Mei 2008

    Family Gathering SDIT Alam Nurul Islam

    Alhamdulillah, quota siswa kelas 1 dengan 3 kelas pararel tahun ini bisa terpenuhi hanya dengan waktu 1 bulan. Dari mayoritas pendaftar, ternyata mereka mendapatkan informasi SDIT Alam itu melalui orang tua wali SDIT Alam Nurul Islam. MLM, mulut lewat mulut. Kesimpulannya, pemasaran lewat mulut lebih efektif ketimbang menggunakan media lain yang barangkali malah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Lha, sebagai rasa terima kasih, SDIT Alam menyelenggarakan even Family Gathering. Yaitu outbound keluarga wali siswa dan guru, kemarin Selasa, 20 Mei 2008. Sekaligus nebeng peringatan 100 tahun kebangkitan Indonesia. Acara dari pagi hingga siang itu penuh dengan permainan outbound. Dari yang fun games hingga yang high impact.


    Pertama, yang harus dilakukan peserta adalah harus meyusun batang korek api untuk dijadikan sarang burung. Sekaligus bagi yang sudah selesai menjodohkan potongan peta perjalanan outbound. Setiap keluarga diuji kesabaran dan kekompakannya. Ada yang cepet, ada yang lambat. Ada yang sabar ada yang keburu.



    Setelah tersusun peta, kemudian setiap kelompok mulai melakukan perjalanan menuju pos I. Yaitu melewati jembatan sinergi. Di sini dibutuhkan keseimbangan yang ekstra. Karena jembatan yang terbuat dari bambu diletakkan di atas sungai yang mengalir.



    Karena jembatannya cuma satu, ya terpaksa yang datang akhir harus antri. Antri di pinggir sungai jadilah antrian yang sangat panjang. Saling memberi semangat anggota keluarga yang sedang melewati jembatan sinergi.



    Setelah melewati jembatan sinergi. Setiap keluarga diharuskan merakit dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu dan jerigen (karena BBM mau naik dan gak boleh beli bensin pake jerigen jadi untuk rakit deh, he . . he . .) Yang gak bisa renang gak usah takut. Ada pelampung yang harus dipake untuk mencegah berenang gaya batu dan dada (da . . daaaaa, blep . . blep).



    Setelah merakit di sungai Bedog yang saat ini kebetulan baru gak banjir. Kemudian, diteruskan dengan permainan jembatan udara. Setiap keluarga bekerjasama untuk menyusun jerigen dan papan sedang salah satu keluarga harus melewati papan tersebut.



    Baru setelah misi melewati jembatan udara berhasil, selanjutnya harus melewati seluruh halang rintang. Biar seru yang melewati harus ditutup matanya sedangkan anggota keluarga yang lain memandu setiap melewati halang rintang.



    Untuk tantangan terakhir adalah meluncur bagaikan musang alias flying fox. Lagi-lagi karena tempat luncurnya cuma satu, ya harus antri lagi dong. Kalo siswa sih udah biasa meluncur, lha Ayah dan Ibu baru pertama kali ngrasain. Ya perlu sedikit takut, grogi, keringat dingin dll.





    Seluruh kegiatan diakhiri dengan makan siang bersama. Hidangan yang disuguhkan sangat spesial. Ada gudangan, sayur tempe, ada kacang godog dan lain-lain. Karena lapar dari menempuh perjalanan game, makan siang terasa super nikmat. Apalagi dengan lesehan dan bebarengan. Sip deh.





    Setelah menikmati hidangan tradisional, tibalah saatnya untuk menarik doorprize. Hadiah doorprize berasal dari usaha orang tua wali. Dari Speedy Telkom, Rumah Makan Banjarsari dll.





    Semoga dengan Family Gathering ini ukhuwah keluarga siswa dan ustadz-ustadzah semakin erat. Untuk kemudian bersama mengawal visi-misi SDIT Alam Nurul Islam untuk menghadirkan sosok muslim yang sadar kehadirannya di dunia ini sebagai abdulloh dan khalifatullah fil ardh. Tentu berkarya di berbagai bidang kehidupan. Amin.

