2019

    Fathering by Doing

    Belajar yang paling efektif adalah yang dilakukan dengan merasakan langsung. Learning by doing. Dialami langsung. Experiential learning. Karena belajar itu bukan semata soal hafal. Bukan semata soal paham. Tapi belajar itu adalah juga soal bisa. Mampu. Menguasai. Terampil. Dan ahli.
    Begitu juga dalam belajar menjadi orang tua. Sampai detik ini belum ada lembaga di Indonesia yang memastikan bahwa setiap pasangan itu layak dijamin menjadi orang tua yang baik. Bahkan ia bertitel hingga doktor pun. Bahkan ia bergelar gus langitan pun. Mendapatkan kemampuan menjadi orang tua, fathering ya setelah menikah. Setelah mempunyai anak. Setelah berbagai masalah dengan pernak-perniknya bermunculan. Orang tua yang sukses adalah yang bisa mengelola setiap masalah yang timbul akibat berkeluarga. Sukses dalam mengelola komunikasi. Sukses dalam mengelola konflik. Dan yang paling penting, jelas misinya dan konsisten mengawal hingga berjalannya waktu.
    Realita di negeri ini, banyak keluarga yang kehadiran peran ayah sangat kurang. Psikolog dan pakar pemerhati anak, Elly Risman, M. Psi, mengatakan bahwa "Negara ini hampir negara tanpa ayah". Menurutnya di antara maraknya kasus anak-anak dan remaja yang bermasalah di negara ini salah satunya karena hilangnya figur ayah dalam rumahnya. Kemudian Elly juga mengungkap, salah seorang rekannya yang pernah menyusun tesis S2 mengenai peran ayah dan kaitannya dengan keberanian anak melakukan seks bebas, menunjukkan, ayah yang tidak hadir dalam keluarga maka anak laki-lakinya akan menjadi nakal, agresif, terjerat narkoba, dan seks bebas.
    Sementara anak perempuannya akan menjadi depresi dan terjerumus seks bebas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan otak.
    "Seandainya ayah tahu kehadiran mereka dalam pengasuhan anak signifikan, ayah tidak akan melakukan itu. Apalagi dampak era digital, jika hanya mengandalkan ibu, rusak semuanya," kata Elly lagi.
    Saat ini, lanjut Elly, Indonesia tengah menghadapi bencana kerusakan otak karena pornografi, narkoba, dan minuman keras. Pengaruh ini sudah masuk terlalu dalam dan hanya menunggu bom meledak saja.
    Karena itu, tugas utama ayah adalah sebagai kepala sekolah yang mewujudkan apa yang diajarkan dalam agama. Menjadikan anak takut dengan Tuhan, bahwa Tuhan itu nyata. Selanjutnya anak akan mengikuti, ayah hanya tinggal mengawal, bukan hanya mencari nafkah tapi juga mendidik.
    Selain itu, juga sempatkan untuk bercanda dan berdialog. Jangan lupa untuk melakukan itu semua dengan cinta dan kasih sayang.

    Nah, menjadi ayah tak cukup hanya dengan seminar atau kajian. Tapi, ya harus dilakukan. Dicoba. Diobrolkan. Dieksperimen. Untuk temukan gaya ayah yang pas bagi anak-anaknya.

    Resume KulWap : Pendidikan Berbasis Bakat Model ABhome


    Salam kenal Bapak dan Ibu semua, saya bu Diena Syarifa panggil saja saya bu Dina. Saat ini saya menggawangi ABhome sebuah Lembaga non formal dalam bentuk PKBM. Salah satu program yang akan saya kupas di sesi ini adalah SMA Homeschooling ABhome yang angkatan pertamanya tahun 2015. 
    Oh ya, Bpk dan Ibu sudah membaca CV saya ya? Dan sudah membaca singkat materi tentang bagaimana merancang aktivitas untuk anak SMP dan SMA. 
    ABhome intents mendampingi anak-anak SMA dalam balutan kurikulum khas anak muda dg komponen 40% akademik dan 60% talent base project.
    Tujuan dari 40% akademik bukan sekedar gugur kewajiban UN namun lebih kepada menyiapkan anak ke jenjang pendidikan berikutnya bagi yang akan menempuh jalur karir akademik. 
    Sedangkan 60% talent base project bertujuan sebagai media menemukan jati diri anak mengenal dirinya secara utuh, mengenal “what he loves” lalu meningkatkan ke level “what you are good at” . 
    Sesungguhnya mengenal diri itu lebih penting sebelum menghasilkan karya. Anak tidak akan kreatif jika tidak selesai dengan dirinya. Bibit2 kreatifnya tertutup dengan masalah dirinya. Setelah kreatif baru anak akan inovatif. 
    Dengan tuntas menemukan diri melalui  project berbasis talent inilah anak2 akan menentukan karirnya. Anak kategori apapun, baik yang doyan akademik maupun yang dijudgment tidak doyan akademik. 
    Karena itu ABhome tidak menspesifikkan anak akademik atau tidak, tidak menjuruskan menjadi sosok sesuatu. 
    ABhome menerima segala jurusan bakat. 
    Anak harus menjadi dirinya sendiri. Setiap anak memiliki karir terbaik sesuai potensinya. Jalur karir di ABhome dikenalkan melalui tiga jalur:

    1. Jalur akademik – kuliah, jika anak meyakini potensinya akan terasah dengan maestro yang adanya di kampus
    2. Jalur entrepreneur – melanjutkan usaha keluarga jika meyakini potensinya lebih terasah dengan melanjutkan usaha keluarga didampingi maestro-maestro bisnis atau membuka usaha mandiri
    3. Jalur professional – jika meyakini potensinya lebih optimal diasah dalam bentuk mengikuti jalur sertifikasi keahlian, workshop bersertifikat, portofolio dan magang learn to maestro.
    Alhamdulilah ABhome sudah meluluskan dua angkatan dan ketiga jalur karir di atas sedang ada yang menekuninya baik di kampus sebagai mahasiswa (PTN, PTS, dalam dan luar negeri), ada yang sedang meneruskan bisnis keluarga dan ada yang menempuh jalur professional. 
    Semuanya tergali melalui resep 60% talent base project dan 40% akademik.

