Maret 2012

    Parenting School XVII : Membimbing Kegemaran Anak Menjadi Prestasi

    Sudah menjadi hukum alam bahwa sebuah kegemaran, hobi, mania yang melakukannya bisa lupa daratan atau bahkan dunia. Untuk mencegah kegemaran boleh jadi sulit sekali. Kalo kita baca biografi para tokoh dan penemu besar, sebagian besar mereka mengukir prestasinya berenergikan kegemaran. Nah, pertanyaan selanjutnya, bagaimanakah dalam mengelola energi gemar itu hingga dituntun benar menuju ukiran prestasi yang diakui. Diakui orang lain entah skala lokal, regional atau bahkan global, mundial. Adalah pak Ahmad Taufiqurrahman yang kini sudah menuai hasil kesabaran dalam mendampingi putra-putranya sehingga dengan kegemaran putra-putranya mampu mengukir prestasi. Tidak saja Nasional bahkan Internasional. Ahmad Ataka  Awwalu Rizki, jika orang bertemu dengannya tidak mengira jika ia adalah seorang mahasiswa elektro UGM. Tubuh kecil, mungil namun mampu memproduksi ide gagasan yang besar. Sewaktu SMP, ia telah membuat novel tetralogi setebal 800-an halaman. Saat SMA, ia mewakili satu dari lima wakil Indonesia di ajang Olimpiade Fisika Internasional di Kroatia. Ia pernah diundang di acara Kick Andy atas karya novelnya.


    [youtube http://www.youtube.com/watch?v=yBnb4aqIzFg]


    Atya Sarah Faudina, putri keduanya. Sudah beratus kejuaraan dari dunia menyanyi dan pendongeng hingga tingkat Nasional yang ia raih. Bahkan ia sudah dipercaya mendampingi pengongeng Nasional Kak Bimo dalam setiap event yang melibatkan tidak hanya ratusan anak-anak tapi bahkan puluhan ribu audiens.



    Kali ini acara sengaja diset full dialog. Pak Taufiq akan menjelaskan mulai dari pertanyaan yang dilontarkan oleh para hadirin. Untuk stimulus, pak Taufiq menyediakan 5 doorprize kaus pinter, yang merupakan usaha baru beliau. Idenya muncul dari putranya Ataka.


    Untuk mengerti apa kegemaran anak memang gampang-gampang susah, kata Pak Taufiq. Meski diakui beliau tidak menggunakan alat tes bakat yang sekarang banyak berkembang. Beliau hanya mengandalkan naluri seorang orang tua kepada anak. "Masak dengan anak sendiri kok ya tidak paham", seloroh pak Taufik. Biarkan dan jangan campuri apa yang menjadi kegemaran anak. Sekarang ini yang terjadi, anak justru malah dijadikan seperti robot. Keinginan orang tua yang besar terhadap membuat anak harus mengalami 'pemaksaan'. Seperti harus ikut les sana les sini, les ini les itu. Boleh jadi hal itu bisa terwujud tapi tidak bertahan lama dan monoton. Seperti pernah pada tahun 2006-an, saat itu novel Ataka diakui dan naik cetak penerbit. Belum banyak penulis cilik. Selanjutnya banyak penulis cilik bermunculan. Namun, kesannya 'dipaksakan'. Ada intervensi orang tua yang 'memaksa' anak untuk menjadi penulis. Nah ini tidak natural.


     


    Pak Taufiq melihat bahwa kegemaran anak bisa jadi berubah. Seperti Ataka. Saat SMP ia gemar membaca. Pak taufiq mengamati kegemaran membaca anaknya 'tidak normal'. Buku novel tebal bisa habis dalam 4 hari untuk usia 10 tahun. Bahkan untuk memenuhi kegilaan membacanya, pak Taufiq harus mengambil jatah konsumsi keluarga hanya untuk membeli buku untuk Ataka. Awal mula pak Taufiq tidak percaya anak seusia itu kok mau baca novel tebal. Ternyata setelah membaca, Ataka terus bercerita kepada orang tuanya tentang isi buku. Dan dari gaya ceritanya, Ataka paham detail terhadap apa yang dibacanya. Begitu setelah membaca pasti terus diceritakan. Karena kesibukan, orang tuanya usul supaya yang akan diceritakan itu ditulisnya. Usul itu diterima, hingga ia membuat corat-coret yang dikumpulkan. Suatu saat pernah ibunya mau membuang coretan-coretan itu. Tapi dicegah dan diamankan. Pak Taufiq awalnya mengira pasti tulisan-tulisan itu hanya cuplik sana cuplik sini. tapi rasa penasarannya membawa Beliau ke teman yang berada di fakultas Sastra UGM. Betapa kagetnya, penilaian teman beliau, ini adalah karya original. Hingga penerbit pun bersedia untuk mencetaknya.  Saat menginjak SMA, ia berubah senang pada Matematika dan Fisika. Hingga membawanya juara pada Olimpiade Fisika Internasional. Sekarang ataka sudah jadi mahasiswa teknik Elektro UGM. Kegemarannya pun berubah jadi suka dunia robot. Anak jika sudah suka sesuatu pasti akan fokus dan berusaha untuk memenuhi keingintahuannya.



