2018

    Latepost : Seminar Parenting Bersama Ustadz Harry Santosa

    Hari Sabtu 10 November 2018 bertepatan dengan hari Pahlawan, diadakan Seminar Parenting yang menghadirkan narasumber nasional. Beliau adalah Ustadz Harry Santosa yang populer dengan konsep Pendidikan Berbasis Fitrah (Fitrah Based Education/FBE). Kegiatan ini berlangsung di auditorium 2 Universitas PGRI Yogyakarta. Seluruh orang tua siswa SDIT Alam Nurul Islam diundang gratis hadir. Peserta dari luar SDIT Alam juga hadir. Acara ini diselenggarakan dengan format Zerowaste, seluruh peserta diminta membawa wadah snack dan air minumnya sendiri. Untuk meminimalisir sampah. 

    Berikut resume materinya : 
    Tempatkan Setiap Anak Kita sebagai "Leader" di Setiap Bidang Kehidupan
    Konon pada tahun 2015, para pakar dan pemikir bangsa Israel berkumpul di New York (bukan di Tel Aviv) untuk menghadiri sebuah perhelatan besar konferensi yang bertujuan membuat "grand design" arsitekur peradaban bangsa ini beberapa dekade ke depan.
    New York dipilih mengingat inilah tempat bersejarah kedua yang menjadi titik awal kebangkitan bangsa Israel sebelum negara Israel raya berdiri dengan menjajah Palestina.
    Barangkali jarang yang tahu bahwa nama pertama New York adalah New Yerusalem atau New Amsterdam. Ini kota kedua sebagai pusat kebangkitan Israel setelah berpindah dari Amsterdam yang dulu juga bernama New Yerusalem.
    Konferensi bangsa Israel ini melahirkan berbagai keputusan penting dan protokoler bangsa Yahudi setebal beberapa ribu halaman. Namun intinya adalah bangsa Israel membuat misi peradaban bahwa harus ada seorang putera bangsa Israel yang menjadi pakar sekaligus pemimpin yang menjadi rujukan dunia pada setiap bidang dalam kehidupan.
    Yang menarik adalah bahwa konferensi ini ditutup dengan pidato seorang sepuh bangsa Israel, yang di akhir pidatonya mengutip sebuah quote dari filsuf Israel yang hidup di abad 1 Masehi bernama Hilar, yaitu
    If I am not for me, who will be me 
    If i am for me, who am i 
    If not now, when?

    (Jika saya bukan untuk saya, siapa yang akan menjadi saya
    Jika saya untuk saya, lalu siapa saya
    Jika tidak sekarang, lalu kapan?)

    Quote ini sederhana, namun menggambarkan keinginan dan keseriusan besar bangsa mereka untuk leading pada setiap bidang kehidupan dengan mendorong tiap orang Israel untuk menemukan takdir peran peradaban dirinya untuk menguasai dunia.
    Keseriusan ini bahkan tergambar dalam bidang kehidupan yang paling sederhana sekalipun, sebagai contoh, pemeran film Wonder Woman, adalah seorang perempuan pelatif Kraf Maga (beladiri khas Israel) pada tentara Israel.
    Bayangkan, dalam bidang beladiri saja mereka ingin leading dan ingin menjadi teladan. Kraf Maga ini banyak digunakan sebagai andalan para petarung MMA (Mix Martial Art) di ajang dunia tarung bebas.
    Tulisan ini bukan bermaksud SARA atau anti semit atau membenci ras bangsa Israel, namun kita dapat belajar betapa seriusnya mereka untuk fokus pada potensi kekuatan mereka sendiri dengan mendorong bangsanya agar setiap dari mereka menemukan peran peradaban dan leading pada setiap bidang kehidupan tersebut sehingga menjadi rujukan dunia.
    Refleksi
    Kita bisa berefleski kepada peradaban Islam sendiri, bagaimana peradaban kita hari ini? Apa yang bangsa Israel lakukan di atas sesungguhnya sedang membangun arsitektur peradabannya.
    Mereka meniru konsep alQuran bahwa setiap muslim harus memiliki daurul hadhoriyah (peran peradaban) dan menjadi teladan pada bidangnya masing masing sekecil apapun.
    Peran peradaban personal seorang muslim adalah bashiro wa nadziro yaitu banyak memberi kabar gembira (solution maker) dan peringatan (problem solving) lalu harus rahmatan lil alamin yaitu menebar manfaat besar bagi manusia.
    Kemudian, secara kolektif, peran peran personal ini akan membawa Ummat kepada peran komunal yaitu khoiru ummah (the best model community) dan ummatan wasathon (the best collaborator) bagi ummat manusia.
    Untuk sampai kepada mengantarkan generasi peradaban anak anak kita kepada peran peradaban terbaiknya pada setiap bidang kehidupan agar menjadi khoiru ummah dan ummatan wasathon, sebagaimana yang Allah kehendaki itu harus diawali dengan model pendidikan peradaban yang mampu melakukan hal demikian.
    Namun sayangnya, benak kebanyakan ummat Islam tentang pendidikan adalah hanya mengantarkan generasi pada pandai akademis dan pandai agama, bukan peran peradaban. Mindset pandai akademis inilah sesungguhnya yang membuat peradaban Islam menjadi mandul peran peradaban.
    Kita banyak menemukan lembaga lembaga pendidikan Muslim maupun Orangtua Muslim yang masih berorientasi agar anaknya bagus di akademis dan atau bagus di agama, misalnya hampir seragam ingin punya anak yang lulus UN dengan nilai tinggi dan hafal banyak juz alQuran, lalu ujungnya agar bisa diterima di perguruan tinggi bergengsi dan bekerja di tempat "basah".
    Nampaknya tiada yang salah ketika berobsesi anak pandai akademis dan pandai agama lalu sekolah setinggi tingginya di kampus bergengsi dan akhirnya bekerja di perusahaan besar dengan gaji besar sehingga zakat dan infaqnya besar.
    Sesungguhnya Islam tak melarang manusia untuk kaya, berkuasa, terkenal dstnya, namun Islam melarang menjadikan dunia sebagai orientasinya walau dikemas dalam kemasan agama "agar banyak infaqnya". Itu namanya hubbuddunya dan menjadikan agama sebagai bungkus ambisi dunianya.
    Bayangkan apa jadinya, andai semua Muslim menjadikan dunia sebagai orientasinya? Mengantarkan anak anak kita yang cerdas dan hafizh itu untuk menjadi kuli kuli peradaban, bukan peran peran peradaban terbaik pada setiap bidang kehidupan? Tentu menjadi khoiru ummah hanya isapan jempol dan mimpi di siang bolong.
    Hari ini generasi muda muslim kebanyakan selesai sekolah dan kuliah, hadir di masyarakat, menjadi orang yang mati (meminjam istilah Buya Hamka), tanpa peran peradaban. Mereka melayang layamg menjajakan kepandaian akademis dan kepandaian agama untuk mencari nafkah dan menjadi kuli peradaban bangsa lain.
    Indonesia konon punya 600 Doktor Tafsir, namun tak satupun berminat bikin tafsir. Sejak Indonesia merdeka, kita hanya punya 2 tafsir kontemporer, yaitu AlAzhar (Hamka) dan alMisbah (Quraish Shihab). Kita punya banyak hafizh namun sedikit yang berminat jadi guru Quran apalagi ahli Quran dsbnya. Lembaga pengembangan SDM Muslim yang merekrut banyak pemuda pandai untuk diberi bea siswa dengan dana ummat, namun ujungnya hampir semuanya diserap perusahaan konglomerat.
    Ini terjadi karena orientasi pendidikan kita tak berorientasi peradaban dengan mengantarkan anak anak kita kepada peran peradaban terbaiknya dan menjadikan mereka sebagai rujukan dunia pada bidang itu.
    Lima tahun lalu, seorang ibu yang jadi rujukan banyak orang, menulis status di sosmed sbb
    "....alhamdulillah anak saya yang hafizh alQuran sekarang sudah tamat dari PTN,
    .......mohon doanya agar segera diterima bekerja"

