2 Mei : Hari Pendidikan Nasional, Puisi Guru

» » » 2 Mei : Hari Pendidikan Nasional, Puisi Guru

Hari ini 2 Mei 2011, hari Pendidikan Nasional. SDIT Alam memperingatinya dengan acara khusus. Bukan upacara. Meski bukan upacara tapi tidak mengurangi kekhidmatan peringatan Pendidikan Nasional.

Seluruh siswa, dari kelas 1 sampe kelas 6 dikumpulkan di GOR SDIT Alam. Peringatan dilakukan secara lesehan. Alias duduk bersila, kayak nonton wayang aja. Setelah pembukaan yang dibawakan oleh MC kondang, Ust. Bintara, disusul dengan muroja'ah, menghafal kembali al-Qur'an dari surah An-Naba sampe An-Naas. Muroja'ah hafalan dipimpin langsung oleh Ust. Budi Suprayitno dan disimak oleh Ust. Mukhtasar.

Suasana syahdu terdengar alunan Qur'an juz 30. Sembari bagi kelas atas mengulang, memanggil kembali memori hafalan yang dulu pernah diukir dari kelas 1. Tiga puluh menit berlalu, acara berlanjut dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Disusul lagu Satu Nusa Satu Bangsa, Hymne Guru. Diakhiri dengan lagu penyemangat Bingkai Kehidupan-nya ShouHar (Shoutul Harokah). Suasana memanas terbakar dentuman lagu yang menyemangat. Setelah memanas semangat, diteruskan dengan pembagian Doorprize untuk siswa. Syaratnya, siswa harus bercerita tentang pengalaman menariknya selama di SDIT Alam Nurul Islam.

Waduh, ternyata banyak juga yang pingin sharing pengalaman menariknya. Padahal doorprize-nya cuman ada 10 nih. Terpaksa deh Ust. Bintara harus menyeleksi 10 terbaik cerita menarik. Setelah selesai doorprize, diadakan peluncuran perdana buletin SDIT Alam Nurul Islam. Judulnya "AKU SIP". SIP kependekan dari Sholih, Ilmuwan, Pemimpin. Di buletin ini siapapun bisa berpartisipasi mengirimkan tulisannya. Bagi yang ditayangkan akan mendapat imbalan atas karya tulisnya.

Setelah launching buletin, dilanjut dengan acara pengumuman penghargaan bagi ustadz-ustadzah berprestasi. Yang ditunjukkan dengan karya alat peraga. Banyak karya yang terkumpul. Ada berupa kartu mainan kwartet, domino, ular tangga, dan lain-lain. Ada juga miniatur rumah yang berinstalasi listrik paralel dan seri.

Selanjutnya, Ust. Yunarko tampil dengan karya puisinya menyambut hari Pendidikan Nasional. Mau tahu gimana puisinya? Simak nih :

Judul : Puisi Guru

Sampai kemudian aku tiba di puncak sebuah bukit

Satu kokoh bangunan bertatakan batu bata merah semerah darah

Darah dalam jiwaku, ada satu sosok di sana

Aku tidak bisa menatap wajahnya

Tetapi dengan seksama aku dengarkan kata-katanya

Nama asliku di kampung Santoso Budi Yunarko disingkat SBY

Teman-teman memanggilku Yunarko

Statusku GTT, bentar lagi GTY terakhir GTS Getas

Didunia sastra gelarku Megokolosubianto

Anak-anak buahku memanggilku mas Narko

Ketika naik karier kumasukkan unsur agamis menjadi Yusuf Narko Budiyono

Para rekan memanggilku Koko

Aku siap maju perang

Apapun jenis pertarungannya

Mau melawan kebodohan murid, kemalasan murid, pertengkaran murid, aku siap

Silahkan menggelar brontoyudo, yudoyono, wiroyudo, yudokolo, bowoyudo, ataupun megoyono

dan aku deklarasikan hari ini

Sekolahku bernama Sekolahku Islam Terpadu

Aku minta sekarelawan untuk mengucapkan bersama-sama dalam deklarasiku pada malam hari ini,

kata sosok di puncak bukit itu, Sekolahku Islam Terpadu

Seluruh mekanisme dan keputusan Pemerintahan Dinas dan Yayasan harus menuju pencapaian Sekolahku Islam Terpadu