    Lain Ataka, lain Atya. Atya sejak kecil memang senang menyanyi. Lagu satu kaset bisa dihafal dan dinyanyikan dengan sempurna. Pak Taufiq melihat Atya suka dunia ini. Sewaktu dileskan di pelatih tarik suara. Gurunya heran karena Atya mampu menyanyikan nada solmisasi dengan bagus tanpa Fals.  Selain nyanyi dan dongeng, Atya juga suka dunia puisi. Kegemaran dongengnya yang menemukan adalah guru sekolahnya. Gurunya melihat kalo Atya tu suka ngobrol. Agar produktif, gurunya mengarahkan menjadi pendongeng yang hingga kini sudah dipercaya kak Bimo untuk menjadi asistennya.


    Tidak hanya soal kegemaran. Soal cita-cita, pak Taufiq tidak terlalu mencampuri. Ataka sejak kecil ingin jadi dokter, namun sekarang meski jika masuk fakultas kedokteran di UGM pun bisa langsung masuk karena prestasinya, namun justru kini yang ia sukai adalah bidang teknik. Sehingga masuklah Teknik elektro. Karena juaranya di ajang Olimpiade Fisika Internasional, Ataka mendapatkan beasiswa hingga S3. Menurut pak Taufiq, anak adalah investasi. Pesan beliau, Jangan khawatir, jika penyiapannya benar, tanpa paksaan suatu saat panen besar pasti diraih. Kini dari novel Ataka besar royaltinya sudah mencapai ratusan juta, beasiswa, bahkan usaha baru pak Taufik pun juga lahir dari ide-ide putranya.



    Bagaimana caranya mengarahkan kegemaran baca anak agar supaya tidak lupa untuk belajar materi sekolah? Yang dialami pak Taufiq terhadap anaknya, justru kegilaan membaca itu ikut membentuk karakter kedewasaan dalam belajar. Pengalaman selama ini, meski gila baca, Ataka tetep disiplin belajar dan ranking kelas terus. "Mungkin benar ya wakyu pertama itu adalah perintah baca, Iqro ! Bacalah ! ada pesan dibalik itu bahwa tidak hanya informasi yang akan didapat tapi jauh pembentukan karakter pembelajar ikut terbangun" kata Pak Taufiq. Paling awal yang harus dikuati adalah agama. Karena sebagai pondasi. Nah pada masa anak-anak di saat berkembang, bebaskanlah anak sebebas-bebasnya untuk pengembangan kreativitas. Nah agama yang kuat akan mengendalikannya. Biasanya ada orang tua akan marah jika anaknya gemar main game. Tapi suatu ketika Ataka juga gemar game, justru dari game itu ia menemukan ide muncul.



    Memang saat ini banyak sekolah terutama favorit hanya mengejar gelar prestasi tanpa melihat bagaimana proses anak dalam mencapai prestasi tersebut. Pernah suatu saat peluncuran novel ataka yang diselenggarakan di sekolahnya oleh penerbit, pihak sekolah tidak begitu merespon. Begitu banyak orang yang meliput dari media, baru sekolah tersebut meresponnya.  Apalagi pihak orang tua muncul kompetisi agar anaknya bisa berprestasi di segala bidang jika perlu. Harus les sana privat sini. Yang terjadi kemudian adalah anak dieksploitasi, yang memprihatinkan ada motif  orang tua yang ingin ikut terkenal numpang terkenalnya si anak.  Biarkan anak-anak tumbuh dengan kegemaran, dengan penanganan yang tepat suatu saat bisa meledak menjadi prestasi yang mendunia.


    Outing Kelas 2 Tema Sumber Energi : Taman Pintar - FT UMY

    Memperkuat dan menambah wawasan pembelajaran tema Sumber Energi, anak-anak kelas 2 outing ke Taman Pintar dan Laoratorium tehnik UMY. Pembelajaran di Taman Pintar memberikan banyak informasi baru yang tidak di jumpai dalam keseharian. Dipandu oleh kakak kakak pemandu dari taman pintar yang memberikan banyak informasi mengenai alat peraga yang tertentu yang berhubungan dengan sumber energi dan bentuk energi yang dihasilkan.



    Beberapa alat peraga di Taman Pintar seperti Air Track membuat penasaran anak-anak. Udara yang keluar dari rongga-rongga di sepanjang Track yang membuat benda di atasnya bergerak di sepanjang lintasan Track..hemmmm seperti kereta yang bergerak disepanjang lintasan yah..Sumber Energi dan bentuk energi dari Air Track itu apa hayo?? Beberapa alat peraga membuat penasaran anak-anak bahkan memegang dan mencobanya.. dan tidak lupa untuk menuliskannya pada lembar worksheet.