    Pertanyaan Pertama : 
    Saya bu Vera, dengan 3 amanah/putra di SD kls 2, SMP kls 1 dan SMA kls 2...kalau pemateri sebelumnya kita diminta observasi antusias anak, kalau bu Dina dengan mengenal dirinya...bagaimanakah cara kita sebagai ortu membantu anak mengenal dirinya dan permasalahannya...yg jelas selalu ada masalah di setiap jenjangnya

    Jawaban : 
    Bu Vera, berikut urutan tugas ortu dlm tahapan obervasi potensi diri anak. Tahapan observasi potensi anak sesuai usia sebagai berikut :
    Usia 0 – 6th : di usia ini bakat anak nampak terlihat dalam 2 kelompok : unik fisik dan unik sifat
    Usia 6 – 10th   : di usia ini anak harus mulai disadarkan akan potensi yang dimilikinya
    Usia 10 – 14th : di usia ini anak harus mulai menguji potensi/eksistensi dirinya dalam bentuk aktivitas beragam yang produktif di luar rumah dalam bentuk magang, ekspedisi, live in, learn to Maestro
    Usia 14 – 17th: di usia ini anak harus mulai sadar menajamkan potensi dalam bentuk Talents based Project sebagai deteksi awal karirnya
    Usia 18th keatas : di usia ini anak harus mantap dengan potensi yang dimilikinya dikaitkan dengan karir
    Maka tugas ortu adalah mencari cara bagaimana secepat mungkin mengenal unik fisik dan unik sifat anak. Gunakan tools , konsep apa saja terserah. Yang penting dapat berlanjut untuk mendampingi anak sampai baligh Setelah paham unik fisik dan unik sifat anak, segera sadarkan ke anak tentang keunikannya itu. Sehingga anak mulai utuh konsep dirinya.

    “Kamu hebat banget olah tubuhmu”

    “Kamu keren bisa menanam aneka rupa tanaman, tak satupun mati klo kamu yg nanam”

    Dst

    Setelah anak punya konsep diri tentang dirinya yang kata ortu keren di sini, keren disana itu. Ujilah potensi diri anak tersebut di luar rumah. Temukan guru, coach supaya makin paham keberminatannya di bidang apa dan dimana peran keberbakatannya di bidang tersebut. Lanjutkan di masa SMA dengan menajamkan yang benar-benar dia minati dan bakat.
    Loves and good at = passion
    Siap memilik karir , memilih jurusan tanpa galau
     -selesai-

    Pertanyaan Kedua :
    Assalamualaikum w w
    Perkenalkan saya Akbar, ayah dari mas Agha - 4A. 
    Apakah bisa menerapkan konsep AB Home di usia setingkat SMP? 
    Jika bisa, apa yang perlu dipersiapkan di masa usia SD nya? Sebagaimana kita ketahui bahwa anak sekarang balighnya jauh lebih cepat dari aqilnya. Dan masa krisisnya dimulai di usia SMP. 
    Terimakasih

    Jawaban :
    Bisa pak untuk anak SMP. Konsep ABhome 40% akademik-cukup persiapkan anak cakap akademik untuk persiapan kelanjutan ke level selanjutnya. Fokus ke mapel yang UN saja, seting targetnya ssesuai kemampuan anak, sadarkan anak ada batas minimum kelulusan kalau mau dapat ijazah. Kejar seperlunya.
    60% talent based project seusia SMP adalah jelajah potensi keberminatan. Ujilah apa-apa yang disukai/diminati anak dalam bentuk project magang, project live in, project backpacker jelajah nusantara menuju obyek yang diminati. Misal minat bidang A-percetakan, B-peternakan, C-kuliner , cobakan saja semua. Anak-anak SMP sangat moody, justru ujikan di  banyak bidang. Makin sering dilepas lalu diajak diskusi mendalam refleksi dan evaluasi maka akan cepat matang. Anak SMP perlu guru yang berperan sebagi mentor dan guru yang berperan sebagai coach.
    Guru bukan hanya guru sekolah. Siapa saja yang level knowledge , skill, Emosionalnya lebih dari anak
    Model pendidikan indonesia sudah jamak menghasilkan baligh lebih duluan daripada aqil karena model pembelajarannya “mengurung” potensi, bukan “menguji” potensi keluar. Ortu harus berani melepas anak. Itu yg dibutuhkan anak SMP. -selesai-

    Pertanyaan Ketiga :
    Assalamualaikum Bu Dina, perkenalkan Saya Nining, ibu dari 4 anak.
    Anak saya yg pertama SMA kelas 10. Masuk di sekolah swasta dengan harapan bisa mengasah skill bidang bola, ternyata teman-temannya yang ikut dalam kelas KKO masih baru semua, sehingga dia merasa tidak mendapat peningkatan. 1 minggu awal  masuk sekolah, Dia banting setir untuk mencari sekolah baru agar tetap bisa main bola dan mengejar akademik. Saya melihat dia belum menentukan pilihan hidupnya. Bagaimana sebaiknya Kami bersikap.

    Jawaban :
    Kalau sudah kelas 10 anak sudah bisa diajak diskusi mendalam bu. Tanyakan “what you loves” kalau jawabnya bola, tanyakan mau jadi pemain bola, manager bola, designer baju bola, pembuat game bola, pelatih bola atau apanya?
    Kalau jawab pemain bola, tanyakan pemain tingkat apa? tingkat RT? tingkat propinsi, tingkat Indonesia, asia atau dunia?
    Tawarkan ikut club profesional. Kalau makin bagus dan happy naikkan level clubnya. Magangkan di club bola di Jakarta. Susunlah jejak protofolionya sehingga layak diterima jadi pemain atau magang di club sebagai asisten lapangan. Biarkan anak mengenal lebih dalam.
    Syaratnya ortu harus ikhlas dan yakin kalau bola itu jalan suksesnya anak tersebut. Kalau ortu masih ragu atau galau maka anak melangkah ikut club atau dilatih orang hebat manapun agak berat jalannya karena ortu belum ridho sepenuhnya.
    Ajaklah anak kunjungan ke markas club-club hebat, ketemukan dengan maestro atau pemain bola yang keren.
    Jangan pesimis serasa jauh dulu ya...
    Saya mengalami itu di anak kedua saya yang Allah hadirkan guru dan kesempatan terbaik bisa magang di peternakan Sapi di New Zealand dengan portofolionya. Saya tidak ada channel apapun.
    Tugas kita menyiapkan anak pantas dan layak disandingkan dengan maestro. Jika Anak siap, inshaAllah guru akan hadir. -selesai-

    Konfirmasi :
    Bagaimana dengan saat yg masih sekolah. Apakah perlu di lepas juga ?