    Bisa dibayangkan peradaban Islam 10-20 tahun ke depan jika mindset setiap ibu demikian.

    Nurul Islam Zerowaste

    Persoalan sampah tiada habisnya. Masalah kesehatan, keindahan, lingkungan, bumi bahkan generasi depan adalah dampak yang akan terkena akibat persoalan sampah. Edukasi yang selama ini sering dilakukan adalah membuang sampah pada tempatnya. Memilah sampah. Mengolah kembali sampah. Kunci utama kesuksesan program tersebut adalah kontinuitas. Ajeg. Dan istiqomah. Selama tidak seperti itu sulit untuk mencapai keberhasilan. Program-program motivasi dengan memberikan reward, penghargaan, sematan sangat baik dilakukan. Tapi terkadang substansinya tidak tersentuh. Hanya formalitas saja yang lebih sering ditonjolkan. 
    Nurul Islam ingin mengubah mindset ini. Inti utama mengolah sampah itu adalah Menolak Sampah. Menekan bahan-bahan yang beresiko akan menjadi sampah. Populer dengan sebutan Zerowaste. Untuk mengawali program ini. Semua civitas akademi Nurul Islam disentuh perasaannya. Bagaimana jika beraktivitas bersama sampah. Ketidakpedulian kita terhadap sampah itu bisa jadi karena kita hanya mengandalkan petugas kebersihan untuk mengurusi sampah. Padahal setiap kita adalah penghasil sampah. Cukup membuang sampah di tempat sampah. Lalu sampah dibawa ke Tempat Penampungan Akhir (TPA), kita anggap sampah sudah beres. Pernahkah kita berpikir bahwa sampah di TPA itu makin lama makin menggunung. Dan makin berbahaya bagi bumi ini ?
    Untuk menghadirkan respon peduli, tempat tampung sampah sementara dipindah posisinya. Diletakkan di pusat aktivitas penghuni sekolah. Harapannya, day by day, rasa setiap orang kan terketuk. Jika sudah terketuk, idealnya muncul benak gimana supaya untuk menolak setiap hal yang berpotensi menjadi sampah. Ini adalah program dari Kesiswaan.  
    Setelah 2 pekan beraktivitas bersama sampah. Anak-anak melihat, membaui, merasakan. Berpengalaman hidup bersama sampah. Harapannya, setiap siswa tumbuh perasaan sehingga lahirkan sikap terhadap sampah. Di hari Rabu Ekspresi 7 November 2018 Deklarasi #NurisZerowaste dilakukan. Setiap siswa mengambili satu per satu sampah untuk dipacking ke kantong plastik besar. Setelah itu, menuliskan pesan di atas sebuah banner putih. Terakhir, pemaknaan untuk meneguhkan gaya hidup Zerowaste. Kemudian dilanjutkan dengan membuat karya tulis terkait dengan pengalaman dengan sampah. 
    Tidak berhenti di deklarasi. Aplikasi #NurisZerowaste mulai dilakukan. Program perdana yang akan diterapkan adalah kegiatan Marketday. Setiap jum'at, pembeli yang membawa wadah sendiri akan dikenakan tarif produk lebih murah. Setiap selesai kegiatan, sampah yang dihasilkan akan ditimbang untuk dipantau perkembangan apakah semakin terkurangi ataukah malah bertambah. Ayo kita ubah gaya hidup kita dengan #NurisZerowaste
     Setelah disosialisasikan pekan lalu, saatnya kini diterapkan. Program perdana yang dikenakan adalah #NurisMarketday. Tampak para pembeli antusias membawa wadah minum dan snack sendiri supaya menekan terjadinya sampah dari bungkus produk. Penjual sudah terapkan tarif ganda. Untuk yang pake bungkus dijual lebih mahal dibanding yang tanpa bungkus. Sampah yang timbul berkurang cukup banyak dibanding pekan lalu. Moga ini jadi awal yang baik. Terjadi pengurangan sampah yang signifikan. Dari sebelum sosialisasi #NurisZerowaste, sampah yang dihasilkan adalah 7 kg. Begitu pekan berikutnya setelah sosialisasi turun menjadi 5 kg. Pekan berikutnya drastis jadi cuma 2 kg.