     Nah kalo pada alat Peraga ini anak anak dijelaskan oleh Kak Pemandu mengenai alat alat menggunakan energi listrik. dengan memencet tombol lampu 1, lampu2, lampu 3 atau pompa air atau setrika akan terlihat pada layar tulisan daya listrik yang digunakan sekaligus harga per dayanya..semakin besar dayanya semakin mahal biaya yang akan dibayarkan. Ternyata untuk menghemat listrik dan biaya kita perlu memilih jenis alat listrik yang tepat.



     Tempat tujuan selanjutnya adalah ke Lab Tehnik UMY. Harapannya anak-anak mengenali sumber energi dan bentuk energi yang dihasilkan dari alat peraga. Di sana anak-anak diajak melihat rumah (Solar Powered House) yang di dalamnya menggunakan sumber energi dari cahaya matahari yang digunakan untuk memanaskan air dan menyalakan lampu. Ada juga dengan kotoran hewan ternyata bisa menyalakan kompor gas.. wah tapi ada alat yang belum bisa terpasangjadi kompor gasnya belum nyala.... benar-benar tidak seperti biasanya di rumah yah (yang sebagaian besar menggunakan energi listrik). Rumah anak-anak besok seperti apa yah.. apakah masih menggunakan energi listrik untuk menyalakan lampu?


    Ada juga mobil-mobilan..eih mana batrainya??ternyata mobil kecil ini (Solar Car Kid) menggunakan solar sel untuk mendapatkan sumber energi dari cahaya matahari untuk bisa menggerakkan mobiil-mobilan. Selain itu juga dikenalkan Motor Bakar dan alat pompa dari tenaga surya.



    Selanjutnya anak-anak bertemu dengan kakak-kakak mahasiswa yang mengenalkan lampu neon (Peraga Solar Home System) yang bisa menyala karena menggunakan solar sel bersumber dari matahari.



     "Nah kalau sumber minyak bumi yang diolah menjadi bensin, solar, pertamax, atau minyak bumi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik ini makin lama bisa habis..apa yang anak-anak lakukan??"kebanyakan anak menjawab "memakai cahaya matahari saja". yah.. kalau begitu harus bisa membuat solar sel dulu karena kebanyakan solar sel masih beli dari luar negeri. Allah telah menciptakan sesuatu itu tidak sia sia. Kalaupun tidak ada sumber listrik ataupun BBM, masih ada sumber energi paling besar yaitu matahari. Allah telah menciptakan sumber energi itu.. dan kita semoga bisa jadi ilmuan yang nantinya bisa memanfaatkan ciptaan-ciptaan Allah yang lain dan tentunya untuk kemamfaatan banyak orang."Selama dunia belum kiamat..insyaallah masih bisa Nak belajar dan menjadi ilmuan! 
    Terimakasih kami ucapkan kepada kakak-kakak mahasiswa Fakultas Tehnik dan terutama kepada bapak Najib (dosen Fakultas Tehnik UMY) yang telah banyak memberi kemudahan dan ilmu kepada kita dan terimakasih..mobil mobilan kecil yang dibuat khusus untuk menyambut kedatangan anak-anak dari Nurul Islam.

    Dewan Kelas IV A : Rumah Sajada

    Satu program SDIT Alam yang mempunyai peran besar dalam proses pembelajaran siswa-siswanya adalah Dewan Kelas. Sebagai wujud nyata mewujudkan keterpaduan dalam konsep Sekolah Islam Terpadu. Terpadu antara pendidikan di sekolah dan rumah. Meski namanya Dewan tapi sangatlah beda dengan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR. Dewan Kelas dibentuk di setiap kelas. Merupakan forum yang beranggotakan orang tua atau wali siswa di kelas tersebut. Pengurusnya juga dari orang tua/wali. Tujuan penting Dewan Kelas ini adalah sebagai media komunikasi antara guru dan wali kelas dengan orang tua wali. Di forum tersebut tidak semata pertemuan, tapi orang tua/wali bisa mendapatkan informasi perkembangan putra-putrinya selama mengikuti proses pembelajaran. Masalah dan prestasi apa yang muncul dishare dan dicari solusi pemecahannya. Juga ada agenda pula upgrade orang tua dan guru terkait dengan proses pembelajaran anak. Biasanya mendatangkan ahli yang kompeten dalam pendidikan anak. Pelaksanaannya secara rutin ada yang keliling di rumah orang tua/wali atau ada yang di sekolah.