    Jawaban :
    Kalau sudah menunjukkan progress yang bagus dan 4E: anak enjoy, anak easy -dilatih dikit langsung OK, anak excellent- lihat outputnya tanyakan pelatih, anak earn - memberi manfaat buat dirinya meski belum menghasilkan uang...
    Maka jadikan mengolah potensi main bola itu sebagai talent based project anak. Diskusikan dengan anak baik-baik. Apakah perlu sekolah formal atau ambil non formal. Jangan takut dengan non formal paket C. Saya punya murid dengan ijazah paket C nya bisa kuliah dimanapun (kalau memang mau kuliah).
    Carilah sekolah yang fleksibel dan memahami talent based project....hee ini ABhome ya🙈
    Anak saya magang 6 bulan di New Zealand balik ke Bogor ya tetap bisa UAS, tetap naik kelas, inshaAllah UN paket C ya bisa sajalah meskipun nilainya mungkin tak tinggi.
    Tapi portofolionya jauh lebih menjanjikan daripada raport atau ijazah.
    Cek dan browsing dengan anak sekolah-sekolah bola. Kelas 10 masanya anak dilepas ke seluruh penjuru dunia. -selesai-

    Pertanyan Keempat :
    Assalamu'alaikum bu dina
    Saya pandan, ibu dari 3 anak
    Yang mau saya tanyakan kalau minat anak sejauh ini ke keorganisasian bagaimana njih?
    terima kasih

    Jawaban :
    Selain keorganisasian di sekolah spt pamuka, OSIS anak. Ikutkan banyak komunitas sesuai bidang minatnya bu, misalnya minatnya bidang memasak, ikutkan komunitas coklat, komunitas kuliner tradisional. Nah di komunitas itu anak yang suka organisasi pastinya otomatis ambil peran. Networkingnya akan luas. Tambahkan skill keorganisasian seperti public speaking, EQS, ikutkan lembaga voluntering., tambahkan kemampuan bahasa asingnya. 
    Klo sdh usia 15th coba tes TM nya, dimana spesifik peran keorganisasiannya apakah dlm hal perencanaan, apakah sbg humas, apakah sbg diplomat dll -selesai-

    Pertanyaan Kelima :
    Assalamualaikum wr wb .perkanalkan saya Naning. Nah, jika kebetulan anak kita tidak bersekolah di sekolah dengan basis talent basic projcet. Yang bisa dilakukan ortu apa ya Bu Dina? Karena tidak semua ortu punya kemampuan membuat project yg bisa mengembangkan bakat anak.

    Jawaban :
    Sejatinya ketika Allah menitipkan anak dengan model X pada kita itu berarti Allah memberi bekal ilmu untuk model X pula. Hanya kita tidak yakin dengan itu. Yang pertama harus yakin dulu pasti bisa, lalu carilah partner sebagai tambahan mendampingi anak.
    Partner bisa sekolah, bisa non sekolah. Siapa saja. Ikutlah komunitas keuarga yang banyak melatihkan kemampuan ortu merancang aktivitas mandiri, ikutlah workshop , training dll yang pelan tapi pasti akan menyingkap potensi Ibu dan Bapak dalam mendampingi anak model x tersebut.
    Yakinlah pasti ada guru, teman untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Apalagi kalau anak sudah klik, dan merasa ortunya sangat support maka anak akan lincah mencari guru sendiri . Internet bisa sebagai akses mencari guru. Ortu tak akan repot lagi, hanya perlu mengarahkan saja. Kepercayaan diri anak seiring support dan trusted ortu pada anak akan menuntun kemandirian anak .
    Anak dewasa sekali , bisa merancang sendiri aktivitasnya.
    Begitu bu yang saya alami dengan ortu-ortu ABhome yang sebagian besar galau antara tidak mau sekolah formal dengan HS mandiri yang belum bisa.
    Namun ketika ortu-ortu berkumpul dalam wadah bersama, dan diarahkan sedikit mereka yakin bisa. Ternyata berefek ke anak-anak yg langsung seperti akselerasi bisa merancang aktivitas mandiri. -selesai-

    Baik, Alhamdulillah, pertanyaan terakhir sudah dijawab oleh bu Diena. Mohon maaf sebelumnya jika selesainya melebihi waktu yang sudah ditentukan. Sekali lagi kami sampaikan banyak terima kasih, Jazaakumullah khairan katsira kepada bu Diena yang sudah bersedia membersamai kita malam ini.
    Semoga sharing dari bu Diena ini jadi inspirasi kuat bagi kita para orang tua untuk lebih yakin lagi menemukan bakat anak-anak kita sehingga mereka mampu menemukan misi yang sudah Allah titipkan sejak lahir

    Resume KulWap : Pendidikan Berbasis Bakat (SMX Salam Bogor)


    Mengapa topik tentang Pendidikan Berbasis Bakat ini kita ambil ? Ini masih selaras dengan tujuan Pendidikan Berbasis Fitrah. Yaitu muara supaya saat anak-anak kita saat mencapai baligh bareng dengan aqilnya. Salah satu komponen untuk menuju aqil baligh adalah variabel bakat. SMX dan ABhome kita pilih sebagai model pendidikan karena sebagai hasil eksperimen penerapan Talents Mapping dalam pendidikan. Kalo kita amati dari 2 model itu akan kita temui 3 program : MAGANG, BACKPACKER dan PROJECT. Yang itu sulit sekali kita dapat di sekolah formal. Padahal 3 program itu yang dilakukan Rasulullah SAW saat menginjak usia 12 tahun

    SMX merupakan sekolah lanjutan setingkat SMA. SMX merupakan sekolah non-formal (PKBM) yang menyelenggarakan pendidikan mendampingi setiap siswa membuat karya 'gue banget' dan tentunya bermanfaat bagi orang lain. "gue banget" nya disini mengandung pengertian kepada talents / potensi kekuatan setiap anak. Karya yang dimaksud adalah stimulus dari pembelajaran terstruktur dimana pendekatannya adalah menyiapkan anak-anak muda berbakat menjadi wirausahawan hijau (ecopreneurs) yang tangguh.

    Bismillah, Assalamualaykum, Pak Okwan, Ustadz Arif
    Saya Ewing, orang tua Odiy 3 Bintang

    Terkait SMX, saya terpaku pada keyword #ecopreneur #wirausahawan hijau. Kenapa sebagai sebuah sekolah alternatif--yang mewadahi talents anak-anak yang tidak berskolah formal--menjadikan keyword itu sebagai alur utamanya. Apakah tidak memungkinkan terwadahinya anak-anak dengan passion sains-tek, atau interes pada religi, sosial-kemasyarakatan? Jazakumullah khayr...

    Baik. betul, SMX hadir dari keresahan melihat anak-anak muda yang gak cocok dengan model sekolah mainstream (atau kami menyebutnya, anak-anak yang bakat akademiknya tidak dominan).  kemudian resah dengan anak-anak muda yang tidak percaya diri karena kurang ruang ekspresi dan apresiasi, serta anak muda yang tidak mandiri karena belum terasah potensi (belum terstimulus).  Tapi tidak pula menutup kemungkinan bagi anak-anak yang dominan bakat akademik atau bidang lain. Kata kuncinya lebih kepada, kita mendampingi anak-anak untuk bisa membuat sesuatu (young makers). Proses pendampingan pada SMX sejatinya merupakan rangkaian benang merah proses pendidikan yang dilakukan di Sekolah Alam Bogor. Setiap jenjang pendidikan memiliki tema masing-masing (core). Pada jenjang Pra sekolah core-nya nurturing character (menumbuhkan pembiasaa-pembiasaan baik). Pada jenjang SD core-nya Learn in their own way (eksplorasi minat), Pada jenjang SM core-nya self discovery. Dimana anak-anak paham akan potensi kekuatan dan keterbatasan dirinya. Nah di jenjang SMX, core-nya young makers dimana proses dari talents to strengths, dari bakat menjadi kekuatan. Hijau itu identik banget dengan eco. Baik, hijau di sini dimaksudkan lebih kepada nilai-nilai yang menjadi dasar dalam menjalankan bisnisnya atau karya yang dijalani. nilai-nilai itu adalah: green, fair, and local. green disini dimaksudkan kepada sustainabel/keberlanjutan, fair terhadap lingkungan, serta mengangkat potensi lokal. Nah, saya terlewat mengenai kata X pada SMX. X disini bisa diartikan 10. yaitu kelas 10 (lanjutan dari kelas 9/SMP), X disini bisa diartikan sebagai Xpand. dimana anak-anak akan mengembangkan karya-karyanya sesuai dengan potensi unik masing-masing (young makers).