Bersama-sama para jajaran Pemerintahan Kabupaten, UPT, Dinas Dikpora, KKG Gamping, Korcam, kita canangkan keputusan ini untuk satu tujuan Sekolahku Islam Terpadu

Ini bukan masalah persidennya siapa dan wakilnya siapa, juga tidakpenting apabila mengurus persiden, bambung melarat, kyai, artis, jendral petak asalkan mengetahui bahwa Sekolahku Islam Terpadu

Siapapun saja yang mengetahui tanah air ini, siapapun yang datang dari luar negeri, mau Sindo, bapaknya Sindo, Mbokne Sindo, Mbahne Sindo, tetapi jika masuk sekolahan ini maka kunyatakan ideologi dasarku Sekolahku Islam Terpadu

Silahkan berbicara tentang partai, mau PDI, Golkar, PAN, PKS, P3, GPK, PKK, Ibu-ibu Darma Wanita, silahkan daftarkan anak-anakmu kesini, mau anak juragan tanah, anak pejabat, anak pengusaha, anak tukang bubur, anak preman, anak kyai, anak TNI, anak Tani, Anak pungut, Anak jadi-jadian silahkan masuk tapi kun fayakun sekolahku cuma satu adalah Sekolah Islam Terpadu

Mau Dinas tidak mengizinkan, ruangan sempit, guru tidak sarjana pendidikan, jumlah murid kebanyakan, ruangan tidak standar nasional, walaupun gaji sedikit asalkan Kepala Sekolahku tidak pelit

Tapi urusan sekolahku cuma satu dan hanya satu Sekolahku Islam Terpadu

MBR, DBR, DBD, atau silahkan bikin lagi pengawas, penilik, pengunjung, pengikut, dll Lembaga Sayang Masalah, Aktivisme Lembaga Dana Internasional, Majelis Urun Idu disingkat MUI, Komunitas Munafik Liberal silahkan berjoget dipanggung nasional tetapi tidak ada aturan, tidak ada UU, tidak ada rapat, tidak ada surat keputusan kecuali satu tujuan Sekolahku Islam Terpadu

Disahkan secara transparan kas Negara dengan kas Pemerintah, tidak ada Pegawai Negeri yang patuh pada atasan, tidak boleh. Yang ada pegawai Negara yang taat pada UU.

Guru adalah pendidik ilmu sejati, dan Guru tanpa dia dimakamkan di Taman makam pahlawanpun dia sudah seorang Pahlawan.

Tokoh pahlawanku adalah Ki Hajar Dewantoro, ideologiku adalah Manunggaling Kawulo dengan Gusti, guru tidak menghianati murid agar Allah tidak melaknat, Guru taat kepada Allah agar murid tetap soleh dan solihah, Guru mengabdi karena Allah melalui pelayanan kepada murid

Itulah sejatinya Guru yang dibutuhkan oleh murid Sekolahku

Itulah sejatinya Guru yang dibutuhkan oleh murid Sekolahku

Mudah-mudahan akan makin banyak saudara-saudaraku yang siap mati untuk itu
              Yunarko budi, April 2011

Gimana bagus nggak? 2 jempol deh untuk Ust. Yunarko.

Acara ditutup dengan salim siswa dan ustadz-ustadzah. Sebagai ungkapan rasa syukur atas proses pendidikan di negeri ini, semoga pendidikan di negeri ini mampu bangkit dan melahirkan sosok pemimpin penerus bangsa dan negara Indonesia tercinta. Amin.

Share

You may also like

1 komentar

Fathy Farhat khan mengatakan...

wah puisinya ust yun keren abizz tuh, sudah bisa menyaingi puisi dan genre nya mbah sudjiwo tedjo....hehehe