    Dewan Kelas IV A kali ini berlangsung di pondok yatim piatu Rumah Sajada. Kebetulan salah seorang orang tua siswa merupakan pengurus yayasan di Rumah Sajada. Lokasi pondok ini di dusun Wirokraman Sidokarto Godean Sleman. Suasana asri dan semilir ikut mendukung. Itung-itung wisata sosial di pedesaan. Bagi yang tinggalnya di perkotaan pasti melihat lokasi ini jadi adem dan tenang deh.



    Di awal acara, pak Memen selaku tuan rumah memberikan sambutan. Beliau menjelaskan tentang keberadaan Rumah Sajada. Berawal mula dari kumpulnya sebelas orang yang berniat untuk membuat sebuah pondok khusus bagi anak yatim piatu. Diawali dengan mengontrak sebuah rumah di bilangan perum Sidoarum. Targetnya 5 tahun ingin memiliki tanah dan bangunan sendiri. Namun, Allah mempercepat rencana tersebut. Hanya satu tahun berjalan, Allah tunjukkan jalan dengan adanya kemudahan untuk membebaskan lahan seluas 1800 meter persegi yang sekarang ini dihuni oleh 33 santri yatim-piatu. Dukungan masyarakat sekitar turut memperkuat tekad menghadirkan kemanfaatan sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan umat.



    Selanjutnya sebelum acara sharing ada siraman rohani dahulu. Tausyiah yang diberikan terkait dengan bagaimana peran orang tua dalam membina anak. Agama sebagai tatanan yang bisa dianalogikan sebagai rem dalam kehidupan harus kuat tertanam pada diri pribadi anak. Sehingga dalam menjalani kehidupan manakala berbagai terpaan masalah dan pengaruh buruk melanda. Anak sudah kuat dalam mengendalikan diri. Mampu memilih mana yang baik dan benar.


    Setelah acara tausyiah selesai dilanjut dengan sharing. Ustadz Lubis selaku wali kelas IV menyampaikan perkembangan yang dialami siswa-siswa kelas IV A. Dalam forum tersebut terjadi diskusi hangat terkait dengan bagaimana dalam proses belajar di kelas IV ini jangan sampai anak sudah ditakuti dengan 'hantu UASBN' sehingga menjadi tegang dan terpaksa. Biarlah anak menjalani proses belajar sesuai dengan kondisi alamiahnya. Namun bukan berarti jika terjadi ketidakmampuan terus dibiarkan saja. Ketuntasan indikator pembelajaran harus tetap menjadi pegangan. Peran guru ternyata sangat penting. Apalagi guru yang mendampingi siswa di setiap level kelas terbukti ikut berperan dalam lancarnya siswa menjalani proses belajarnya. Dengan guru yang baru, anak harus adaptasi dahulu. Belum lagi informasi guru terkait dengan situasi dan kondisi tiap anak boleh jadi belum lengkap karena transfer dari guru sebelumnya belum mulus. Jadilah fenomena ini nantinya dijadikan aspirasi kepada pihak-pihak terkait baik yayasan maupun pimpinan sekolah.  Setelah acara Dewan Kelas ditutup, para santri makan siang bersama. Silaturrahiim, informasi perkembangan putra-putri, ilmu, wisata sosial, wah lengkap sekali kegiatan liburan kali ini. Apalagi hari ini pas juga dengan hari jadinya SDIT Alam Nurul Islam yang ke 10 loh. Slamat milad SDIT Alam !!!

    Mabit Kelas IV : Touching Your Heart

    Ah, seperti tagline merek motor saja. Tapi bener loh, Mabit atau dipanjangkan menjadi Malam Bina Iman dan Ukhuwah kelas IV kali ini sungguh menyentuh hati. Daleeem banget. Apalagi siang sebelumnya diawali dengan puasa sunnah Kamis. Semua siswa melakukan kecuali mas Ahmad yang masih dirawat di rumah sakit. Kehadiran acara mabit pun juga penuh cuma minus mas Ahmad. Acara dibuka jam 17.00. Setelah pendaftaran, semua siswa berkumpul di aula. Mereka sudah siap dengan kado yang akan ditukarkan untuk snack berbuka. Setelah saling tukar kado, Bedug Maghrib menjelang. Memang bener kata Rasulullah SAW, buka puasa itu satu dari dua kenikmatan bagi orang yang puasa. Satunya lagi kenikmatan Surga.



    Setelah sholat Maghrib berjama'ah, dilanjutkan dengan makan bersama. Karena menu makan besar bawa sendiri-sendiri jadinya macam-macam. Satu dan lain bisa saling berbagi. Berbagi lauk maupun sayur. Nasi juga tuh. Sambil ngobrol dan berbagi serasa nikmat, sambil bayangin dulu Rasulullah SAW makan bareng sama shohabat-shohabatnya.