     Sukses di marketday, gerakan Nuriszerowaste dilanjut ke program lainnya. Termasuk saat seminar Parenting yag menghadirkan Pembicara Nasional Ust. Harry Santosa, acara dikemas dengan formast Zerowaste. Semua peserta membawa wadah snack dan minumnya sendiri-sendiri. Dan hasilnya, luar biasa. Sampah di akhir acara hampir zero. Kemudian, kegiatan dewan kelas, forum pertemuan rutin orang tua juga sudah mulai diformat dengan Zerowaste. Kegiatan outing juga tak ketinggalan.
     Gerakan sosial NurisZerowaste ini ditulis opininya oleh salah seorang guru SDIT Alam Nurul Islam dan berhasil ditayangkan oleh Harian Kedaulatan Rakyat, Senin, 3 Desember 2018.

    Dewan Kelas Harmoni

    SDIT, Sekolah Dasar Islam Terpadu. Terpadu antara sekolah dan rumah. Terpadu antara guru dan orang tua/wali. Terpadu kebiasaan, nilai, materi pembelajaran. Orang tua/wali yang sudah memutuskan untuk memilih SDIT Alam Nurul Islam idealnya memahami paradigma ini. Usaha yang dilakukan selanjutnya adalah, bagaimana menemukan cara yang mudah, efektif dan nyaman untuk menciptakan harmonisasi sekolah dan rumah. Saat hamonisasi sudah maujud, sudah bisa ditebak. Sinergi program hingga teknisnya bisa dinikmati. Fokus pada tujuan bukan keras pada ego masing-masing. Perbedaan terlihat sebagai variasi bukan musibah perpecahan. Apakah ini hanya manis di kata dan retorika? Nope. Tidak. Harmoni guru-orang tua itu sudah bisa terjadi.
        Berawal dari tema Sumpah Pemuda di semester 1 kelas 3 tahun 2017/2018. Untuk menutup tema pembelajaran ini, kelas 3 mengadakan proyek berupa pementasan teatrikal bertajuk "Sumpah ! Aku ini Indonesia". Kegiatan ini dilaksanakan di gedung pertunjukan Tejokusumo 2 FBS UNY tepat di tanggal 28 Oktober 2017. Persiapan dilakukan. Mulai dari pemilihan pemain, kostum, dekorasi panggung dan musik. Pentas yang melibatkan 84 anak sungguh tidaklah ringan. Peran orang tua yang terkoordinasi dalam dewan kelas hadir untuk mengusung beban bersamaan. Di perkembangan persiapan, menjadi kejutan. Ternyata para orang tua juga tidak kalah ingin menampilkan potensi seninya di gelaran Sumpah Pemuda tersebut. Jadilah orang tua dan anak tampil bersama. Sukses dan meninggalkan bekas positif semangat soliditas seluruh orang tua siswa kelas A, B dan C.  "No more A, B and C" salah satu komentar dari orang tua siswa. Lebih lengkapnya klik http://www.sekolahalamjogja.com/2017/10/siswa-orang-tua-dan-guru-bersatu-dalam.html

    Keharmonian itu berlanjut saat tutup tema pembelajaran "Kenampakan Alam" yang juga bersamaan dengan Peringatan Hari Bumi 2017 di kelas 3. Proyek yang dilakukan adalah dengan melakukan penanaman bibit pohon Cemara Udang di pantai Kwaru Bantul. Acara yang bertajuk Family Conservation Day ini diadakan dengan muatan lengkap. Rekreasi keluarga dengan sarapan pagi bersama di pantai dilanjutkan penanaman bibit pohon. Seluruh persiapan diadakan bersama antara guru dan orang tua/wali. Lebih lengkapnya klik http://www.sekolahalamjogja.com/2018/04/aksi-hari-bumi-2018-penanaman-bibit.html

    Menutup tema pembelajaran "Indahnya Kebersamaan" dan "Hemat Energi" kelas 4 mengadakan kegiatan Kemah keluarga. Sebanyak 270 peserta tercatat mengikuti kegiatan ini. Kegiatan berlangsung di bumi perkemahan Ledok Sambi, Purwobinangun Pakem Sleman. Selain acara kebersamaan dan keakraban keluarga, setiap keluarga meminimalisir menggunakan energi seirit mungkin. Selain itu meminimalisir penggunaan plastik di setiap wadah yang digunakan selama acara. Klik lebih lanjut di https://www.facebook.com/SekolahAlamJogja/posts/2015036868552661
    dan klik di hastag #NurisFamilyCamp

    Gerhana Bulan Terlama, Momen untuk Tunduk dan Bertaubat

    Fenomena gerhana bulan kali ini termasuk menarik. Durasi yang lebih dari 1 jam di posisi bulan dalam garis edar terjauh. Selain itu fenomena kenampakan benda langit juga bisa disaksikan. Hujan meteor Piscis Austrinids dan oposisi planet Mars. Momen yang menarik secara ilmiah ini tentu menjadi media pembelajaran yang sayang jika ditinggalkan. Meskipun secara waktu memang butuh perjuangan untuk mencapainya. Dini hari buta di saat banyak orang sedang menikmati istirahat tidurnya serta melawan hawa dingin yang menusuk tulang. Sekolah Alam Nurul Islam tidak akan melewatkan momen berharga ini. Sudah menjadi agenda rutin jika terjadi gerhana, baik bulan maupun matahari. Dilaksanakan sholat sunnah gerhana. Pelaksanaannya pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 mulai pukul 03.30 dini hari.

