berawal dari ketidakjelasan itu.
    Kejelasan siapa aku itu hanya bisa dijawab oleh diri yang bersangkutan. Bukan dengan status, titel, seragam, anggota atau kader apa.

    Saat kami berkunjung ke Grhatama Pustaka DIY. Yang berada di sebelah timur Jogja Expo Center. Kami disambut oleh Bu Gandes. Beliau sangat excited dengan program Magang Bakat ini.
    "Program ini seperti mimpi saya yang menjadi kenyataan", kata beliau. Di tahun 2019an beliau pernah ajukan program semacam visiting anak ke Grhatama. Di situ anak-anak akan dikenalkan dengan dunia pustaka dengan kemasan menarik.
    Mengenal pemoresan buku dari deskripsi, kodifikasi sampai siap disimpan di rak pustaka. Pogram read a loud dengan bentuk dongeng sampai cosplay dengan kostum figure cerita. Sampai memproduksi sebuah tulisan yang akan dikemas dalam bentuk buku di akhir program.
    Program itu terinspirasi setelah beliau ada kunjungan ke Singapura. Tapi sayang karena sesuatu hal ditambah pandemi covod, program itu belum bisa direalisasi. Ketemu dengan siswa yang magang bakat ini, mimpi bu Gandes dahulu akan bersemi kembali.




    Kunjungan kedua di studio Arvi. Di daerah Tegalrejo Jogja. Sebuah usaha di bidang jahit dan sablon kaos. Sambutan hangat kami dapatkan di sini. Pemilik Arvi langsung ikut gabung di forum obrolan kami dan siswa.
    Beliau langsung menceritakan bagaimana perjalanan Arvi studio yang sangat heroik. Pernah mengalami jatuh bangun usahanya. Di saat kejatuhannya yang paling terpuruk justru saat itu membawanya pada titik kesadaran tauhid yang paling dalam. Tercermin dari ungkapan ownernya "Kerja itu kan sebenarnya cuma nunggu sholat kan pak"

    Beberapa tempat magang bakat selanjutnya seperti Nurul Khikmah Daycare, Toko Weepy, PAUD Alam Uswanun Khasanah dan Mekar Jaya Mart selanjutnya yang lokasi yang dikunjungi. Lokasi lain dilanjut hari berikutnya.







    Backpacker Ke Semarang

     








    Nuris Channa MiniContest : Even Perdana Yang Diorganisir Oleh Siswa

     

    Setiap selesai evaluasi akhir semester ganjil ada kegiatan Nuris Games. Tapi di momen akhir semester kali ini ada sebuah kejutan. Mengapa kejutan ? Karena di luar agenda kegiatan Nuris Games, siswa kelas 6A membuat even yang menarik.

    Even itu adalah Nuris Channa MiniContest. Berawal dari beberapa siswa yang punya hobi memelihara ikan Channa, mereka sepakat untuk membuat even yang perdana diorganisasi oleh siswa itu. 

    Semua panitia dari ketua, bendahara sampai yang cari desain poster digital oleh siswa. Begitu disepakati even itu, siswa yang menguasai aplikasi desain Canva langsung browsing model poster digital. Kemudian dengan segera poster itu diubah sesuai dengan ketentuan.


    Termasuk pesan piala kejuaraan juga mereka sendiri yang melakukan. Karena waktu sudah mepet sehingga desain piala hanya bisa memilih yang ada di lapak pembuatan piala. Mereka memilih piala berbentuk kayu kemudian ditempel stiker identitas even minicontest.

    H-1 even, para peserta sudah mulai loading aquarium dan ikan Channanya. Mengapa harus H-1? Karena dalam contenst Channa itu yang dibutuhkan adalah performa Channa. Untuk mendapatkan Channa yang atraktif dibutuhkan adaptasi lingkungan dahulu. Proses pengangkutan beresiko membuat Channa terganggu secara adaptasinya. Sehingga dengan didiamkan selama 24 jam harapannya Channa akan segera beradaptasi dan bisa atraktif saat dinilai.