     Assalamualaikum w w. Saya Akbar, wali Nuris dari mas Agha- 4A.
    Kami termasuk yang "gak sabar" menunggu sampai anak masuk usia SMA, karena perkembangan anak saat ini jauh lebih cepat terutama dari sisi biologis / balighnya. Namun kebanyakan perkembangan aqilnya terlambat. Sehingga akan menjadi permasalahan serius ke depan bagi anak ketika dia dewasa. Pertanyaan saya kenapa SMX dibuat untuk anak setingkat SMA? Apakah memungkinkan jika diterapkan pada anak setingkat SMP? Terimakasih 

    Betul pak, kecendrungan anak-anak saat ini jauh lebih cepat balighnya dan tidak diikuti dengan perkembangan aqilnya. Penyebabnya lebih kepada stimulus faktor lingkungan (pertemanan maupun tontonan). Baik, berdasarkan eksperiment kami di Sekolah Alam Bogor (Salam Bogor), jawabnya tidak pak. Karena kita juga harus memperhatikan dari sisi tumbuh kembang anak. Kematangan secara fisik dan emosi.  Rentang usia 9 - 14 tahun, kebutuhan dan challenge kepada anaknya lebih kepada sesuatu yang sederhana dan menyenangkan, mudah dan menantang. Dan ini implikasinya kepada durasi. Dimana anak2 usia ini (usia SMP) endurance / konsistensi terhadap kegiatan tertentu masih rendah. cepet bosenan. Masih agak sulit menerima masukan,  sehingga kita akan kesulitan pada saat melakukan coaching terhadap project tertentu karena terkendala di kematangan berfikir tadi.

    Assalamu'alaikum ww Perkenalkan,  saya Atik,  ibunya Azka (5C) dan Ilmi (4A). Membaca prolog tentang SMX,  saya tertarik dengan salah satu outcome SMX,  membangun profile siswa yang ber-mindset entrepreneur. Yang ingin saya tanyakan,  apakah mungkin profil ini ditumbuhkan sejak dini,  usia SD. Bagaimana cara yang ideal melakukannya? di Nuris memiliki program marketday,  tapi masih sebatas jual beli saja menurut saya, sedangkan entrepreneur menurut saya, lebih luas dari itu, nah mungkin p Okwan bisa memberikan gambaran. Terimakasih, Wassalamu'alaikum ww.

    Sangat bisa bu, dan kebutuhannya memang seperti itu. sesuai dengan proses tumbuh kembang anak. terkadang kita selalu membranding bahwa enterpreneur adalah branding tentang sebuah ketekunan, membentuk mentalitas dan daya juang yang tinggi. Nah, untuk membentuk itu, tentu kita stimulus dari awal dari kegiatan-kegiatan yang sangat sederhana. Poin pentingnya adalah bukan menjadikan anak menjadi enterpreneur, tapi lebih kepada transfer spirit jiwa enterpreneurnya. Untuk anak-anak usia TK atau SD, salah satu media pembentukan jiwa enterpreneur itu adalah dengan market day. Dimana anak-anak akan distimulus lewat ragam kegiatan tersebut, saat market day, anak-anak akan mengalami mulai dari bagaimana menyiapkan barang jualannya, stand/lapak jualannya, mulai diajak menentukan harga. Pada fase TK-SD bahkan SMP, kita sedang membangun mentality dan mindset awalan kepada anak, tentu sesuai dengan kapasitas penerimaan anak-anak. Karena ragam kegiatan yang kita stimuls kepada anak harus memperhatikan fase tumbuh kembangnya.
      
    Bagaimana kita sebagai orangtua,  bisa mengukur / mengevaluasi / mendeteksi,  apakah stimulus yang diberikan itu,  sudah berhasil menstimulasi jiwa entrepreneur si anak?  
    terimakasih pak Okwan atas penjelasannya

    Baik. kata kuncinya adalah menjaga antusias anak. antusias keingin tahuan, antusias untuk dilibatkan, antusias menanti apresiasi/pujian terutama dari ortu. Untuk melihat sejauh mana anak kita berkembang, maka yang perlu kita lakukan adalah melakukan repetisi konten kegitanannya kepada anak. Bisa medianya/kegiaitannya yang kita repetisi (contoh, medianya adalah market day. kita lakukan hal serupa dengan menitip jualkan kue/barang kepada anak kita untuk dijualkan kepada teman-temannya di sekolah). Atau yang kita repetisi adalah kontennya (contoh; kontennya adalah melayani. maka kita repetisi, libatkan anak-anak kita untuk menyiapkan/menyajikan makan malam dimeja makan. Atau minta anak kita untuk mengantarkan makanan ke saudara atau tetangga. Nah, di situ nanti kita amati (observasi) apakah anak kita bisa dan senang melakukanya). Kata kunci yang selanjutnya adalah observasi. lakukan observasi kepada anak kita, observasi yang dimaksud adalah amati perkembangannya. Observasi hanya bisa dilakukan kalau ada interaksi. Jadi, pada saat kita melakukan repetisi kepada anak, kita juga terlibat didalamnya. Membersamai anak.