    Dahulu Rasulullah sewaktu ingin mengajak kaum kafir Quraisy diundang jamuan makan dahulu. Begitu sudah puas makan, Rasulullah trus mulai mengutarakan maksud ajakannya untuk memeluk agama Islam. Di SDIT Alam, forum makan bersama menjadi forum yang sangat efektif bagi guru wali kelas untuk memberikan nasehatnya. Sambil makan dan ngobrol, topik lauk, sayur bisa jadi judul yang apik. Mirip dengan kisah nyatanya Toto Chan seorang siswa perempuan yang sangat terkesan dengan sekolah dan gurunya.


    Setelah sholat 'Isya berjama'ah, siswa kelas IV menuju aula. Karena kebetulan masjid digunakan untuk acara mabit kelas VI. Di aula siswa mengikuti forum perenungan terkait dengan bakti mereka dengan kedua orang tua. Mereka diingatkan dengan keseriusan saat belajar di sekolah. Saat orang tua mempercayakan harapan masa depan anak-anaknya. Apakah mereka ingin mempunyai masa depan yang suram. Masa depan yang tidak jelas. Kemudian anak-anak diingatkan dengan masa saat mereka di kandungan. Ibu yang susah payah membawa kemanapun dan kapanpun pergi. Begitu saatnya lahir, sang ibu harus bertaruh nyawa. Antara hidup dan mati untuk melahirkan anaknya. Begitu lahir pengorbanan berlanjut dengan menyusui mereka. Memberi makan, Melatih jalan, melatih bicara, menyekolahkan . . . . Berapa rupiah sudah dibelanjakan dengan harapan masa depan anaknya menjadi yang terbaik. Anak-anak mulai tersentuh dan meneteskan air mata. Tidak sedikit yang menangis. Di ujung renungan, anak-anak disuguhi tayangan saat-saat mereka dilepas orang tua setiap hari berangkat sekolah. Bagaimana ekspresi mereka meminta restu orang tua tergambar jelas.


    [youtube http://www.youtube.com/watch?v=s2DnOunfvlE]


    Haru dan sedih makin menjadi tak tertahan lagi. Tangis makin keras. Makin tersadar bahwa selama ini semua pengorbanan Ayah dan Ibu sudah begitu besar. Sedangkan selama ini lebih sering ketidakpedulian bahkan keinginan dan permintaan harus selalu dipenuhi.


    Acara renungan berakhir dan ditutup kemudian dilanjut dengan istirahat tidur malam. Semua anak diharuskan tidur tidak boleh yang ngobrol atau aktivitas lainnya. Jam 03.30 anak-anak sudah pada bangun. Mereka bergegas mengambil air wudhu dan gosok gigi. Siap untuk melakukan sholat Tahajjud berjama'ah. Suasana yang sunyi sepi sangat mendukung khusyuknya melakukan sholat. Selesai sholat, menunggu adzan Shubuh ustadz Lubis dan ustadz Udin menyampaikan pesan. Kembali diingatkan akan pentingnya mereka belajar di SDIT Alam Nurul Islam. Tujuan mereka belajar adalah berakhlaq mulia dan mendapatkan nilai tinggi. Tidak semata hanya dapat nilai tinggi. Sangat mungkin orang yang mendapatkan nilai tinggi tapi akhlaqnya buruk. Kita bisa liat ada Gayus dan temen-temen koruptornya di negeri ini. Mereka cerdas tapi akhlaqnya bejat. Tapi, jika akhlaqnya mulia sudah bisa dipastikan nilai tinggi akan mudah teraih.



    Pagi hari ada acara spesial. Makan bareng nasi kucing. Wuih, enaknya. Perut yang laper sangat cocok kemasukan nasi kucing yang porsinya tidak terlalu banyak. Semua tampak lahap menyantap nasi yang menjadi menu khas Angkringan ini.



    Acara mabit ditutup dengan olahraga air. Anak-anak dikelompokkan menjadi bebarapa pasukan. Mereka berlomba untuk saling menembak. Ceritanya terjadi perang air. Sudah bisa dipastikan pengakhirannya basah-basah yang ada. Begitu selesai mereka lanjutkan dengan mandi, sehingga saat pulang sampe rumah sudah bersih nan wangi.


    Outing Kelas 3 : IPAL - Museum Bahari - Pemadam Kebakaran Jogja

    Mempelajari tema Air, anak-anak kelas 3 mendalaminya dengan melakukan outing. Destinasi atawa tujuan outing kali ini adalah, pertama ke IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) yang letaknya di jalan Bantul, tepatnya Sewon Bantul. Di sini akan dijumpai berbagai instalasi atau alat yang digunakan untuk mengolah air limbah baik dari rumah tangga maupun industri.