    Dari publikasi yang dibagi ternyata yang minat bukan hanya siswa kelas 6 saja. Tercatat peserta ada yang dari kelas 1, 2, 3, 5 bahkan kelas 9. Mereka masing-masing membawa Channa jagoannya sendiri-sendiri untuk ditandingkan saat kontes nanti.
     

     

    Saat kontes pun tiba. Agar proses penilaian kondusif untuk sementara para penonton tidak diperkenankan masuk ruangan dahulu. Agar para Channa bisa menunjukkan gayanya dengan maksimal. Tanpa terganggu oleh penonton. Sebagai juri, siswa kelas 6A menunjuk ustadz Ginong yang memang sebagai pecinta binatang. 
    Setelah proses penilaian dilakukan akhirnya sebagai pemenang kontes dan meraih juara 1 adalah Channa milik mas Razan kelas 6C kemudian disusul Channa milik Dzulnan kelas 6A dan urutan ketiga Channa milik mas Fadlin kelas 9.

    Setelah kontes selesai di arena even mendapat kunjungan pak Fathoni yang merupakan ayah dari salah seorang siswa kelas 1 yang ikut kontes. Sungguh surprise ternyata pak Fathoni ini merupakan salah seorang ahli dalam perChannanaan. Saat ini pak Fathoni sedang membuat konten dan sangat mengejutkan lagi ternyata pak Fathoni ini kenal baik dengan Fajar Arif. Bagi para pecinta Channa pastilah kenal bener siapa Fajar Arif. Kemudian anak-anak diberi kesempatan video call dengan Fajar Arif semua nampak gembira penuh kejutan.
      

    Backpacker Ke Solo


     Kata siapa kalo jalan-jalan itu hanya untuk healing. Senang-senang. Hura-hura. Saja ?

    Tour, perjalanan itu salah satu metode experiential learning yang paling nendang banget. Kenapa?
    Di sini bukan semata teori. Bukan semata omongan dan ceramah.
    Pelakunya akan sangat nyata mengalami setiap detik dan detail kejadian.
    Banyak kemungkinan di luar rencana sangat terbuka untuk terjadi.
    Jika terjadi salah tak bisa di tip-ex. Atau dihapus. Tapi terus dihadapi.
    Setiap orang dipaksa untuk siap melakukan antisipasi. Mitigasi.
    Meski bisa juga banyak kejutan yang membahagiakan muncul tiba-tiba.
    Tentu belajar meodel ini super dinamik dibanding manakala duduk manis di bangku kelas yang bersih dan dingin karena AC.
    Mentaati aturan untuk antri. Menggunakan masker. Duduk mendahulukan yang manula dan ibu hamil. Tidak makan minum saat di kereta. Itu semua harus dilakukan.
    Adab langsung bisa diuji di metode ini. Jika tak beradab, teguran langsung dari siapapun akan didapatinya.
    Antisipasi hajat pribadi harus diseting beda dengan saat tak dalam perjalanan.
    Manajemen perbekalan dan cara membawanya.
    Menyusun itinerary tujuan perjalanan berikut membaca peta wilayah dan moda transportasi yang dipilih.
    Tak lupa manajemen keuangan supaya tidak boncos dan setiap rupiah efektif dikeluarkan.
    Sungguh indah Allah memberi fasilitas kepada para musafir. Boleh menjama' qashar sholat, boleh tidak puasa saat Ramadhan, boleh tidak jum'atan, doanya diijabah selama perjalanan, bahkan masuk dalam satu dari 8 asnaf penerima zakat.