    Kegiatan sholat gerhana akan disertai juga dengan aktivitas observasi bulan purnama menggunakan teropong jenis Skywatcher kaliber 90mm. Untuk menambah kehangatan dan kebersamaan, di penghujung acara disediakan sarapan pagi berupa bubur ayam. Kegiatan ini mengundang khalayak umum terkhusus guru dan keluarga siswa Sekolah Alam Nurul Islam. 
    Beberapa orang sudah hadir di masjid Nurul Islam sejak malam hari sebelumnya. Sekalian menginap di masjid karena khawatir tidak bisa bangun pas waktu dinihari. Juga perjalanan malam hari yang agak beresiko dari segi keamanan. Tepat pukul 03.30, sholat gerhana bulan (Khusuf) dimulai dengan diimami oleh ustadz Bintara. Sholat dengan 2 roka'at disertai 4 kali ruku' ini membaca surah al Baqarah juz 1. Waktu sepertiga malam terakhir menambah suasana hening dan menambah khusyu' para jama'ah.      
    Selesai sholat dilanjutkan khutbah gerhana yang disampaikan oleh ustadz Ariefuddin. Dalam khutbahnya, khotib menyampaikan tentang pentingnya meneliti segala ciptaan Allah, makhluk sebagai jalan untuk mengenal-Nya. Bukan dengan meneliti dzat-Nya. Seluruh makhluk Allah itu hakikatnya baik semua dan bermanfaat. Robbana maa kholaqta hadzaa bathila, taka da satu pun ciptaan-Nya yang sia-sia. Hanya saja terkadang manusia merasakan adanya resiko buruk dan jelek yang timbul dari ciptaan-Nya. Maka selalulah untuk minta perlindungan dari keburukan makhluk-Nya. Termasuk fenomena gerhana bulan. Itu bukanlah tanda akan kesialan atau ada kejadian bencana. Tapi itu merupakan tanda kebesaran Allah dengan ciptaan-Nya. Bahkan menjadi media yang seharusnya manusia menjadi takut. Terkikis segala kesombongan yang bisa jadi muncul dalam kehidupannya di dunia. Selanjutnya, momen gerhana ini adalah saat terbaik untuk bertaubat minta ampun kepada Allah. Apalagi jangka waktu gerhana yang cukup lama serta terjadi di sepertiga malam terakhir sebagai waktu yang utama. Kegiatan berlanjut dengan observasi dengan melihat gerhana bulan menggunakan teropong. 
    Waktu shubuh menjelang. Selesai melaksanakan sholat shubuh berjama'ah, menu sarapan telah siap. Ditemani dengan bubur ayam dan teh hangat, para jama'ah tampak berbincang akrab menyongsong pagi cerah menjelang.

    Musibah Berbuah Hikmah (Catatan Outing Kelas 4 ke Pantai Sodong dan Gunung Selok Cilacap)

