Februari 2022

    INFLUENCER - FOLLOWER


    Guru itu harusnya menginspirasi bukan hanya suka beri instruksi.
    Mungkin ada benarnya ungkapan itu.
    Pagi ini, setelah siswa kelas 6 sholat Dhuha dan Ma'tsurat, sengaja aku tak ingin mendahului membuka morning speech. Kuminta guru lain memulainya.
    Alasannya, suasana hati yang sedang diliputi negatif mood saja. Setelah menyaksikan sikap tidak seriusnya beberapa oknum siswa saat dzikir.
    Ternyata teman guru membuka forum dengan memanggil salah satu oknum siswa tak tertib itu maju menemaninya. Si guru bertanya menelisik mengapa ia dipanggil ke depan.
    Persis yang kuharapkan. Si guru tidak lantas marah dengan sikap tidak tertibnya si oknum siswa. Tapi berdialog memandu pelan sehingga si oknum mengakui kesalahannya.
    Aku suka sekali ungkapan yang dipakai si guru. "Kalian itu lebih suka MENGATUR kan daripada DIATUR ?" MAKA, "Aturlah diri kalian sendiri jangan menunggu orang lain untuk mengatur diri kalian!"
    Beberapa waktu berjalan, mood negatifku mulai menghilang. Jadi ingin ikut menambahkan diskusi pagi itu. Si guru pun mempersilahkanku.
    Kuawali pembicaraanku dengan kata-kata yang kucoba mewakili apa yang mereka rasakan.
    "Sebenarnya ustadz gak mau ngomong banyak, karena dengerin orang yang banyak omong itu membosankan, betul ?"
    Kulihat ada beberapa anak menganggukkan kepala. Pelan.
    "Ustadz sedang berpikir keras untuk memilih kata-kata yang tepat. Jadi biar sedikit kalian dengarnya. Sedikit tapi jitu menembus hati"
    Nampak ada satu dua anak menekan pelan dadanya dengan kedua tangannya.
    "Untuk berubah itu memang berat. Bisa saja ustadz marah besar saat ini dan kalian bisa berubah jadi tertib. Tapi bukan perubahan seperti itu yang diharapkan"
    "Perubahan seperti itu tipu-tipu. Hanya formalitas. Action saja. Yang seperti itu berat lho. Karena hati belum mau berubah. Tapi badan dipaksa berubah"
    Kucoba telanjangi apa yang ada di benak kata hati mereka.
    "Yang berubah beneran sama formalitas itu sangat bisa dibedakan lho"
    "Memang yang beneran itu penentunya hidayah. Dan itu misteri hanya kehendak Allah"
    "Ustadz gak muluk-muluk semua harus berubah. Cukup sedikit dari kalian bisa berubah beneran. Berprinsip. Maka yang sedikit itu akan menarik sisanya yang bisa jadi lebih banyak untuk mengikuti kebaikannya"
    *****************************************
    Guru olahraga pas ijin tak berangkat. Rencana awalnya siswa putra akan sepakbola. Karena jumlah siswanya yang terlalu besar, sepakbola urung dilakukan.
    Niat awalku hanya menunggui siswa olahraga. Tapi melihat siswa yang tak jadi sepakbola, kulemparkan pertanyaan.
    "Ayo lari maraton saja supaya bisa semua melakukan" tawarku yang sebenarnya jawabannya sudah ketahuan.
    Lalu, ada siswa yang usul "Jalan-jalan ustadz !"
    Kuiyakan usulnya. Lalu kita beberapa siswa berangkat jalan. Tujuannya belum jelas. Yang penting jalan dulu.


    Sambil jalan kita ngobrol. Ternyata, angkatan ini termasuk yang tak sempat mengalami aktivitas pembelajaran yang 'aneh-aneh'.
    Hal itu ketahuan setelah kuceritakan aktivitas-aktivitas pembelajaran kelas yang pernah kuampu seperti, tangkap ikan lalu dibakar dan makan siang di pinggir kali. Penjelajahan mencari harta karun dan seterusnya.
    Sampailah obrolan kami pada istilah bonek. Aksi nekat para suporter Persebaya.
    "Kira-kira orang tua kalian mengijinkan gak ya kalau ustadz ngajak kalian mbonek"
    "Maksudnya ustadz?" selidik mereka.
    "Ya pokoknya kita pergi tanpa bekal selama 24 jam, nanti kalau butuh makan apapun dilakukan. Kalau butuh transport bisa menghentikan truk atau pick up" jelasku
    "Kayaknya kalo program sekolah diijinkan ustadz" salah seorang menimpali.
    "Ayo ustadz setuju" jawab beberapa anak lain.
    "Ah jangan ah, kita baru fokus untuk nyiapkan ASPD kan" batalku
    "Ya ustadz, gak apa-apa" jawab mereka dengan nada kecewa.
    "Gimana kalo mboneknya sekarang saja?" kataku
    "Maksudnya?"
    "Kita jalan lurus ke selatan sampai jalan godean trus ke arah timur ke ringroad, lalu ke utara menuju sekolah ?" tantangku.
    "Ayo, siapa takut ?" jawab mereka semangat.
    Tak terasa jalan sudah mulai menjauh. Jalan terus tanpa bekal jika haus kita bertekad mampir masjid minum air kran.


    Alhamduillah ada sebuah masjid yang menyediakan air galon. Gak jadi deh minum air kran.
    Dan betapa kagetnya, ternyata yang ngikut semua siswa laki-laki. Hanya 2 siswa saja yang gak ngikut.
    Di akhir perjalanan, kami dapati pemaknaan ngobrol pagi tadi di masjid.
    Bahwa sedikit saja yang berubah jadi baik dan BERPRINSIP KUAT akan mampu menarik mayoritas lainnya mengikuti kebaikan menjadi barisan yang dipimpin oleh influencer.