    INFLUENCER - FOLLOWER


    Guru itu harusnya menginspirasi bukan hanya suka beri instruksi.
    Mungkin ada benarnya ungkapan itu.
    Pagi ini, setelah siswa kelas 6 sholat Dhuha dan Ma'tsurat, sengaja aku tak ingin mendahului membuka morning speech. Kuminta guru lain memulainya.
    Alasannya, suasana hati yang sedang diliputi negatif mood saja. Setelah menyaksikan sikap tidak seriusnya beberapa oknum siswa saat dzikir.
    Ternyata teman guru membuka forum dengan memanggil salah satu oknum siswa tak tertib itu maju menemaninya. Si guru bertanya menelisik mengapa ia dipanggil ke depan.
    Persis yang kuharapkan. Si guru tidak lantas marah dengan sikap tidak tertibnya si oknum siswa. Tapi berdialog memandu pelan sehingga si oknum mengakui kesalahannya.
    Aku suka sekali ungkapan yang dipakai si guru. "Kalian itu lebih suka MENGATUR kan daripada DIATUR ?" MAKA, "Aturlah diri kalian sendiri jangan menunggu orang lain untuk mengatur diri kalian!"
    Beberapa waktu berjalan, mood negatifku mulai menghilang. Jadi ingin ikut menambahkan diskusi pagi itu. Si guru pun mempersilahkanku.
    Kuawali pembicaraanku dengan kata-kata yang kucoba mewakili apa yang mereka rasakan.
    "Sebenarnya ustadz gak mau ngomong banyak, karena dengerin orang yang banyak omong itu membosankan, betul ?"
    Kulihat ada beberapa anak menganggukkan kepala. Pelan.
    "Ustadz sedang berpikir keras untuk memilih kata-kata yang tepat. Jadi biar sedikit kalian dengarnya. Sedikit tapi jitu menembus hati"
    Nampak ada satu dua anak menekan pelan dadanya dengan kedua tangannya.
    "Untuk berubah itu memang berat. Bisa saja ustadz marah besar saat ini dan kalian bisa berubah jadi tertib. Tapi bukan perubahan seperti itu yang diharapkan"
    "Perubahan seperti itu tipu-tipu. Hanya formalitas. Action saja. Yang seperti itu berat lho. Karena hati belum mau berubah. Tapi badan dipaksa berubah"
    Kucoba telanjangi apa yang ada di benak kata hati mereka.
    "Yang berubah beneran sama formalitas itu sangat bisa dibedakan lho"
    "Memang yang beneran itu penentunya hidayah. Dan itu misteri hanya kehendak Allah"
    "Ustadz gak muluk-muluk semua harus berubah. Cukup sedikit dari kalian bisa berubah beneran. Berprinsip. Maka yang sedikit itu akan menarik sisanya yang bisa jadi lebih banyak untuk mengikuti kebaikannya"
    *****************************************
    Guru olahraga pas ijin tak berangkat. Rencana awalnya siswa putra akan sepakbola. Karena jumlah siswanya yang terlalu besar, sepakbola urung dilakukan.
    Niat awalku hanya menunggui siswa olahraga. Tapi melihat siswa yang tak jadi sepakbola, kulemparkan pertanyaan.
    "Ayo lari maraton saja supaya bisa semua melakukan" tawarku yang sebenarnya jawabannya sudah ketahuan.
    Lalu, ada siswa yang usul "Jalan-jalan ustadz !"
    Kuiyakan usulnya. Lalu kita beberapa siswa berangkat jalan. Tujuannya belum jelas. Yang penting jalan dulu.


    Sambil jalan kita ngobrol. Ternyata, angkatan ini termasuk yang tak sempat mengalami aktivitas pembelajaran yang 'aneh-aneh'.
    Hal itu ketahuan setelah kuceritakan aktivitas-aktivitas pembelajaran kelas yang pernah kuampu seperti, tangkap ikan lalu dibakar dan makan siang di pinggir kali. Penjelajahan mencari harta karun dan seterusnya.
    Sampailah obrolan kami pada istilah bonek. Aksi nekat para suporter Persebaya.
    "Kira-kira orang tua kalian mengijinkan gak ya kalau ustadz ngajak kalian mbonek"
    "Maksudnya ustadz?" selidik mereka.
    "Ya pokoknya kita pergi tanpa bekal selama 24 jam, nanti kalau butuh makan apapun dilakukan. Kalau butuh transport bisa menghentikan truk atau pick up" jelasku
    "Kayaknya kalo program sekolah diijinkan ustadz" salah seorang menimpali.
    "Ayo ustadz setuju" jawab beberapa anak lain.
    "Ah jangan ah, kita baru fokus untuk nyiapkan ASPD kan" batalku
    "Ya ustadz, gak apa-apa" jawab mereka dengan nada kecewa.
    "Gimana kalo mboneknya sekarang saja?" kataku
    "Maksudnya?"
    "Kita jalan lurus ke selatan sampai jalan godean trus ke arah timur ke ringroad, lalu ke utara menuju sekolah ?" tantangku.
    "Ayo, siapa takut ?" jawab mereka semangat.
    Tak terasa jalan sudah mulai menjauh. Jalan terus tanpa bekal jika haus kita bertekad mampir masjid minum air kran.