    Siapapun pasti tak ada yang mau bertemu dengan musibah. Bahkan dengan iming-iming imbalan setimpal pun. Tapi, begitu ditakdirkan oleh Allah bertemu dengan musibah, maka kewajiban kita adalah meningkatkan keimanan. Memahami bahwa musibah itu adalah hakekat ujian yang dianugerahkan Allah sebagai media untuk meningkatnya keimanan. Bagi yang lulus pasti meningkat. Yang gagal, kita mohon ampun Allah untuk terhindar darinya. Para nabi dan rasul adalah golongan piihan Allah yang selalu diuji dengan kesulitan dalam hidupnya. Dan satupun kita belum pernah mendengar kegagalan ujian selama hidupnya. Catatan kegiatan ini dibuat sebagai bentuk informasi untuk bisa dipahami siapa saja. Lebih lagi, ditujukan sebagai sarana untuk mengambil pembelajaran dibalik sebuah peristiwa, terkhusus lagi musibah. 
    Sekolah Alam Nurul Islam melalui Jaringan Sekolah Alam Nusantara (JSAN) Regio DIY-Jateng mendapatkan tugas perawatan tanaman langka di gunung Selok Adipala Cilacap. Program ini merupakan kerjasama antara JSAN Regio DIY-Jateng, Pertamina Foundation Cilacap dan BKSDA Cilacap. Setiap bulan satu Sekolah Alam anggota JSAN Regio DIY-Jateng mendapatkan jadwal tugas perawatan. Jadwal Sekolah Alam Nurul Islam jatuh di bulan Mei 2018 ini. Tugas perawatan meliputi mengecek kondisi tanaman langka yang berjumlah 130an tanaman. Mengukur ketinggian, mengganti plang nama serta melaporkan kerusakan yang terjadi. Siswa yang ditunjuk untuk menjalankan tugas tersebut adalah kelas 4. Semua ada 72 siswa.
    Kegiatan outing ini terlaksana dengan kerjasama sekolah dengan orang tua melalui Dewan Kelas 4. Mulai dari persiapan, penyiapan akomodasi dan perlengkapan dilakukan bersama sekolah melalui guru kelas dan orang tua siswa. Bahkan dalam pelaksanaan ini perwakilan orang tua turut serta mendampingi siswa. Setiap kelas ada 3 perwakilan orang tua. Total ada 9 orang tua perwakilan. Rombongan peserta berangkat dari sekolah hari Selasa, 8 Mei 2018 jam 00. Harapannya sampai di lokasi menjelang waktu Subuh. Sesuai rencana, para peserta langsung menuju pantai Sodong untuk menyongsong matahari terbit. Kebetulan lokasi pantai Sodong ada di bawah gunung Selok. Dari pantai Sodong menuju lokasi perawatan tanaman di gunung Selok akan ditempuh dengan tracking, berjalan kaki.
    Sesuai rencana. Rombongan sampai di pantai Sodong pukul 04.00. Setelah bersih diri di kamar mandi dan wudhu, semua peserta berjalan menuju di tepi pantai. Di tepi pantai memanfaatkan waktu menjelang adzan Subuh berkumandang, secara berjama'ah para siswa melaksanakan sholat Tahajud dan Witir. Sebentar kemudian, adzan berkumandang. Setelah sholat Subuh dilaksanakan, ustadz Bintara menyampaikan tausyiah singkat. Semua siswa diajak untuk mentafakuri alam yang terbentang di depannya. Bintang gemintang yang jelas bercahaya di kegelapan malam. Bintang yang berfungsi sebagai penghias langit, penunjuk arah dan pelempar setan seperti yang Allah dalam surah Al Mulk ayat 5. Air laut yang berlimpah Allah ibaratkan sebagai ilmu-Nya yang bandingan dengan ilmunya manusia seperti air laut dan tetesan terakhir ujung jari yang dicelupkan kemudian ditarik dari air laut. Laut ini juga merupakan makhluk Allah, yang bisa diperintahkan sesuai kehendak-Nya. "Bahkan bisa diperintah untuk menggulung kita yang sedang duduk di tepi pantai ini", kata ustadz Bintara.
    Pagi mulai menerang. Kegiatan dilanjutkan dengan bersih pantai. Setiap anak dalam kelompok diharuskan mengumpulkan sampah terutama berbahan plastik yang dikumpulkan di dalam satu kresek besar. Setiap sisi pantai disisir untuk dibersihkan dari sampah. 
    Selesai bersih pantai, para siswa menginginkan untuk bermain air laut. Ustadz Bintara mengingatkan batas maksimal yang boleh basah adalah lutut. Berulang peringatan tersebut disampaikan ke anak-anak. Melihat ombak yang besar muncul kekhawatiran jika terlalu asyik bermain menjadi hilangnya waspada akan datangnya gelombang laut. Ditambah lagi, ustadz Bintara baru saja mendapatkan informasi jika baru saja ada pengunjung yang tenggelam dan belum ditemukan. Rasa khawatir makin bertambah sehingga muncul usaha untuk memindahkan main air ke lokasi yang lebih aman.
    Di sebelah barat pantai terdapat perairan yang sangat dangkal semata kaki. Ditambah lokasi tersebut sangat jauh dari bibir pantai laut lepas. Membuat keputusan untuk bermain air yang aman semakin mantap. Berpindahlah semua anak ke lokasi kemudian bermain air. Dikarenakan lokasi yang dianggap aman, rasa kekhawatiran para guru dan orang tua yang mendampingi mulai berkurang. Waktu makin berjalan. Terjadi perubahan pada debit air. Gelombang air laut yang masuk ke lokasi ini makin meningkat. Hal ini yang kurang disadari anak-anak dan para guru serta orang tua. Arus air semakin mengencang, beberapa anak mulai minggir. Tapi beberapa anak justru memanfaatkan arus tersebut untuk berenang. 
    Inilah awal musibah terjadi. Rupanya lokasi yang dipakai untuk bermain ini merupakan muara. Pertemuan antara sungai dan laut. Sehingga kondisi pasirnya labil. Awalnya memang ketinggian air pendek sekali. Apalagi waktu pagi adalah saat pasang air laut terjadi. Sewaktu arus laut lepas mulai masuk ke muara dengan arus yang cukup deras, pasir yang ada di dasar muara ikut terbawa. Sehingga jika dipijak akan lepas dan menjadi dalam. Ditambah arus yang besar membawa benda yang ada diatasnya hanyut. Kondisi inilah yang terjadi. Ada 8 anak laki-laki yang terbawa ke tengah muara. Mereka mulai menyadari bahaya saat menapakkan kaki ke dasar muara sudah menjadi dalam. Mereka mulai berteriak minta tolong. Melihat anak yang minta tolong, ustadz dan orang tua menyeru anak untuk minggir naik ke daratan. Ustadz Bintara dan ustadz Gusdul segera masuk ke muara menolong anak yang minta tolong. Keduanya tidak menyadari jika dasar muara menjadi dalam karena pasir terbawa arus laut. Ustadz Bintara dengan masih membawa megaphone di tangan kiri dan HP di tangan kanan tiba-tiba juga tenggelam. Begitu juga ustadz Gusdul. Keduanya sambil mengambang menuju ke salah satu anak yang sudah kepayahan berenang. Pak Ikhsan yang kebetulan merupakan anggota PMI dengan sigapnya masuk ke muara berenang cepat menuju ke 8 anak yang tenggelam. Alhamdulillah satu per satu anak bisa dijangkau dan selamat. Bu Amalia, bu Nanik dan ustadz Udin juga berenang ke muara tapi karena arus sudah terlalu besar, ketiganya balik arah ke daratan. Kini tinggal ustadz Bintara dan ustadz Gusdul yang masih berusaha keras untuk tetap berenang meski arus membawanya menuju ke arah laut lepas. Usaha minta tolong dilakukan. Membangunkan para nelayan untuk pinjam perahunya. Nampak nelayan sendiri tidak berani untuk langsung masuk ke muara. Hanya satu nelayan yang langsung menyusul untuk menyelamatkan ustadz Bintara dan ustadz Gusdul. Di ujung barat daya nampak para pemancing yang berada di atas bebatuan juga sedang mencari cara untuk menolong kedua ustadz. Suasana mencekam masih meliputi karena pergerakan kedua ustadz sudah makin mendekat ke laut lepas. Mu'jizat Allah, ustadz Gusdul bisa menjangkau batu besar di bawah para pemancing. Dengan badan yang masih lemas tertelungkup di atas batu besar. Kini tinggal ustadz Bintara yang masih berjuang hidup melawan arus laut. Nampak muncul tenggelam dari permukaan laut. Nelayan belum juga berdatangan. Yang di daratan hanya mampu berdoa keras mohon pertolongan kepada Allah dengan tangan ke atas untuk selamatkan ustadz Bintara. Subhanalloh, ustadz Bintara berhasil menepi ke bebatuan. Rupanya ustadz Bintara ditarik dengan sebuah mata pancing yang dilemparkan pemancing. Selamatlah seluruh yang hanyut. Kami bersyukur tiada henti kepada Allah.

    Setelah semua korban hanyut selamat, baru datanglah perahu nelayan untuk menjemput para korban. Semua anak dalam kondisi sehat meski masih panik, beberapa menangis haru karena karena syukur bisa diselamatkan. Kondisi ustadz Gusdul sudah tak berdaya. Sehingga harus digotong menuju perahu. Pertanyaan pertama yang terucap "Gimana pak, Aqil selamat kan?" Ustadz Bintara masih bisa jalan meski harus dituntun. Megaphone dan dompetnya hilang. Semua diangkut perahu menuju daratan. Beberapa masih diliputi haru dan berucap sudah pasrah jika Allah akan mengambil nyawanya saat hanyut. 
     