    Outing Akhir Kelas 3

    Di penghujung semester genap ini, kelas III melaksanakan outing terakhirnya. Kemanakah outingnya ? Tentu menyesuaikan dengan tema yang dipelajari di semester genap ini. Bumi dan Pekerjaan temanya. Untuk mengetahui bumi lebih dalam sangatlah pas dengan berkunjung ke BMG. Apakah BMG itu ? kependekan dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Letaknya di jalan Wates km. 8 dusun Jitengan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta. Perjalanan menuju ke BMG sedikit butuh perjuangan. Habisnya, lokasi di atas bukit membuat jalan yang dilewati banyak menanjak. Sedangkan jalannya tidaklah lebar, dilewati minibus tersisa sedikit. Manakala berpapasan dengan mobil, salah satu harus mengalah untuk jalan lebih dahulu.

    Di BMG kami disambut dengan hangat oleh para karyawan di sana. Setelah rapi berbaris, kami dipersilahkan masuk ke ruangan untuk mendapatkan penjelasan tentang bumi. Apa itu bumi, matahari, bagaimana gempa bumi terjadi dan cara penyelamatannya, bagaimana Tsunami yang dahsyat serta cara penghindarannya dan yang terakhir, Apakah angin ribut itu.


    Setelah diterangkan panjang dan lebar, kami diajak pergi ke taman. Tapi, taman yang satu ini berbeda dengan taman pada umumnya. Kalo umumnya taman dipenuhi dengan tanaman bebungaan. Taman ini malah dipenuhi dengan alat-alat yang terbuat dari listrik. Taman Klimatologi namanya.


    Ada alat pengukur curah hujan. Alat ini juga berfungsi untuk mengetahui apakah banjir akan terjadi apa tidak. Bentuknya mirip tabung yang diberdirikan.


    Ada juga bejana penguapan. Gunanya untuk mengetahui kelembapan udara. Bentuknya seperti kolam renang mini. Bunder dari besi cuma kecil. Ngukur air yang menguapnya gimana ya, kok gak kelihatan uapnya?


    Lha yang ini, alat untuk mengetahui letak matahari. Eh, ternyata matahari itu tidak selalu tetap letaknya. memang sih di atas kita tapi ternyata terkadang agak condong ke utara. Sekali waktu pas di tengah dan terkadang condong ke selatan. Alatnya berupa bola kaca yang di bawahnya diletakkan kertas berskala. Bola tadi fungsinya seperti kaca pembesar. Sehingga sinar matahari yang lewat semakin panas dan membakar kertas.


    Kalo alat-alat yang awal tadi masih manual, harus dilihat pake mata langsung. Ternyata di sini juga telah dilengkapi alat pengukur cuaca digital. Sudah pake teknologi komputer. Alatnya digabung jadi satu terus datanya disalurkan ke komputer di dalam ruangan.


    Selain itu, komputer juga disambung secara online. Sehingga kondisi cuaca di seluruh Indonesia bisa diketahui. Di ruangan komputer juga dilengkapi komputer yang bisa untuk ngomong jarak jauh, lebih keren disebut teleconference.


    Setelah puas belajar cuaca di BMG. Perjalanan berlanjut ke dusun Jetak Sidoarjo tempat pusat industri anyaman bambu. Pertama, kita dibawa ke rumah Joglo Jogja yang didalamnya terdapat gamelan Jawa. Eh, ternyata kita diajari nembang macapat. Puisi Jawa. Anak-anak senang sekali, meski banyak yang kelahiran Jogja, tapi mendengar tembang macapat serasa sesuatu yang baru didengar.



    Selain itu kami juga diberi kesempatan untuk belajar menabuh gamelan. Ada yang namanya saron, kimpul, gender, kenong, gendang, gong dll. Pokoknya asyik deh.




    Kesempatan terakhir, kita belajar menganyam bambu. Ternyata butuh ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Kata Bu Sarbini untuk menyelesaikan anyaman seluas 3 x 10 meter menghabiskan waktu 1 bulan. Tuh, bayangkan lama kan. Pokoknya outing kali ini dijamin puas. Meski tidak jauh tapi ternyata asyik juga. Alhamdulillah . . . .



    Yang mau materi Mengenal Meteorologi klik aja file di bawah ini untuk download :

    Mengenal Meteorologi.ppt