    Ternyata lokalnya suangat luuuass sekali. Banyak kolam-kolam yang berisi air seperti kolam perikanan saja. Waktu hadir  kami disambut di aula, dengan duduk lesehan kami dijelaskan dahulu tentang apa itu IPAL dan apa saja yang dilakukan disini. Barangkali karena banyak istilah yang agak rumit anak-anak hanya mengikuti saja alur penjelasan. Begitu dipersilahkan untuk melihat langsung instalasi, anak-anak langsung bersemangat.


    Satu per satu instalasi dijelaskan oleh pemandu. Anak-anak terlihat antusias mneyimak penjelasan. Sambil nutup hidung mereka terus mengamati. Karena bau tak sedap dari limbah yang menyebar.


    Air yang sudah dipastikan aman baik secara kimia artinya tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya jika mengenai makhluk hidup. Juga dipastikan aman secara biologis artinya tidak mengandung bibit-bibit penyakit yang berbahaya bagi manusia. Setelah selesai dan puas belajar di IPA. Berlanjut belajar ke museum Bahari. Lokasinya ada di Jl. R.E. Martadinata 69 Wirobrajan Yogyakarta. Terlihat jelas di pinggir jalan.


    Di musuem Bahari kami disambut oleh petugas secara lesehan duduk di ruang aula. Kami dijelaskan tentang keberadaan museum. Ternyata benda-benda disini banyak yang merupakan koleksi pribadi seorang Laksamana dan juga milik angkatan laut. Baik berupa hiasan maupun benda yang ada kaitannya dengan persenjataan.Setelah dijelaskan, anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok satu dipersilahkan melihat video dokumentasi berdurasi 15 menit di dalam bangunan yang mirip kapal. Sedangkan kelompok lainnya dipandu melihat benda-benda koleksi.


    Selain itu, anak-anak juga diberi kesempatan merasakan bagaimana rasanya menjadi kapten kapal. Memegang setir kapal, menentukan derajat arah kapal, kecepatan knot kapal dan membaca peta di laut. Memang, negeri kita yang sebagian besar berupa air harus punya angkatan laut yang kuat. Supaya para pengacau dan pihak-pihak yang ingin mengambil sumber daya alam baik yang hayati maupun non hayati harus berpikir seribu kali. Hayo, siapa yang tertarik ingin jadi Navy alias Angkatan Laut.

     Puas bereksplorasi di museum Bahari, perjalanan lanjut ke Unit Pemadam Kebakaran Kota Jogja. Lokasi kantornya satu kompleks dengan Balaikota Jogja di Timoho. Di sini anak akan merasakan betapa pentingnya air untuk penyelamatan. Selamat dari amukan si Jago Merah.


    Sampe  di tujuan kami disambut dengan hangat oleh para petugas. Kami sholat Dhuhur dahulu di garasi dekat diparkirnya kendaraan besar pemadam kebakaran. Setelah sholat, Bapak petugas menjelaskan tentang tugas yang dilakukan oleh unit pemadam kebakaran. Anak tampak full perhatian apalagi setelah ditunjukin baju tahan api. Besar kalo dipake mirip kostum robot.


    Setelah  mendapatkan penjelasan, anak-anak diajak untuk mengikuti game. Mereka dikelompokkan untuk melakukan beberapa permainan yang dikemas di tiap pos. Ada Sambung Selang, Mengisi Air, Meniti Tali. Bagi yang gagal akan mendapatkan hukuman diguyur air. Basah deh. Nha yang paling seru adalah permainan memadamkan api, Para petugas membuat kebakaran kecil dari tong yang diisi minyak kemudian disulut api. Wuuus, api langsung menjilat kesana kemari. Anak-anak langsung loncat ke pinggir sambil menjerit. Tapi api tetap harus padam. Secara tim anak-anak harus memadamkan api. Mereka diberi selang besar nan panjang yang tersalur dari mobil pemadam. Begitu kran dibuka, selang harus dipegang kuat. Pengendali harus tepat mengarahkan ujung selang ke arah kobaran api. Jadi kebayang gimana beratnya memadamkan kebakaran. Ini saja baru api satu tong, coba api satu rumah. Bertingkat lagi. . . .


    Lelah nan lemes. Namun bukan berarti sia-sia. Satu hari yang seru ini iranya cukup untuk melihat betapa banyaknya air melengkapi di tiap detik dan sisi kehidupan kita. Sudah sepantasnyalah kita bersikap peduli pada air. Jangan boros, jangan mengotori. Tapi selalu jaga kelestariannya karena yang nggunakan tidak cuma kita sekarang. Tapi juga kelak generasi yang akan datang.

    Outbound Ke-1 Maret 2012 : Bedog Rafting

    Pelaksanaan outbound sudah satu tahun ini berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya. Jika sebelumnya setiap kelas tiap pekan pasti outbound namun dengan waktu yang tidak full satu hari, kini tiap kelas bisa full satu hari namun dijadwalkan 2 pekan sekali. Sebuah kegiatan utuh outbound itu terdiri dari pertama warming up, untuk memastikan semua otot lemas dan siap beraktivitas. Kedua, Fun games, yaitu berupa permainan ringan dinamika kelompok yang sarat dengan makna dan pemecahan persoalan. Ketiga adalah Inti, biasanya diisi dengan jenis permainan Middle dan High impact, permainan dengan resiko sedang dan tinggi. Terakhir adalah pemaknaan seluruh aktivitas sehari outbound.


