Parenting School XIII : Belajar dari Tukang Becak

» » Parenting School XIII : Belajar dari Tukang Becak

Beberapa saat lalu di beberapa media cetak dan online diberitakan sesosok yang mungkin kejadiannya bisa dibilang sangat jarang dialami oleh kebanyakan orang. Sosok tersebut adalah pak Suyatno. Seorang tukang becak berumur 63 tahun yang anaknya berhasil lulus menjadi seorang dokter dari Universitas Gadjah Mada. Jarang dialami setiap orang karena dengan latar belakangnya yang semua orang tahu penghasilan seorang tukang becak sangatlah terbatas. Tapi dengan keterbatasan itu beliau justru mampu mengantarkan anak bungsu dari 4 bersaudaranya lulus menjadi seorang dokter. Agung Bahtiar, anak bungsu yang kini bertugas sebagai dokter di RSUD Wates Kulonprogo. Nah, karena fenomenalnya tersebut, Parenting School SDIT Alam Nurul Islam menghadirkan beliau untuk membagi pengalamannya sebagai seorang orang tua yang sukses mengantarkan anaknya. Meski dengan kondisi terbatas.


Di depan para orang tua wali siswa SDIT Alam, pak Suyatno membagi pengalamannya mendidik anak, dokter Agung Bahtiar. Pak Suyatno mengaku, bahwa waktu terbanyak yang sering membersamai Agung kecil bukan dirinya. Tapi istrinya, Bu Suyatno. Menurut beliau, Agung sering diajak oleh ibunya ke acara pengajian-pengajian. Itulah yang membuat Agung dekat dan taat sekali dengan ibunya. Bu Suyatno sehari-harinya beraktivitas di pasar Terban. Setiap hari bu Suyatno mengumpulkan barang bekas untuk dijual, "Ya sebagai Pemulung" sebut Pak Suyatno.


Pak Suyatno meski waktunya habis di jalan dengan becaknya, namun sebagai seorang ayah dia mempunyai pesan yang penting bagi Agung. "Kalau kamu mempunyai cita-cita yang tinggi maka janganlah melakukan kebiasaan yang justru akan merusak masa depanmu". Rupanya pesan itu kuat membekas pada diri Agung. Buktinya, jarang sekali Agung terlibat dalam aktivitas yang termasuk kenakalan remaja. Padahal SMA Agung termasuk sekolah yang mafhum dengan tawuran, tapi Agung mampu memilih teman dengan baik. Begitu juga lingkungan rumah tempat tinggalnya yang tergolong 'keras', namun Agung mampu membentengi untuk tidak larut dalam pergaulan yangburuk.


Kampung tempat tinggalnya, Ledok Terban

Rupanya pengalaman kecil dengan sang ibu yang membuat Agung kuat dari pengaruh pergaulan salah. Tapi, Agung bukanlah anak yang kuper meski pilih-pilih pergaulan. Buktinya semenjak SMA dia sudah mempunyai motivasi belajar yang kuat. Tak sungkan-sungkan ia datangi guru dan temannya yang lebih pandai untuk mendapatkan dan menguasai materi pembelajaran. Hingga guru-gurunya tahu aktivitas Agung dan ibunya di pasar Terban, sehingga mengulurkan bantuan. Kebiasaan mencari relasi kepada yang lebih pinter berlanjut ketika kuliah di Fakultas Kedokteran UGM. Sebuah jurusan yang bergengsi dan mahal yang ia masuki tanpa sepengetahuan orang tuanya. Begitu lolos masuk FKU, Agung baru konsultasi bersama orang tuanya. Di tengah keterbatasan dana, orang tuanya, meski dalam hati muncul kebingungan mengatakan, "Jika memang itu yang menjadi cita-citamu Insya Allah akan ada jalan terbuka". Rupanya lembar sumbangan yang harus diisi oleh orang tua sebagai syarat masuk menjadi mahasiswa diisi oleh Agung dengan nominal Rp0. Tapi justru ia diluluskan menjadi mahasiswa Kedokteran.