    BATAS LITERASI


    Saya sering jumpai siswa yang sudah lancar membaca tapi tidak memahami apa yang ia baca. Sehingga, membaca baginya adalah sebentuk pelunasan beban kewajiban belajar saja. Saya tidak jarang menjumpai siswa yang diberi tugas gurunya di perpustakaan untuk merangkum sebuah buku. Yang dilakukan bukan membaca buku itu dulu. Ya tidak harus semua saja lah. Tapi juga tak dilakukannya. Trus apa yang dilakukan? Siswa itu langsung buka buku. Kemudian hanya menuliskan kembali tulisan persis yang ada di buku. Satu atau dua buah kalimat saja. Pernah saya sambangi salah seorang mereka saat merangkum (menjiplak) buku. Dengan malu-malu ia tutup pelan-pelan buku itu. "Mengapa tak kau baca dulu bukunya?" tanyaku. Si siswa hanya tersenyum, kemudian melanjutkan aktivitas sebelumnya.
    Fenomena membaca tapi belum literat ini paling sering dijumpai saat siswa tingkat akhir (kalo SD kelas 6) Terlihat saat siswa disodorkan bacaan. Sudah terampil membaca sih, tapi tak bisa menangkap pesan atau inti bacaan. Paling nyata lagi terlihat saat siswa harus memahami sebuah soal cerita. Boleh jadi anak hafal rumus dan lihai dalam berhitung. Tapi kemampuan dalam menangkap masalah dalam soal cerita bisa berakibat fatal. Asal comot dan hitung angka-angka dalam soal cerita padahal angka itu bukan data penting masalah.
    Nah, kapan titik literasi membaca itu sudah terlewati? Manakala membaca bagi anak sudah menjadi aktivitas seasyik main game. Tak kenal waktu dan tempat. Saat ada buku langsung sikat. Anak-anak jenis ini tergolong makhluk yang paling kerasan di perpustakaan, pameran buku atau toko buku. Buku sudah seperti makanan lezat yang rugi jika terlewat.
    Sering kujumpai anak yang menampilkan ekspresinya saat membaca. Ketawa sendiri, muka serius. Trus, seringnya konfirmasi kosa kata yang baginya baru. Gak ada angin gak ada hujan, anakku yang kelas 2 bertanya, "Dipecahkan itu apa to bi?" ternyata ia baru saja membaca narasi "masalah yang dipecahkan" karena baginya yang dipecah itu selama ini ya barang pecah belah. Masalah yang 'dipecahkan' itu masih terlalu abstrak baginya. Adil makmur, anak gadis, mengapa hari sabtu gak boleh nyari ikan (ini aku sempat hening, oh ini pasti kisah liciknya yahudi ngakali Allah hehe)
    Ayo kita cek lagi kemampuan baca anak-anak kita. Atau bahkan diri kita. Sudahkah sampai pada titik literasi?
    sumber : Ariefuddin

    US, AKU PINGIN CEPET NIKAH



    Mendengar. Kan. Sepertinya sudah menjadi aktivitas yang sangat berat di era serba visual ini. Serba touchscreen dan movie. Teknologi processor yang makin cepat membuat tayangan yang membagi pesan dengan kilat pula. Informasi otak didominasi berasal dari serapan mata. Berwarna. Gradasi. Siluet. Semua mata yang mencerna. 

    Daya imajinasi sedikit demi sedikit berkurang. masihkah ingat saat jaman stasiun TV baru ada TVRI?  Ada satu cerita di radio yang sangat terkenal. Saur Sepuh. Banyak stasiun radio menyiarkan. Dibuat sekuelnya. Ceritanya menarik sehingga membuat pendengarnya penasaran. Bahkan sampai ada yang mengulang untuk sekuel yang sama di stasiun radio lainnya. Salah satu yang membuat menarik selain alur cerita, adalah karena audiens itu mendengarkan. Dengan mendengarkan, imajinasi pendengar bermain. Bagaimana menggambarkan burung Rajawali raksasa yang ditumpangi tokoh Brama Kumbara. Atau Pedang Setannya Manthili. Ajian Serat Jiwa dari tingkat 1 ke tingkat 10. Tapi, betapa kecewa massalnya para penggemar Saur Sepuh saat kisah itu diangkat ke layar lebar. Mengapa? Karena saat itu teknologi CGI memang belum ada sehingga untuk membuat rajawali raksasa masih manual. Dan tentu saja performance sang rajawali jauh sekali mewakili imajinasi para pendengar yang sudah dahulu terbangun.

    Fakta ini harus kita pahami benar. Terutama dalam proses pembelajaran. Dengan era yang lebih banyak menstimulus penglihatan anak, kita butuh menyeimbangkan dengan indra pendengarannya. Ide ini yang coba saya terapkan di kelas saya. Pembelajaran calis, membaca dan tulis agar terjadi ikatan (engangement) antara siswa dan pembelajaran dibutuhkan ketertarikan. Mengapa banyak anak yang tak terikat dengan pembelajaran sehingga males belajar ? Belajar hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Menulis, membaca hanya mekanis, robotik. Tak mempunyai ruh. Bisa jadi mereka sedang teralienasi, terasingkan dengan materi belajar. Tidak dilibatkan sehingga bisa merasakan. Di kelas, saya coba ubah semua instruksi dan pesan itu dominan audiotori. Harus didengar. Kan. Di awal nampak sekali betapa paparan visual yang dominan dari gadget menjadi halangan bagi siswa untuk fokus mendengarkan. Sedangkan siswa diharuskan mendengarkan untuk menangkap cerita yang saya sampaikan untuk kemudian ditulis kembali inti yang dipahami dari cerita itu. 

    Waktu itu tema pembelajaran di kelas 2 adalah makanan. Saya mengambil buah apel sebagai topik cerita. Kisah 'Pemuda dan Apel' jadi pilihan menarik menurutku untuk dikisahkan. Meski kisah ini nyata, tapi tetap butuh modifikasi hiasan-hiasan agar menarik siswa. Di kisah itu seorang pemuda di era thabi'in yang bernama Tsabit bin Zutho menemukan sebuah apel. Karena saking laparnya ia makan apel itu satu gigitan. Tapi ia kemudian kaget karena apel itu belum halal baginya. Lalu ia cari si pemilik apel. Bertemulah Tsabit dengan seorang Bapak di tengah ladang. Lalu Tsabit minta halalnya apel kepada si Bapak. Apel akan diikhlaskan dengan syarat Tsabit harus kerja di ladangnya selama kurun waktu tertentu. Waktu berlalu hingga tiba berakhirnya masa kerja di ladang. Segera Tsabit temui Bapaknya minta penegasan lagi. Si Bapak kasih syarat tambahan. Di titik ini beberapa anak ada yang berkomentar "Kejam banget ya si Bapak, cuma satu apel syaratnya berat sekali". Syarat kedua adalah diminta menikahi putrinya yang buta, tuli dan buntung. Si Tsabit dengan berat hati menerima syarat itu. Setelah akad nikah, si Bapak meminta Tsabit untuk menemui anak gadisnya yang buta, tuli dan buntung itu. Betapa kagetnya Tsabit karena yang ia lihat adalah seorang gadis normal, cantik, bermata biru dan berambut pirang (ini tambahan hiperbolik saya 😁). Kulihat wajah takjub di mata siswa-siswaku. Bahkan ada yang nyeletuk "Us, Aku pengen cepet nikah"
    Imajinasi anak tentang gadis yang cantik cukup terbagun. Sehingga saat menuliskan kembali dalam bentuk narasi mereka tuliskan selain alur cerita juga makna kesan yang mereka tangkap dari mendengarkan cerita barusan. Meski masih ada yang baru mampu menangkap alurnya secara utuh, secara umum inti pesan cerita mampu dipahami.

    sumber : Ariefuddin

    Resume Kuliah Online Forum Parenting Nurul Islam "Keluarga Sadar Bakat"



    Berikut adalah resume Kuliah Online di forum Parenting SDIT Alam Nurul Islam bersama Pak Andri Fajria. Beliau adalah penulis buku “Membangun Keluarga Sadar Bakat” dan juga founder Sekolah Alam Tangerang.