    Ustadz Gusdul, Bintara dan satu siswa, mas Aqil segera dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Dalam perjalanan menuju Puskesmas, kami ditemani oleh 2 nelayan. Selama perjalanan nelayan menyampaikan kekagumannya pada mental para anak yang hanyut. "Mentalnya anak-anak itu bagus benar pak, karena itulah yang menyebabkan mereka selamat. Kalau anak lainnya mungkin sudah gak tertolong mas" kata seorang nelayan. "Meski secanggih apapun kemampuan renangnya, kalo mentalnya gak ada ya pasti tenggelam juga mas" timpal nelayan satunya. Kami justru ditunjukkan betapa pembelajaran mengalami dan secara outdoor selama inilah yang membentuk mental mereka. Ustadz Bintara dan mas Aqil segera diperbolehkan pulang. Sedangkan ustadz Gusdul harus dirawat dahuluselama 2 jam. Sebenarnya ustadz Bintara belum cukup fit untuk aktivitas, namun ia memaksa untuk kembali ke rombongan melanjutkan kegiatan ke gunung Selok. Rencana semula tracking dibatalkan, seluruh siswa naik ke gunung Selok bersama dengan angkutan bis mereka.

    Meski baru saja ada kejadian yang membuat hati anak-anak khawatir, namun tidak menghalangi mereka meneruskan kegiatan perawatan tanaman di gunung Selok. Di lokasi, anak-anak secara berkelompok ditugasi untuk merawat tanaman yang berjumlah 130an. Tanaman merupakan tanamana langka endemik Cilacap. Lokasi penanaman sepanjang pinggir jalan di bawah Vihara. Perawatan meliputi pencatatan nama tanaman, kondisi, plang nama. Sebelum dilakukan, mereka diberi pengarahan dahulu oleh petugas setempat. Untuk tanaman yang sudah mati dilakukan penggantian dengan tanaman yang baru. Rata-rata ketinggian tanaman dari 50 cm hingga 170an cm. Beberapa ada yang layu dengan daun kehitaman. Mayoritas tumbuh dengan baik.
    Selesai perawatan, setelah sholat Dhuhur, ustadz Bintara menyampaikan pemaknaan terhadap apa yang baru saja dialami bersama. Musibah di muara Sodong dan ketentuan takdir Allah. Kepasrahan tawakal kepada Allah yang muncul di saat menghadapi sakaratul maut. Dzikir ma'tsurat yang harus dilantunkan dengan penuh kesungguhan. Karena ia menjadi tameng perlindungan Allah atas segala musibah. Ustadz Bintara mengingatkan akan kultumnya di pagi hari. Akan makhluk Allah berupa air laut yang baru saja menghanyutkan mereka. Allah masih sayang tidak memanggilnya saat bermain-main. Artinya Allah ingin kita berpengakhiran yang baik, husnul Khotimah. Ini sungguh pelajaran yang banyak didapat. Untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk meningkatkan keimanan.
    Tugas berikutnya adalah bagaimana menginformasikan kejadian musibah ini kepada para orang tua dan pimpinan sekolah. Untuk kejelasan dan kelurusan informasi, disepakati bahwa jalur komunikasi berasal satu orang. Pak Iwan Santosa perwakilan orang tua dari kelas 4B ditunjuk sebagai yang bertugas. Beliau akan menginformasikan kronologi kejadian kepada orang tua sebelum rombongan tiba di sekolah. Sehingga jika akan konfirmasi bisa langsung ke satu sumber. Untuk melengkapi informasi akan dilakukan pertemuan semua orang tua siswa kelas 4. Sekaligus pihak sekolah menyampaikan pernyataannya di depan para orang tua. Alhamdulillah pertemuan sudah terlaksana pada hari Jum'at, 11 Mei 2018. Semua orang tua merasa bersyukur, informasi bisa terkonfirmasi. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga betapa kerjasama guru, orang tua, sekolah sangatlah penting dalam proses pembelajaran. 

    Hari Pendidikan Nasional 2018

    Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini bertepatan dengan menjelangnya pelaksanaan Ujian Nasional untuk tingkat SD. Ujian Nasional SD akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 5 Mei 2018. Setiap 2 Mei  menjadi momen untuk memberikan perhatian terhadap proses pendidikan yang berlangsung di negeri ini. Sudahkan pendidikan berjalan sesuai dengan rel dan bergerak sesuai dengan peta jalan yang benar ? Ataukah belum. Seharusnya momen 2 Mei bukan semata diperingati dengan upacara tanpa refleksi dan pemaknaan akan pendidikan.
    Memaknai pidato Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018 dari Presiden RI yang dibacakan oleh pembina upacara, bahwa yang penting dan utama dari hasil pendidikan itu adalah adanya Karakter. Karakter Moral dan Karakter Profesional. Keduanya saling dukung dan sinergi. Setiap anak didik harus terasah secara terpadu. Selain itu, menghadapi kehidupan ke depan yang penuh tantangan, setiap manusia membutuhkan skill Kreativitas, Kritis, Komunikasi dan Kolaborasi. Semuanya bisa diasah dengan melakukan aktivitas bukan semata menyerap informasi dan pengetahuan. Setiap anak mempunyai jiwa petualang dan ingin tahu. Memasuki dunia sekolah yang dilengkapi tata aturan dan budaya menjadi tantangan setiap anak didik. Apakah anak didik semakin terasah ataukah tereduksi jiwa pembelajarnya. Sekolah harus pandai dalam mengelola hal tersebut.
    Selesai kegiatan upacara, para siswa mengikuti kegiatan Mitigasi Bencana yang diselenggarakan atas kerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap DIY. Mitigasi bencana dilakukan dalam rangka setiap siswa mempunyai kesadaran kesiapsiagaan saat menghadapi bencana.
    Ada 2 jenis bencana yang disiapkan simulasi mitigasinya. Musibah kebakaran dan musibah gempa bumi. Untuk kebakaran, anak-anak diberi pengetahuan terkait dengan berbagai potensi yang beresiko mendatangkan musibah kebakaran. Kemudian bagaimana langkah antisipai dalam pemadamannya. Beberapa peralatan diperkenalkan yang bisa digunakan sebagai alat darurat untuk pemadaman api. Prinsip pemadaman api adalah jika sumber api tersebut diputus dari bahan bakarnya. Bahan bakar api bisa dari minyak bumi ataupun oksigen. Jika api sudah diputus dari 2 hal tersebut makan dengan sendirinya api akan padam. 
    Untuk simulasi mitigasi gempa bumi, anak-anak diajarkan sikap bagaimana ketika gempa bumi terjadi. Anak-anak diharuskan melindungi kepala dan berlari ke tempat yang aman. Jika di dalam ruang, mencari benda yang kuat untuk berlindung dari terpaan benda-benda yang dimungkinkan jatuh akibat gempa. Jika memungkinkan, berlari ke tempat terbuka yang sedikit dimungkinkan ada benda yang akan roboh seperti di lapangan terbuka.