    Untuk bulan Maret kali ini game pos yang dilakukan ada 3. Pertama ada semacam kotak yang mengharuskan setiap peserta menggelayut di palang-palang bambu di atas dengan kaki tanpa menyentuh tali bawah. Kemudian setelah sampai ujung, diharuskan berjalan di atas tali tanpa pegangan. Instruktur memberikan contoh dan cara yang benar dan aman. Disusul satu per satu peserta mengikutinya.



    Pos kedua adalah gerakan merayap dalam track yang terbuat dari jaring berbentuk kotak memanjang. Tiap peserta tidak diperkenankan menyentuh sedikitpun jaring. Jika sekali tersentuh maka harus mengulang dari awal.



    Pos ketiga adalah arung jeram. Nah ini yang paling seru. Setiap anak mendapatkan satu buah pelampung untuk kemudian setiap 3 anak mendapat jatah satu ban untuk dinaiki selama arung jeram.



    Instruktur mendahului untuk dan meminta segera tiap anak bersegera menghanyutkan diri. Aliran sungai saat itu memang baru kecil namun di beberapa titik cukup memancing andrenalin.



    Seperti di titik ini, terdapat pusaran air diantara bebatuan sehingga menyebabkan setiap ban tersedot masuk. Jika kurang waspada bisa terjepit alirannya. Dengan sedikit jeritan anak-anak menghalau setiap rintangan selama perjalanan.



    Di kiri kanan terlihat 'hiasan' sampah gantung. sampah-sampah yang tergantung itu bekas aliran banjir yang membawa sampah dan tersangkut di akar-akar tanaman bambu. Nampak menjadi seni instalasi begitu air sungai surut. Bagus, . . . . atau malah menjijikkan sih ?



    Ada di satu titik mungkin akibat dari hujan dan angin, ada segerombol pohon bambu tumbang melintang sungai. Meski ujung sudah dipotong tetep butuh kehati-hatian ekstra sehingga tidak meluncur masuk onggokan bambu. Bisa-bisa tergores ranting yang cukup tajam.


    Aliran sudah mulai melambat. Dasar sungai juga mulai mendangkal. Kiranya titik finish sudah dekat, anak-anak diminta untuk mendayung ke pinggir kiri supaya bisa mendarat dengan mulus.



    Setiap tiga anak bertanggung jawab membawa ban kembali ke sekolah. Perjalanan ditempuh menggunakan jalan darat, menyusuri pematang sawah. dan Kampung sekitar. Nampak para penduduk melihat penuh heran. Anak-anak pake pelampung bawa ban rame-rame.Mirip pasukan Katak masuk desa.


    Outing Kelas 2 : Desa Industri Jogonalan - Benteng Vredeburg

    Mengawal tema Matahari dan Musyawarah, siswa kelas 2 ingin belajar di dunia nyata dengan outing ke desa industri Jogonalan Klaten dan benteng Vredeburg Jogja. Lho kok bisa tema Matahari kok ke Jogonalan? Emangnya disana asal muasalnya matahari ya? Eits, jangan melulu pake otak kiri dong. Sering-sering juga dongotak kanannya dipake. Nha, kelas 2 dengan tema Matahari tidak terus mempelajari asal muasal Matahari. Sangat rumit bin bikin jidat berkerut. Tapi, mereka mempelajari pemanfaatan energi Matahari untuk kehidupan. Di Jogonalan tu hampir seluruh penduduknya bermata pencaharian sebagai pembuat berbagai macam kerupuk. Karena untuk membuat kerupuk salah satu langkahnya memanfaatkan panas Matahari. Yaitu dijemur dulu.


    Begitu hadir di lokasi, anak-anak terus dipandu berkeliling ke rumah-rumah penduduk untuk melihat proses pembuatan kerupuk. Ternyata kerupuk itu bermacam bentuk dan jenisnya. Ada kerupuk Pangsit, Rambak, Karak, Kemplang, Kedelai, Renginang dan lain-lain. Prinsipnya,  kerupuk adalah segala bahan (tentu yang enak dan aman dimakan) yang bisa dibuat lempengan, lapisan tipis, kemudian dikeringkan dan tahap akhir digoreng menggunakan minyak goreng. Bahan itu bisa berupa adonan, ketela, tahu, kulit Sapi dan lain-lain.