    Pengantar Diskusi
    Keluarga adalah sebuah tim dengan bakat setiap orang yang berbeda - beda. Alangkah mudahnya bila bakat setiap anggota keluarga bisa terlihat jelas seperti dalam film "The Incredible", di mana sang ayah punya kekuatan super, sang ibu punya tubuh yang elastis, sang kakak punya kemampuan menghilang dan membuat perisai pelindung, sang adik punya kemampuan berlari yang cepat, dan adik bayi punya banyak kemampuan super.

    Namun kehidupan nyata tidak seperti cerita dalam film. Orangtua harus banyak melakukan stimulasi untuk menemukan bakat anak. Suami/istri pun harus melewati banyak dinamika keluarga untuk lebih mengenal karakter dan potensi pasangannya.
    Ada 5 tahapan (= 5 M ) untuk menumbuhkan bakat (ada di buku "Membangun Keluarga Sadar Bakat"), yaitu :

    1. MENGENALI  konsep bakat, tools yang digunakan, dll. Ini dilakukan oleh orang dewasa (orangtua dan guru).

    2. MENUMBUHKAN Bakat , yaitu melakukan aktivitas 3 B. Pada hakikatnya seluruh aktivitas di Sekolah Alam telah menumbuhkan bakat anak, sejak dari TK.

    3. MEMBACA Bakat (= Mengukur Bakat) yaitu melakukan evaluasi terhadap aktivitas yang telah dilakukan, menggunakan tools TM. Kami di SAT melakukannya sejak kelas 1 SD. Cara membaca bakat yang kami lakukan adalah : dengan TM Observation untuk siswa tingkat SD, dengan TM Interview untuk tingkat SMP, dan dengan TM Asessment untuk tingkat SMA (maksud saya, siswa SMA sekolah lain yang datang ke SAT.... Sebab SAT belum punya SMA). Berapa lama mengukurnya ? Di SAT, Kami mengukurnya dari kelas 1 SD sampai kelas 6 SD, bahkan sampai kelas 9 bila melanjutkan ke SM Surau Merantau.

    4. MEMAHAMI Bakat, yaitu menganalisis  profil bakat anak untuk mengenali kekuatan dan kelemahannya.

    5. MENGEMBANGKAN Bakat, yaitu melatih bakat secara optimal melalui kegiatan magang, learning from maestro, dll secara terarah dan fokus pada kekuatan anak untuk menjadikannya sebagai profesi anak di masa depan.

    Sesi Diskusi
    Pertanyaan 1 : poin ke 3 mengukur bakat anak setara SD bagaimana caranya?

    Jawaban 1 : Kami mengembangkan metoda TM Obervation, yaitu melakukan observasi terhadap berbagai aktivitas anak, lalu dipetakan ke tools TM
    Langkah - langkah Observasi Bakat Siswa SD

    A. Guru mengamati siswa selama jangka waktu tertentu.
    Tips :
    - Siapkan alat tulis dan/atau alat perekam.
    - Pilihlah tempat yang tidak terhalang agar bisa melihat aktivitas anak dengan jelas dan bisa mendengar ucapan anak dengan jelas.
    - Rekam / catat dengan baik  semua perilaku, ucapan anak. Pastikan tidak menyertakan persepsi observer dalam catatan.

    B. Hasil observasi disampaikan dalam rapat guru yang membahas anak. Di bawah ini adalah Catatan Observasi siswa yang disampaikan tanggal 11 Februari 2019.
    1. Anak mengisi 2 botol air kemasan 600 ml dengan air bening sebanyak kira - kira setengahnya. Lalu menggabungkan mulut kedua botol tersebut dengan lakban. Setelah itu anak mengguncangkan botol dengan kuat sambil berkata "Aku membuat pusaran air...."
    2. Anak membuat sebuah mainan perahu dari kertas. Lalu melarungkan mainan perahu tersebut di saluran air di depan kelasnya.
    3. Anak menulis sepucuk surat untuk ibunya. Di dalam surat tersebut ia membuat : tulisan "Aku sayang ibu", dan gambar ibu dan anak, serta simbol ♥ di atas gambar ibu dan anak. Anak lalu bertanya kepada gurunya :"Bun, ini bagus nggak ?"
    4. Anak menyanyikan sebuah lagu di depan kelas yang lirik dan iramanya dibuat sendiri.
    5. Guru meminta anak menggambar "Benda hidup dan benda mati di sekitar kita". Anak bertanya kepada gurunya "Kalau saung, termasuk benda hidup atau benda mati?" Guru menjawab "Benda mati" Lalu anak bertanya lagi :"Kalau pohon mangga di depan saung benda hidup atau benda mati?" Guru menjawab "Benda hidup" Lalu anak berkata "Kalau begitu Aku menggambar lingkungan sekolah saja" Lalu ia menggambarkannya. Guru menilai bahwa gambarnya cukup baik dan cukup mirip dengan aslinya. Tapi ketika diminta menjelaskan gambar tersebut, anak tidak dapat menjelaskannya.
    6. Guru meminta anak menggambar bebas. Anak membuat coretan berwarna warni yang tidak beraturan. Guru bertanya "Kamu menggambar apa?" Lalu anak menjelaskan dengan bersemangat bahwa itu gambar perang, di mana ada tentara, senjata, dan peperangan.

    Bagaimana menuangkan catatan observasi di atas ke dalam Strength Cluster Map ?
    Dalam rapat pleno Guru, dilakukan analisa dan klasifikasi.

    CATATAN OBSERVASI NO.1
    1. Darimana anak mendapatkan ide membuat pusaran air menggunakan 2 botol yang digabungkan, lalu diguncangkan ? Bila jawabannya "Dari menonton tutorial di Internet", maka beri tanda di aktivitas "Producing". Bila jawabannya "Aku coba coba sendiri", maka beri tanda di aktivitas "Ideating".
    2. Anak melakukan pengamatan terhadap pusaran air, sekaligus melakukan percobaan dampak mengubah tenaga mengguncang terhadap kecepatan pusaran  air. Maka beri tanda pada aktivitas "Observing" dan "Researching".
    3. Membuat rangkaian tersebut membutuhkan ketrampilan tangan. Maka beri tanda juga pada aktivitas "Manual Skill".