    Alhamduillah ada sebuah masjid yang menyediakan air galon. Gak jadi deh minum air kran.
    Dan betapa kagetnya, ternyata yang ngikut semua siswa laki-laki. Hanya 2 siswa saja yang gak ngikut.
    Di akhir perjalanan, kami dapati pemaknaan ngobrol pagi tadi di masjid.
    Bahwa sedikit saja yang berubah jadi baik dan BERPRINSIP KUAT akan mampu menarik mayoritas lainnya mengikuti kebaikan menjadi barisan yang dipimpin oleh influencer.

    SARAPAN MATEMATIKA


    Penulis : Siti Nurrochmah, S. Pd. Si.



    Tidak bisa dipungkiri jika saat ini matematika bagi sebagian anak menjadi salah satu mata pelajaran yang paling tidak di sukai. Bahkan ada sebgian anak yang benar-benar tidak menyukai matematika. Tentunya dengan berbagai alasan, diantaranya matematika itu sulit, matematika itu banyak rumusnya, aematika itu angkanya benar-besar dan membuat pusing tujuh keiling, dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya. Jika anak-anak ditanya satu persatu pasti akan ada seribu satu alasan kenapa mereka tidak menyukai matematika.
    Karena beberapa alasan tadi maka muncullah mindset anak-anak kalau matematika itu sulit. Mindset itu terus mereka bawa hingga kelas 5, sekarang ini. Sehingga tidak jarang dijumpai sudah kelas 5 tapi perkalian dan pembagian dasar masih belum lulus. Hal ini terjadi di kelas saya (5A). Awal masuk di kelas 5A sebagian besar anak kesulitan dalam perkalian dan pembagian dasar. Padahal perkalian dan pembagian dasar seharusnya sudah harus mereka kuasai di kelas-kelas sebelumnya.
    Hal ini sangat menganggu proses belajar mengajar terutama ketika masuk materi FPB dan KPK.  Anak mengalami kesulihan dalam mengalikan bilangan. Saya pun mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi karena sebagian besar anak masih belum lulus perkalian dan pebagian dasarnya. Melihat kondisi tersebut terbesit dipikiran saya untuk memperbaiki perkalian dan pembagian dasar anak-anak terlebih dahulu.
    Kali ini metode yang saya gunakan adalah mengedril anak-anak sebisa mungkin setiap hari untuk mengerjakan soa-soal perkalian yang sudah saya buat (tipe soal pertama). Soal berjumlah 50 soal, dengan waktu hanya 5 menit. Setelah 5 menit berlalu maka selesai maupun tidak selesai anak-anak harus berhenti mengerjakan. Begitu sterusnya hingga beberapa hari dan dengan soal yang sama.
    Soal baru akan di ganti jika sebagian besar anak sudah di anggap lulus tentunya dengan mendapkan nilai yang bagus atau kesalahan tidak lebih dari 5 soal. Setelah di anggap lulus soal akan di ganti dengan tipe soal kedua. Tipe soal yang ke dua masih tentang perkalian hanya saja soalnya di buat sedikit berbeda meskipun masih ada soal yang sama namun letak nomernya di buat berbeda dengan tipe soal yang pertama. Tipe soal yang kedua perlakuannya sama degan tipe soal pertama, dikerjakan berulang-ulang dan dalam waktu 5 menit.
    Setelah tipe soal pertama dan kedua dianggap lulus maka anak-anak akan melanjutkan tipe soal yang ketiga, yaitu tentang pembagian dasar. Tipe soal yang ketiga perlakuannya juga sama degan tipe soal pertama dan kedua, dikerjakan berulang-ulang dan dalam waktu 5 menit. Kami biasa menyebut metode ini dengan sebutan “sarapan matematika”.