    Khotmil Qur'an dan Imtihan Qiroaty Ke-8

    Menjadi agenda tahunan, Khotmil Qur'an dan Imtihan Qiroaty selalu menjadi acara yang ditunggu-tunggu. Khotmil sebagai bentuk seremoni ketuntasan dalam pembelajaran baca Al Qur'an. Dan Imtihan adalah proses verifikasi akhir melalui semacam ujian terbuka bagi para peserta yang sudah dinyatakan lulus dari EBTAQ Qiroaty, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Qur'an. Sengaja 2 even disatukan supaya menjadi syiar bahwa belajar Qur'an yang benar itu mudah dan dapat dipertanggungjawabkan secara publik. Tahun ini Khotmil Qur'an dan Imtihan memasuki tahun ke-8. 
     Sabtu, 28 April 2018 menjadi hari yang bersejarah bagi siswa dan orang tua yang menjadi peserta Khotmil dan Imtihan ke-8 ini. Setelah menjalani jalan panjang pembelajaran, meniti lembar demi lembar, ujian demi ujian kenaikan jilid akhirnya hari itu tibalah jua. Para siswa peserta tampak bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini meski perasaan deg-degan timbul karena harus menyiapkan diri untuk menghadapi pertanyaan yang akan disampaikan oleh para tamu undangan. Para orang tua dengan wajah bahagia dan bangga hadir untuk menyaksikan putra-putrinya diuji publik dan diwisuda.
    Suasana acara dibuat 'sakral' untuk memberikan kehormatan bagi para pecinta Qur'an, karena Rasul SAW sendiri menyampaikan bahwa "Orang yang terbaik diantara kalian ialah yang belajar Qur'an dan mengajarkannya". Dengan dekorasi yang meriah berikut karpet merah untuk para peserta khotmil. 
    Yang paling seru adalah saat Imtihan. Setiap peserta siap menerima pertanyaan dari para hadirin terkait dengan ilmu tajwid dan cara baca Qur'an. Selain dituntut dalam benar dalam menjawab, setiap peserta juga diasah mentalnya mengingat forum yang terbuka di depan hadirin, tamu undangan. Setiap peserta memperkenalkan dahulu nama dan keluarganya dilanjutkan dengan menjawab materi pertanyaan hadirin.

    Tahun ini dari segi jumlah terjadi peningkatan. Tahun lalu dari 35 peserta sekarang menjadi 43 peserta. Ditambah lagi untuk Khotmil dan Imtihan ke-8 ini juga mengikutkan peserta dari tingkat SMP. Semoga para peserta, orang tua dan guru diberi kekuatan istiqomah untuk selalu mencintai Qur'an, mengamalkan Qur'an sehingga kelak Qur'an menjadi penolong di yaumil Akhir. 

    Trending : Program Family Camping

    Aktivitas belajar haruslah dilakukan dalam kondisi nyaman. Karena dalam kondisi nyaman itulah otak dan hati sangat siap untuk menerima informasi dan inspirasi yang segera menjadi keyakinan perubahan sikap dan perilaku sebagai tujuan dari belajar tersebut. Sehingga, sepertinya sangat mustahil jika kita mengharapkan sebuah perubahan melalui proses belajar yang membosankan, menjemukan bahkan penuh paksaan. Bisa jadi perubahan segera terjadi, tapi itu semua hanyalah instan, formal dan permukaan semata. Bukankah kita menginginkan perubahan yang terpahat kuat menjadi kebiasaan, kepribadian bahkan karakter kan?
    Banyak inovasi terkait metode untuk membuat belajar menjadi nyaman sehingga melahirkan selain pengetahuan baru juga gerak hati untuk mantap berubah. Pembelajaran yang semakin mendekati kondisi alami lebih memberi peluang untuk memancing minat dan perhatian. Kondisi alami memberi nuansa nyata mendekati apa yang dilakukan di kehidupan. Lebih merasakan dan mengalami akan hal yang baru. Tertantang pada resiko kesulitan dan masalah yang tak diperhitungkan muncul. Sedangkan pembelajaran yang semakin mengasingkan diri dari kehidupan nyata lebih cenderung terjebak pada aktivitas hafalan dan mudah membosankan.
    Salah satu metode yang banyak diminati untuk pembelajaran adalah dengan kegiatan berkemah atau camping. Loh berkemah kok jadi metode belajar sih?  Selain siswa, orang tua juga wajib melakukan proses belajar. Karena kebanyakan para orang tua tidak didahului dengan proses pembelajaran atau sekolah untuk menjadi orang tua. Dan memang di Indonesia belum ada sekolah untuk menjadi orang tua. Sehingga program parenting atau pembelajaran menjadi orang tua sering diberlakukan di sekolah-sekolah. Dengan tujuan, supaya orang tua mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam mendampingi pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya. Namun, bentuk dan format kegiatan parenting sering terjebak pada formalitas, massal dengan ceramah, satu arah, sehingga tidak sesuai tujuan yang diharapkan. Muncullah berikutnya inovasi metode untuk menghindari kebosanan dan yang paling penting tujuan parenting tercapai. Dengan berkemah, ketrampilan komunikasi, memahami dan mendengarkan, kerjasama, menangani konflik, kedekatan lebih berpeluang besar diwujudkan. Kerjasama mendirikan tenda dan memasak, berbagi tugas menyiapkan acara makan, penyelesaian tugas dalam game, mengajak satu keluarga tilawah qur'an dan bertahajud secara jama'ah. Semua dilakukan secara teknis bukan semata teori dan wacana. Masing-masing keluarga melakukan dengan cara dan gayanya masing-masing bukan satu cara sesuai tips dalam buku-buku parenting. Rupanya program Family Camping menjadi trending yang dilakukan oleh keluarga siswa Sekolah Alam Nurul Islam. Dengan Family Camping ini pula kita mengikuti 3 nasehat Umar bin Khaththab untuk membangun kedekatan hubungan terkhusus antar keluarga. Bepergian jauh bersama, bermalam bersama dan berurusan dengan uang bersama.
    Pertama, saat kegiatan kemah keluarga untuk calon orang tua siswa Sekolah Alam Nurul Islam. Kegiatan kemah keluarga yang diikuti cukup banyak keluarga. Bertempat di lapangan Youth Center diikuti oleh 80an keluarga. Baca :http://www.sekolahalamjogja.com/2018/02/kemah-keluarga-nurul-islam.html
    Kedua, Family Camping yang dilaksanakan oleh kelas 2 Sekolah Alam Nurul Islam dalam rangka tutup tema pembelajaran 'Keluarga' dan 'Benda Langit'. Bertempat di pantai Goa Cemara, 84an keluarga ikut serta mengikuti kegiatan kemah keluarga. Kegiatan observasi sunset dan sunrise dilakukan para siswa di pinggir pantai. Malamnya, setiap keluarga yang terkumpul dalam Dewan Kelas menunjukkan penampilan spontanitasnya. Ditutup dengan pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi sesuai dengan potensinya. Baca : My Family, We are One
    Ketiga, Family Camping yang dilaksanakan oleh keluarga dewan kelas 4B. Kegiatan yang berlokasi di bumi perkemahan Ledok Sambi Kaliurang ini diikuti oleh 23 keluarga. Khusus satu kelas ini melaksanakan kegiatan kemah keluarga ini dengan tujuan kedekatan antar keluarga dalam satu kelas. Kegiatan diawali dengan acara tangkap ikan dan mancing ikan, kemudian bakar ikan dan jagung setelah pentas seni siswa dan orang tua. Qiyamullail dengan tahajud berjama'ah serta renungan. Di pagi harinya ditutup outbound dengan menu flying fox panjang dan panahan secara battle. Baca : The Light of Friendship, Kinship and Togetherness
    Keempat, Family Camping keluarga dewan kelas 1b yang dilaksanakan di bumi perkemahan Jaka Garong Turi Sleman. Dengan peserta sejumlah 24 keluarga dilaksnakan dengan beberapa menu acara. Bakar Ikan, makan malam bersama dengan alas daun pisang, malam keakraban dan pagi harinya outbound keluarga. Baca : Happy Camping We're Star Family