    Selanjutnya masukkan juga catatan observasi tersebut ke dalam PETA BAKAT.
    Yang kemungkinan perlu diberi tanda adalah :
    1. Ideation (punya banyak ide).
    2. Analytical (senang analisa sebab akibat : kalau aku guncangkan lebih keras, pu…

    contoh laporan TMO dari 1 kali observasi (durasi observasi tidak sampai 1 menit)
    Pertanyaan 2 : Saya Windi, bunda Fathur kelas 1. Saat ini Fathur usianya hampir 7 tahun. Tapi saya sebagai orang tua belum bisa mengenali bakat dan minat anak. Yang Fathur lakukan selama ini seperti biasa. Belum ada yang menonjol. Misalnya Fathur suka menyanyi, tapi ketika diminta menyanyi dengan benar (tidak teriak2) dia jadi tidak ingin menyanyi lagi.
    Apa yang harus saya lakukan untuk mengenali bakat minat anak saya, Pak Andri?

    Jawaban 2 : Terimakasih Bu Windi.
    Kalau kita petakan ke 5 tahapan di atas, setelah kita (orang dewasa) mempelajari bakat, kita menumbuhkan bakat anak dengan cara 3B (Banyak bertemu orang, banyak beraktivitas, dan Beragam Aktivitas). Temukan aktivitas yang anak menemukan 4E (Easy, Enjoy, Excellent, Earn)
    Setelah kita tumbuhkan bakat anak, barulah kita baca bakat anak, dan seterusnya....

    Pertanyaan 3: Saya sudah membaca buku Pak Andri dan masih bingung 😅
    Ada beberapa pertanyaan:
    1. Bagaimana cara kita membaca bakat anak-anak? Rasanya dibutuhkan pelatihan khusus untuk itu.
    2. Kalau tidak salah, observasi juga dilakukan di sekolah. Apakah guru-guru di Nurul Islam memiliki kompetensi tersebut?
    3. Bagaimana kalau saya ingin belajar mengenai mengenali potensi diri dan orang lain? Petanya kan kompleks banget tuhhh 😅
    Sementara itu dulu, Pak. Oya, putra saya Hamzah kelas 1

    Jawaban 3 :
    1. Tentang Cara membaca bakat anak, bahannya sudah saya sampaikan di atas.  Memang perlu latihan secara kontinyu
    3. Untuk orang dewasa, bisa menggunakan TM Asessment

    Contoh Banyak bertemu orang =
    1. Belanja di warung sebelah.
    2. Ikut arisan di keluarga besar.
    3. Mudik (silaturrahim akbar)
    Contoh Beragam aktivitas :
    1. Bermain permainan tradisional
    2. Masak
    3. Memanjat pohon
    ContohBanyak Aktivitas = kurangi bermain gadget, kurangi nonton TV, jangan mager

    Pertanyaan 4 : Kalo Aiman senang merakit lego dg baik dan terkadang bisa membentuk model dan bentuk lain ...yg berasal dari serpihan lego2 yg dimiliki berarti mempunyai makna / bakat tertentu nggih. Sebelum kami membaca buku SADAR BAKAT kami merasa terganggu karena terus menerus merengek minta beli lego. Apakah hobi anak kami tsb perlu difasilitasi juga ya

    Jawaban 4 : bisa dipetakan ke 114 aktivitas Strength Cluster Map supaya bisa dianalisis termasuk cluster yang mana saja yang kuat


    👆silakan gunakan form di atas

    Pertanyaan 5 : Apakah ada pelatihan khusus untuk ini, Pak?
    Dimana kami bisa melakukan assessment? Ada training untuk menjadi assesor?

    Jawaban 5 : Kalau untuk menjadi asessor TM Asessment, bisa bergabung menjadi Santri Talents Mapping.
    Usul saya, di SA Nuris mengadakan TM Basic, sebagai langkah awal menjadi asessor TM

    Pertanyaan 6 : Saya Sasri ibu dari Azzam kls 6 dan Fatih kls 4. TMO sdh dan sedang kami lakukan. Untuk strenght cluster map saya gunakan tools pandu 45 dari bu septi. Bagaimana dengan ST-30 apakah ada toolsnya untuk observasi anak?

    Jawaban 6 : Pandu 45 = ST-30 + 15 peran bakat terkait fisik.
    Jadi metoda membaca ST30 sama dengan metoda Pandu 45 sedikit perbedaannya, Pandu 45 menggunakan kata kerja, sedangkan ST 30 menggunakan kata benda

    Berarti untuk langkah2nya bisa gunakan pandu 45 dan peta bakat, lalu dihubungkan dengan tahapan perkembangan anak?

    Tentang tahapan perkembangan anak, kita bahas terpisah dari bahasan bakat. (supaya nggak bingung)

    "Menjadi TM Observer"

    Bakat semakin disadari menjadi salah satu hal yang penting untuk dikembangkan dalam  dunia pendidikan dan dunia kerja. Pendidikan diharapkan bisa mengembangkan Talents, Attitude, Skill dan Knowledge (TASK) peserta didik.

    Talents Mapping adalah sebuah perangkat yang bisa digunakan untuk membaca bakat anak. Namun untuk bisa mengisi Assesment TM dengan baik, diperlukan pengalaman 3B (Banyak bertemu orang, Banyak aktivitas, dan Beragam Aktivitas) agar anak mengenali 4E (Easy, Enjoy, Excellent, Earn).

    Pada umumnya (hanya dengan sedikit pengecualian), anak usia SD dan SMP belum bisa mengisi TM Assesment. Lalu bagaimana guru dan orang tua siswa bisa membaca potensi bakat anak?

    Berdasarkan pengalaman Kami di TK Tunas Robbani, SD Alam Tangerang  dan SM Surau Merantau, Guru dapat menggunakan metoda Observasi untuk membaca bakat anak, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut  :
    1. Keseluruhan proses ini harus dilakukan dalam sebuah tim. Sebaiknya dalam tim tersebut minimal ada seorang yang memiliki bakat Analytical yang kuat.
    2. Guru harus belajar dan terus mengasah kemampuan observasinya. Pemahaman terhadap 34 tema bakat dan 114 aktivitas strength cluster map merupakan prasyarat yang harus dimiliki.
    3. Proses verifikasi dan klasifikasi  terhadap hasil observasi dilakukan dalam rapat pleno yang dilakukan secara rutin. Melalui rapat ini, kemampuan tim akan terus terasah.

    Tangerang, 15 Oktober 2018
    Andri Fajria
    Sekolah Alam Tangerang

    Pertanyaan 7 : Assalamualaikum wr wb..perkenalkan saya Naning wali dari Fathin kls 6 dan Fatih kls 1..
    Begini pak..anak kami ada yg seneng banget otak Atik Lego .kayak putranya ibu di atas tadi(bisa menciptakan berbagai bentuk dg imaginasinya)..nah mnrt kami kayaknya bakatnya di teknik(ini mnrt kami njih sbg org awam),tp sampai kls 6 ini nilai akademis matematika bisa dibilang kurang..apakah kemampuan teknik juga hendaknya didukung oleh nilai akademis matematika yg bagus juga pak?

