Tour de Temple
Menjadi annual event atau acara tahunan, perpisahan kelas VI kali ini sudah yang ke-5 semenjak SDIT Alam meluluskan 5 angkatan. Boleh jadi acara perpisahan yang paling aneh. Kalo sekolah lain buat acara gebyar untuk perpisahan. Pake panggung, dandanan sana-sini, glamour deh. SDIT Alam selalu punya caranya sendiri. Acaranya selalu Back to Nature. Kembali ke alam. Dahulu angkatan pertama, naik ke gunung Merapi, kedua dan ketiga rakit bambu di selokan Mataram, trus keempat susur pantai Bugel - Glagah. Nah, kali ini beda. Obyek yang diambil adalah tempat peninggalan bersejarah. Berupa candi, di wilayah Prambanan. Acara dimulai hari Sabtu, 27 Juni 2009. berangkat dari SDIT Alam, sore jam 16.30an.

Pertama, seluruh peserta ceking. Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok. Siswa bergabung dengan ustadz-ustadzah. Ada 8 kelompok putra dan putri. Kata ustadz Siswo, semua peserta harus siap untuk survival. Karena medan yang akan dijalani jauh dari orang jualan. Setiap peserta diberi 2 snack coklat dan sebuah minuman mineral. Perjalanan menggunakan minibus. Sampe di tujuan, tepatnya di kaki bukit barisan Prambanan. Seluruh peserta turun, dan mulai berjalan menuju track yang sudah ditentukan.
Baru beberapa langkah berjalan, adzan berkumandang. Perjalanan dihentikan untuk sholat Maghrib. Tentu dijamak dengan sholat 'Isya. Sekaligus, untuk packing barang bawaan untuk perjalanan panjang.
Setelah sholat, seluruh peserta dipandu oleh ust. Agus untuk melakukan peregangan sendi dulu. Supaya tidak ada terkilir atau salah urat saat melakukan perjalanan. Wah, pada semangat nih peregangannya. Selesai, perjalanan dilanjut. Subhanalloh, pandangan dari atas terlihat indah. Kota Jogja dilihat gemerlapnya dari arah timur. Yang indah lagi, gemerlap lampu bandara Adisucipto terlihat jelas. Jalur pendaratan (landing) dan penerbangan (take off) pesawat terlihat dari jajaran lampu yang menyala terang.
Perjalanan menyusuri perkampungan di perbukitan. Mungkin karena di daerah dataran tinggi ya. Begitu setelah Maghrib, langsung sepi. Seperti desa mati. Ada listrik sih, cuma ya itu sepi banget. Begitu perkampungan habis, masuklah di area hutan. Nah, kalo disini udah dijamin gelap banget. Lampu senter udah mulai berfungsi. Begitu masuk hutan kurang lebih jalan selama 10 menit, tibalah di sebuah masjid yang di depannya terdapat danau. Aneh ya, di atas bukit dimana air sangat sulit didapatkan, ada sebuah danau yang banyak airnya.
Karna gelapnya, air danau tidak terlihat begitu jelas. Disini seluruh peserta diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas MCK. Sambil istirahat untuk merelaksasi otot kaki. Dan minum saat kerongkongan mulai mengering. Setelah selesai, perjalanan berlanjut. Kurang lebih 500 meter kemudian, tibalah di sebuah bangunan candi. Candi Barong namanya. Candi ini mempunyai alas mirip piramida di Mesir. Di sini kita naik ke atas untuk istirahat, makan.
Semua pesereta berkumpul di tiap kelompok. Mengeluarkan bekal yang mereka bawa. Berbagi bersama untuk merekatkan persaudaraan. Terasa sekali rekatnya persaudaraan antara siswa dan ustadz-ustadzah. Setelah istirahat dan makan cukup, ust Hamdan memberikan tausyiah kepada siswa dan ustadz-ustadzah. Terkait dengan perjalanan kehidupan ke depan. Dengan mengambil tafsir surah Ash-Shaff, ust. Hamdan mengalirkan tausyiah di tengah tiupan angin malam. Sementara di arah barat terlihat gemerlap lampu kota Jogja.