    Aksi Hari Bumi 2018 : Penanaman Bibit Pohon Cemara Udang di Pantai Kuwaru

    Tutup Tema adalah kegiatan yang didesain sebagai bentuk hasil dari proses pembelajaran satu tema. Di Tutup Tema ini, siswa melakukan proses komunikasi kepada publik terkait dengan karya berupa benda, tulisan, seni, inovasi dan berupa kegiatan yang mengandung unsur kemanfaatan bagi orang lain. Sekaligus menjadi solusi atas sebuah masalah yang dihadapi.
    Penutupan tema Kenampakan Alam kelas 3 bersamaan dengan momen Hari Bumi 2018. Kegiatan tersebut dilaksanakan berlokasi di pantai Kuwaru. Lokasi yang terkena dampak abrasi yang cukup parah. Terlihat di sebelah timur, garis pantai semakin memendek. Beberapa bangunan roboh, serta tanaman yang rusak akibat dari terjangan abrasi gelombang laut. Bentuk peringatan hari bumi tahun ini dipilih dengan kegiatan tanam bibit pohon Cemara Udang. Cemara Udang atau Casuarina equisetifolia dikenal sangat efektif untuk mencegah abrasi dan tsunami di daerah pantai. Seperti di beberapa pantai yang keberadaan pohon Cemara Udang yang tumbuh lebat, lebih cenderung selamta dari terjangan abrasi laut. Pohon Cemara Udang ini  dikenal tanaman yang mudah sekali perawatannya. Sangat cocok di media pasir pantai. Usia pertumbuhan yang sangat cepat menjadikan pohon Cemara Udang menjadi pilihan untuk tanaman konservasi pantai.
    Kegiatan ini melibatkan orang tua dan keluarga siswa. Bertepatan dengan hari libur agar memberi kesempatan juga kepada keluarga untuk berekreasi kumpul keluarga. Kegiatan diawali dengan aktivitas sarapan pagi bersama keluarga. Sarapan pagi dilaksanakan di lokasi penanaman beralaskan tikar berlatarkan laut. Masing-masing keluarga membawa menu sarapan sendiri untuk kemudian saling berbagi antar keluarga. Hal ini menambah keakraban antar keluarga. Setelah sarapan dilanjutkan dengan kegiatan tanam bibit Cemara Udang. Satu keluarga satu bibit. Mereka menanam bersama anggota keluarga. Untuk menanam cukup mudah. Pasir digali setinggi plastik polibag bibit, kemudian plastik dibuka dan dimasukkan ke lubang. Terakhir ditutup dan disiram. Harapannya, pohon Cemara Udang ini menjadi amal Jariyah keluarga yang pahala kemanfaatannya senantiasa mengalir seiring dengan kelestarian pantai Kuwaru. Ada rasa kangen untuk selalu menengok kondisi tanaman Cemara Udang. Bahkan kelak jika anak-anak dewasa Cemara Udang menjadi memori dan penguat kepedulian akan kelestarian lingkungan. 
     Kegiatan ini bekerjasama dengan Pokgiat, kelompok giat yang diketuai Drs. H. Darminto yang kegiatan rutinnya melakukan penanaman pohon Cemara Udang dan perawatannya. Pak Darminto menyampaikan terima kasih banyak atas kehadiran para siswa, guru dan orang tua dengan kepedulian pada pantai Kuwaru melalui penanaman bibit pohon Cemara Udang. Semoga niat siswa dan para bapak ibu sekalian bernilai pahala yang banyak.





    Setelah prosesi penananaman selesai dilanjutkan dengan kegiatan wisuda tahfidz Qur'an juz 30. Siswa-siswa yang sudah berhasil menyelesaikan hafalan surah-surah juz 30 diwisuda untuk memberikan motivasi kepada diri siswa maupun lainnya untuk melanjutkan hafalan juz berikutnya.

    update :