    Anak-anak tidak semata melihat saja. Mereka berkesempatan untuk menlakukan juga cara membuat kerupuk. Membentuk adonan sesuai bentuk kemudian diletakkan di atas papan penjemuran. Butuh beberapa saat untuk memastikan bahwa adonan atau lapisan itu kering benar. Begitu sudah kering, siap untuk dilakukan proses penggorengan.


    Nyam-nyam, jadi Inciper (tukang mencicipi) emang enak. Meski agak panas-panas dikit tapi mantap menjadi yang pertama. Ditambah sedikit asep dari tungku penggorengan jadi parfum. Hi . . hi parfum yang apek tentunya. Liat-liat sudah, praktek sudah, nyicipi sudah. Nah, tinggal yang terakhir aksi borong kerupuk.


    Cukup di Jogonalan, perjalanan berlanjut ke benteng Vredeburg. Di Vredeburg anak-anak akan belajar tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melepaskan diri dari penjajah Belanda. Proses perjuangan yang tak lepas dari aktivitas musyawarah seperti tema yang sedang dipelajari.


    Anak-anak masuk berbaris dengan tertib. Karena arreal benteng yang luas perlu urut satu per satu bagian dilihat. Sambil melihat baik dari berupa koleksi benda, ada senapan, kursi, dokumen, baju hingga yang bentuknya diorama. Anak-anak keliling dipandu oleh pemandu dari pihak pengelola.


    Ternyata perjuangan bangsa kita ini mulai nampak hasilnya manakala semua golongan bersatu padu. Bermusyawarah dan dicapai kesepakatan adanya kesatuan bangsa, bahasa dan tanah air. Yaitu Indonesia. Melalui peristiwa Sumpah Pemuda. Yang sebelumnya masih mudahnya dipecah belah oleh Belanda. Itulah pentingnya proses musyawarah. Sesederhana apapun, jika masalah diselesaikan dengan musyawarah pasti hasilnya lebih mantap.



    Outing Kelas 1 : Desa Wisata Pentingsari

    Outing di semester 2 kali ini tujuannya adalah desa wisata Pentingsari. Lokasinya termasuk di lereng gunung Merapi. Ke atas dikit aja termasuk wilayah yang kemarin terkena serangan awan Merapi yang oleh warga sekitar nyebutnya Wedhus Gembel. Di desa Pentingsari, anak-anak kelas 1 akan belajar kehidupan para petani. Aktivitas kesehariannya beserta kondisi lingkungannya.


    Tiba di lokasi anak-anak dikumpulkan dan dikelompokkan. Sebelum aktivitas diberi penjelasan dahulu tentang apa yang akan dikerjakan di desa Pentingsari tersebut. Anak-anak terlihat antusias, terutama yang tinggalnya jauh dari desa dan sawah. Mereka merasa segar dan damai.


    Pertama kali anak-anak belajar menanam Padi di sawah. Sebelum ditanami, tanah sawah dipersiapkan dahulu. Tanah dibajak menggunakan pembajak yang ditarik oleh Sapi. Secara bergantian, anak-anak mencoba bagaimana rasanya membajak sawah tu. Yang takut sama Sapi ya cukup liat dari pinggir aja. Ternyata berat juga ya membajak sawah tu. Belum lagi kotoran lumpur yang loncat kesana kemari, sudah dipastikan badan belepotan lumpur setelah membajak.


    Setelah dibajak, tanah sawah sudah siap untuk ditanami. Anak-anak dikerahkan ke tengah sawah. Mereka dibagikan bibit padi yang sekilas mirip rumput. Kemudian pemandu menjelaskan bagaimana caranya untuk menanam. Cara nanamnya berjalan mundur, karena padi ditanam berbaris. Kalo nanamnya maju takut yang sudah ditanam keinjak.


     Setelah mencoba menanam padi, berlanjut ke acara penen Ubi. Anak-anak dibawa ke kebun yang penuh dengan tanaman Ubi. Panennya cukup seru. Pake gali-gali tanah, terus narik-narik. Awas, ati-ati, keliru nariknya bisa-bisa Ubi ada yang lepas dan masih ketinggal di dalam. Wow gede-gede deh Ubinya. Kalo dikupas lalu diberi bumbu garam sama bawang putih terus digoreng, orang Jogja menamainya Balok. Setelah panen Ubi berlanjut ke panen Ikan. Wah seru deh pokoknya.


    Acara panen-panen selesai. Berlanjut ke acara susur sungai. Sungai ini termasuk yang terkena terjangan banjir lahar dingin Merapi. Liat aja bekas arus yang mengalir serta pasir dan batu yang memenuhi dasar sungai. Beberapa jembatan yang melintang sungai ada yang putus hancur. Tidak kuasa menahan arus lahar dingin.


    Setelah bersih diri, sholat 'Ashar berjama'ah. Acara ditutup dengan pemaknaan oleh ustadz Jamal. Sehingga selain pengalaman anak-anak juga membawa pengetahuan bertani.