  Rumah pak Suyatno

Sedangkan dana setiap semesternya dibayar dengan menabung dan jika kurang terpaksa harus mencari pinjaman. Biasanya Agung memberitahu sebulan sebelum deadline pembayaran SPP. Kemudian ibunya mulai melihat tabungan dan berusaha mencarikan kekurangannya.  Untuk biaya proses kuliah, Agung sering fotokopi buku referensi dari perpustakaan dan bersama teman-temannya. Keuletan untuk mencari relasi dalam belajar membuatnya lancar dalam menjalani kuliah hingga mengantarkannya menjadi seorang dokter. Di rumahnya, ia juga beraktivitas dalam kegiatan keagamaan remaja masjid. Meski orang tuanya berpendidikan rendah tidak mengurangi rasa hormat kepada orang tuanya. Perbedaan pandangan didialogkan dengan baik, tidak terus dengan suara tinggi.


Sewaktu ada hadirin yang bertanya, Apakah ada amalan sunnah yang dilakukan oleh Bapak dan Ibu sehingga berhasil mendidik putranya. Pak Suyatno menjawabnya, "Yang banyak amalannya bukannya saya tapi Ibu. Ibu sering sholat tahajud, dhuha, puasa Senin-Kamis bahkan Daud". Pak Suyatno mengaku beliau lebih sering di jalan yang menulari untuk lebih Islami justru dari istrinya. "Istri saya justru lebih lancar baca Qur'an daripada baca huruf latin" tambahnya. Dengan penghasilan yang rata-rata Rp. 20.000 terlihat mencukupi kesehariannya. Yang lebih mengejutkan penulis, sewaktu beliau disampaikan fee pembicara di Parenting School dikembalikan lagi dengan mengucap "Ini saya sumbangkan untuk merampungkan masjid itu". Subhanallah, hati ini langsung terenyuh melihat sikap pak Suyatno yang di tengah kekurangan justru menshodaqohkan haknya untuk masjid. "Moga berbalas berlipat Pak" Amiin.

Share

You may also like

5 komentar

fauzah romadhon khomsah mengatakan...

siiip...luar biasa

harapanpastiada mengatakan...

:) ) semoga apa yang kita harapkan akan banyak membawa banyak manfaat. dan saling berbagi adalah kergiatan yang paling indah.

pranowo mengatakan...

Kami mempunyai lembaga SUPER STUDENT INDONESIA, aktifitas kami adalah menyelenggarakan pelatihan motivasi SETIAP MINGGU bertempat Di Gedung Teatrikal UIN YOGYA....tujuan kami mengadakan pelatihan tiap minggu agar para pelajar (SD-SMP-SMA) di yogya mempunyai tempat yang positif untuk memahami mental dan akhlaknya secara lebih mendalam, kenapa ? karena kami akan memberikan materi motivasi dari para guru Trainer, Motivator dan Psikolog....(0274) 693 2552........agenda perdana kami tgl 27 November 2011...dengan tema " AJAK DIRIMU MENGENAL DIRIMU SENDIRI"....Materi setiap minggu akan berubah,,,sesuai dengan kondisi dimasyarakat

Selain motivasi pelajar ditanggal 27 November 2011 jam 14.00-16.30...kami mengadakan sarasehan orangtua dengan tema " KUATNYA HUBUNGAN ANTARA BAHASA HATI DENGAN PERILAKU ANAK"...agenda ini untuk umum dan gratis bertempat di PERKES (Kolam renang TIRTA MULIA...dari terminal giwangan ke barat 100 meter kiri jalan ringroad......semoga hal ini bisa mewarnai dunia pendidikan di Yogyakarta

sditalam nuris mengatakan...

dari sdit alam nurul islam meminta smart kid memberi laporan keuangan pelaksanaan pesantren ramadhan di gugus nogotirto bulan lalu karena dari dulu ditunggu kok tdk pernah diberi

auliaeo mengatakan...

ada alamat lengkap pak suyatno ga yah? kalo ada saya mau minta dong