    Hari pertama anak-anak mengerjakan soal perkalian dasar hasilnya sungguh luar biasa, hanya tiga anak yang salahnya kurang dari 10, lainya di atas 10 semua bahkan ada satu anak yang salahnya mencapai 46 dari 50 soal. Berati soal yang  dikerjakan dengan benar hanya 4 soal. Karena saya sudah menyampaikan ke anak-anak kalau sarapan matematika ini akan dikerjakan berulang-ulang, maka untuk hari kedua dan seterusnya hasinyal sudah lebih baik dari hari pertama.
    Tipe soal pertama dikerjakan selama 9 hari, dengan hasil di hari kesembilan ada 11 anak yang benar semua, 5 anak salah 1, 1 anak salah 3, 1 anak salah 8, satu anak salah 9, dan 4 anak tingakat kesalahan masih di atas 10 yaitu salah 13, 15, dan 28. Satu lagi ijin tidak masuk karena sakit cacar. Karena hanya tinggal 4 anak yang belum lulus maka tipe soal pertama saya anggap selesai dan akan beralih ke tipe soal yang kedua.
    Di tipe soal yang kedua ini anak-anak sudah semakin lihai, hasilnya juga lebih bagus dari tipe soal pertama. Untuk tipe soal yang kedua ini hanya dikerjakan selama 4 hari. Dengan hasil akhir 14 anak benar semua, 3 anak alah 1, 1 anak salah 2, 1 anak salah 5, 1 anak salah 9, dan 3 anak tingakat kesalahan masih di atas 10 yaitu salah 14, 15, dan 20. Satu lagi masih ijin tidak masuk karena sakit cacar. Karena hanya tinggal 4 anak yang belum lulus maka tipe soal kedua saya anggap selesai dan akan beralih ke tipe soal yang ketiga. Tentunya dengan selalu meyampaikan ke annak-anak untuk selalu mengulang-ngulang sendiri di rumah dengan di dampingi orang tua masing-masing.
    Ketika saya memberikan tipe soal yang ketiga, yaitu pembagian dasar hasilnya masih jauh dari harapan saya. Hanya 3 anak yang benar semua dan 4 anak salahnya kurang dari 10 sisanya kesalahan di atas 10 nomor. Bahkan ada satu anak yang salahnya mencapai 44 dari 50 soal. Tipe soal yang ketiga ini juga dilakukan berulang-ulang. Di tipe soal yang ketiga ini karena saya mengalami kekurangan waktu, maka saya meminta bantuan orang tua/wali murid dengan memberikan soal-soal pembagian dasar ke beberapa anak yang saya anggap masih kurang dan dikerjakan di rumah dengan didampingi orang tua masing-masing tentunya dengan metode yang sama ketika di sekolah, yaitu waktunya hanya 5 menit dan selalu menginformasikan hasilnya ke saya.
    Alhamdulillah dukungan dari orang tua sangat luar biasa sehingga ketika mengerjakan sarapan matematika di sekolah tentang pembagian hasilnya selalu mengalami peningkatan, meskipun masih ada 6 anak yang salahnya di atas 10.  Karena keterbatasan waktu, maka tipe soal ketiga ini saya hentikan. Hasil dari tipe soal ketiga ini adalah 11 anak benar semua, 1 anak salah 2, 1 anak salah 3, 1 anak salah 4, 1 anak salah 5, 1 anak salah 6, 1 anak salah 9, 3 anak salah 11, 1 anak salah 17, 1 anak salah 19, 1 anak salah 26, dan 1 anak tidak beragkat karena sakit.
    Dengan sarapan matematika ini kemampuan perkalian dan pembagian dasar anak-anak semakin mengalami peningkatan sehingga sangat membantu sekali dalam proses belajar mengajar. Sarapan matematiaka ini akan lebih baik jika dilakukan secara terus menerus sampai anak-anak benar-benar menguasainya hingga diluar kepala. Takutnya jika langsung dihentikan anak-anak akan lupa lagi.
    Sleman, 24 November 2018