Ust. Hamdan berpesan, bahwa sebagai seorang muslim haruslah selalu mensucikan asma Allah. Memegang teguh aturan-Nya, bangga dan sedikitpun tidak akan larut meski lingkungan boleh jadi tidak Islami. Terutama siswa yang akan meneruskan ke sekolah yang tidak seperti SDIT Alam lagi. Seluruh kebiasaan, pakaian, perkataan yang telah mengakhlaq selam 6 tahun di SDIT Alam, janganlah kemudian rela untuk dilarutkan tanpa sisa dengan alasan menyesuaikan lingkungan yang tidak Islami. Setelah istirahat tidur hingga jam 01.00, perjalanan dilanjut. Rombongan berjalan dengan mata masih setengah ngantuk, namun perjalanan harus tetap dilanjutkan. Berjalan menyusuri perkampungan yang sangat sepi. Ya iyalah jam 01.30, mana ada yang masih bangun.
Setelah berjalan sejauh 2 km, tibalah di lokasi kraton ratu Boko. Masuk melalui pintu timur. Langsung menuju lokasi gua, di sini ust. Siswo memerintahkan seluruh peserta untuk istirahat kembali hingga menjelang Shubuh untuk melaksanakan sholat Tahajjud. Setiap peserta mengambil tempat yang mereka suka sendiri-sendiri. Anehnya, gak ada yang mau masuk gua. Bukannya takut apa-apa. Ternyata baunya seperti di planet Yupiter. Penuh dengan bau urea air seni.
Sholat Tahajud dilaksanakan di atas lokasi keputren. Yaitu tempat pemandian para putri dan permaisuri. Menunggu sholat Shubuh sambil menikmati suasana hawa sekitar. Sambil membayangkan ratusan tahun yang lalu apa yang terjadi di tempat itu. Setelah sholat Shubuh diadakan muhasabah, refleksi oleh ust. Budi. Refleksi untuk melihat kembali seberapa jauh yang telah kita perbuat untuk mengisi kehidupan ini. Apakah kesia-siaan saja yang memenuhinya ataukah kemanfaatan. Padahal kita tak tahu pasti kapan malaikat maut kan menjemput kita.
Mentari pagi menyemburat, ust. Gusdul dan ust Yunarko menunjukkan saling bersahutan berpuisi menyebar makna mengasah jiwa. Karena kedua ustadz ini dikenal dengan dunia sastranya. Ust. Gusdul di sastra Inggris, ust. Yunarko di sastra Indonesia. Mana nih akhirnya yang kan juara.
Dari arah timur, menyembul dari balik bukit. Sang surya perlahan menampakkanwajahnya. Sengaja dicari lokasi tempat menyongsong sunrise moment . Saat indah yang jarang orang bisa menyaksikan hingga mensucikan asma Alloh SWT.

Wuih, indah kali acara pelepasan kelas VI kali ini. Dengan selalu kembali di alam di tambah lagi selalu membaca, mentafakuri alam semesta ciptaan-Nya, makin bergetar saja hati ini. Bergetar untuk selalu ingat, dan ingat hingga selalu istiqomah yang akan menggapai anugrah selalu diliputi perasaan optimisme. Menapaki kehidupan, perjuangan ini . . .

Pertama, seluruh peserta ceking. Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok. Siswa bergabung dengan ustadz-ustadzah. Ada 8 kelompok putra dan putri. Kata ustadz Siswo, semua peserta harus siap untuk survival. Karena medan yang akan dijalani jauh dari orang jualan. Setiap peserta diberi 2 snack coklat dan sebuah minuman mineral. Perjalanan menggunakan minibus. Sampe di tujuan, tepatnya di kaki bukit barisan Prambanan. Seluruh peserta turun, dan mulai berjalan menuju track yang sudah ditentukan.






Ust. Hamdan berpesan, bahwa sebagai seorang muslim haruslah selalu mensucikan asma Allah. Memegang teguh aturan-Nya, bangga dan sedikitpun tidak akan larut meski lingkungan boleh jadi tidak Islami. Terutama siswa yang akan meneruskan ke sekolah yang tidak seperti SDIT Alam lagi. Seluruh kebiasaan, pakaian, perkataan yang telah mengakhlaq selam 6 tahun di SDIT Alam, janganlah kemudian rela untuk dilarutkan tanpa sisa dengan alasan menyesuaikan lingkungan yang tidak Islami. Setelah istirahat tidur hingga jam 01.00, perjalanan dilanjut. Rombongan berjalan dengan mata masih setengah ngantuk, namun perjalanan harus tetap dilanjutkan. Berjalan menyusuri perkampungan yang sangat sepi. Ya iyalah jam 01.30, mana ada yang masih bangun.