    Jawaban 7: wa alaikum salam.
    Maaf mungkin diskusi saya di bawah ini bisa relevan dengan yang ditanyakan :

    Pertanyaan dari Rury (Sekolah Kebon Maen) : "1.Bagaimana pembuatan jdwl kegiatan dan brp kali untuk observasi bakat ini agar mendapat data akurat ttg peta bakat anak.

    Jawaban :
    Observasi Bakat ini sama sekali tidak merubah jadwal kegiatan anak. Observasi Bakat termasuk dalam bagian evaluasi pembelajaran yang dilakukan setiap saat oleh para guru.
    Kami mengumpulkan hasil observasi ini selama bertahun - tahun, yaitu memasukkannya ke dalam rapor portofolio yang dibagikan di pertengahan semester genap.

    Kenapa harus bertahun - tahun ? Sudah dijelaskan dalam materi yang saya kirimkan sebelumnya, yaitu untuk menghilangkan bias :
    1. Tahapan perkembangan anak.
    2. Pengaruh (kesukaan) guru.
    3. Pengaruh teman.

     Jangan terburu - buru menetapkan bakat anak.
    Tahapan menumbuhkan - membaca dan memahami adalah siklus yang berulang terusss...

    Pertanyaan 8 : Kalau seperti itu kapan masa yg paling tepat menentukan bakat anak adalah  ..?pak,setelah data semua terkumpul atau bagaimana ?😀😀maaf saya benar 2 TDK tahu ..butuh edukasi.
    Karena biasanya itu nanti berpengaruh juga ke memilih jenjang sekolah selanjutnya ketika anak memasuki SMP atau SMA(jurusan IPS atau IPA atau malah Diniyah..bahkan SMK)

    Jawaban 8 : Menurut pengalaman kami, di usia SMP anak anak sudah bisa confirmed dengan bakatnya

    Pertanyaan 9 : Assalamualaikum w w
    Saya Akbar, ayah dari Mas Agha- kelas 3. Yang ingin saya tanyakan bisakah meringkas tahapan Talents Observation, Interview dan Assessment tanpa harus terpaku pada tahapan pendidikan formal. Perlu waktu yang ideal berapa lama? Kita ambil contoh Joey Alexander dan Kylian Mbappe ( bintang berusia belia yang prestasinya level dunia).

    Jawaban 9 :
    Terimakasih informasinya Pak Akbar.
    15 bakat yang terkait fisik memang lebih mudah terlihat, seperti :
    1. Menyanyi
    2. Visual art
    3. Sport
    4.
    ....
    15. Memelihara hewan
    Justru saya pribadi menilai homeschooling memiliki fleksibilitas tinggi untuk menstimulasi bakat anak
    Sehingga anak homeschooling bisa lebih cepat mengembangkan bakatnya.
    #bila stimulasinya tepat


    saya membuat tahapan TMO, TMI, dan TMA untuk memudahkan analisisnya.
    Anak SD diobservasi oleh orang dewasa.
    Anak SMP sudah cukup mengenal dirinya, sehingga bisa diinterview.
    SMA ke atas sudah bisa mengisi kuesioner
    Tips : Cara mudah membaca bakat anak usia SD

    Setelah saya posting 3 tulisan mengenai pemanfaatan Talents Mapping untuk anak usia SD dan TK pekan lalu, saya menerima beberapa pertanyaan tentang cara termudah membaca bakat anak usia SD. Ini adalah salah satu pendekatan yang Kami lakukan di Sekolah Alam Tangerang (SAT). Mohon maaf bila menurut pengalaman bapak/ibu kurang sesuai 🙏🏻🙏🏻🙏🏻.

    Kita bisa menduga bakat dominan anak melalui bacaan dan tontonan yang disukai anak, misalnya :
    1.         Anak suka menonton atau membaca cerita yang berhubungan dengan spiritual, seperti : Film Harry Potter, Rahasia Ilahi (ups, ini mah cerita jadoel hahaha....), cerita horor, dll ==> kemungkinan anak memiliki bakat dominan CONNECTEDNESS.
    2.         Film bertema persahabatan ==> bakat RELATOR
    3.         Film sinetron yang menguras emosi dan air mata ==> bakat EMPATHY
    4.         Film misteri dan cerita detektif ==> bakat ANALYTICAL
    5.         Film Discovery ==> bakat LEARNER
    6.         Film sains fiction ==> bakat FUTURISTIC
    7.         Film Sejarah ==> bakat CONTEXT
    8.         Infotainment/ cerita gosip ==> bakat INPUT
    9.         Dst..... Silakan diteruskan sendiri 😃😃

    Kami menggunakan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi film atau bacaan kesukaan anak. Namun mungkin dapat dikembangkan dengan membuat list pertanyaan tertutup yang akan dipilih oleh anak. Bila metoda ini dikembangkan, maka someday kita bisa membuat Assesment “ TM FOR KIDS ”.

    Semoga bermanfaat

    Ditulis diatas KA menuju Bekasi, Senin 20 Agustus 2018 (
    9 Zulhijjah waktu Makkah / 8 Zulhijjah waktu Indonesia)

    Andri Fajria
    TK Tunas Robbani
    SD Alam Tangerang
    SM Surau Merantau

    Pertanyaan 10 : Setiap anak berbakat ..tapi terkadang kita susah mendefinisikan bakat anak ktk sdh SMP sekalipun ..lantas tindakan apa yg perlu kita lakukan ya pak?kalau tes interview hanya bs dilakukan ahlinya ya..

    Jawaban 10 : Kalau yg SMP SDH ada panduan tes interview ya pak??soalnya panduan yg pak Fajri kirim blm bs dibuka 😀😀

    saya punya contoh laporan TM Interview.

    Pertanyaan 11 : Kaitannya dg perolehan nilai akademis apakah itu bisa dijadikan salah satu patokan ttg bakat seorg anak pak?

     Jawaban 11 : Nilai akademik mungkin bisa dianggap mewakili kriteria "excellent" (dari 4 E). Tapi tergantung juga bagaimana cara penilaiannya. Lalu dibandingkan dengan 3 E yang lain. Kami di SAT menggunakan penilaian kuantitatif, lalu dirata - rata untuk setiap bakat yang dinilai

    Pertanyaan 12 : Stimulasi apa ya pak..yg kira2 bisa ortu kembangkan di rumah,spy bakat anak lbh tergali ?

    Jawaban 12 : Aktivitas 3 B. Atau gunakan 114 aktivitas di strength cluster map

    Closing Statement
    Saya bersyukur mendapat kesempatan yang luar biasa ini berdiskusi dengan para orangtua yang memiliki semangat belajar yang tinggi. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan, atau kurang memuaskan.
    Semoga ada kesempatan lain kita bisa bersilaturrahim.
    Terimakasih Pak Arief yang sudah memfasilitasi.
    Wasaalamualaikum wrwb