Mabit Kelas IV : Touching Your Heart

» » Mabit Kelas IV : Touching Your Heart

Ah, seperti tagline merek motor saja. Tapi bener loh, Mabit atau dipanjangkan menjadi Malam Bina Iman dan Ukhuwah kelas IV kali ini sungguh menyentuh hati. Daleeem banget. Apalagi siang sebelumnya diawali dengan puasa sunnah Kamis. Semua siswa melakukan kecuali mas Ahmad yang masih dirawat di rumah sakit. Kehadiran acara mabit pun juga penuh cuma minus mas Ahmad. Acara dibuka jam 17.00. Setelah pendaftaran, semua siswa berkumpul di aula. Mereka sudah siap dengan kado yang akan ditukarkan untuk snack berbuka. Setelah saling tukar kado, Bedug Maghrib menjelang. Memang bener kata Rasulullah SAW, buka puasa itu satu dari dua kenikmatan bagi orang yang puasa. Satunya lagi kenikmatan Surga.



Setelah sholat Maghrib berjama'ah, dilanjutkan dengan makan bersama. Karena menu makan besar bawa sendiri-sendiri jadinya macam-macam. Satu dan lain bisa saling berbagi. Berbagi lauk maupun sayur. Nasi juga tuh. Sambil ngobrol dan berbagi serasa nikmat, sambil bayangin dulu Rasulullah SAW makan bareng sama shohabat-shohabatnya.


Dahulu Rasulullah sewaktu ingin mengajak kaum kafir Quraisy diundang jamuan makan dahulu. Begitu sudah puas makan, Rasulullah trus mulai mengutarakan maksud ajakannya untuk memeluk agama Islam. Di SDIT Alam, forum makan bersama menjadi forum yang sangat efektif bagi guru wali kelas untuk memberikan nasehatnya. Sambil makan dan ngobrol, topik lauk, sayur bisa jadi judul yang apik. Mirip dengan kisah nyatanya Toto Chan seorang siswa perempuan yang sangat terkesan dengan sekolah dan gurunya.


Setelah sholat 'Isya berjama'ah, siswa kelas IV menuju aula. Karena kebetulan masjid digunakan untuk acara mabit kelas VI. Di aula siswa mengikuti forum perenungan terkait dengan bakti mereka dengan kedua orang tua. Mereka diingatkan dengan keseriusan saat belajar di sekolah. Saat orang tua mempercayakan harapan masa depan anak-anaknya. Apakah mereka ingin mempunyai masa depan yang suram. Masa depan yang tidak jelas. Kemudian anak-anak diingatkan dengan masa saat mereka di kandungan. Ibu yang susah payah membawa kemanapun dan kapanpun pergi. Begitu saatnya lahir, sang ibu harus bertaruh nyawa. Antara hidup dan mati untuk melahirkan anaknya. Begitu lahir pengorbanan berlanjut dengan menyusui mereka. Memberi makan, Melatih jalan, melatih bicara, menyekolahkan . . . . Berapa rupiah sudah dibelanjakan dengan harapan masa depan anaknya menjadi yang terbaik. Anak-anak mulai tersentuh dan meneteskan air mata. Tidak sedikit yang menangis. Di ujung renungan, anak-anak disuguhi tayangan saat-saat mereka dilepas orang tua setiap hari berangkat sekolah. Bagaimana ekspresi mereka meminta restu orang tua tergambar jelas.


[youtube http://www.youtube.com/watch?v=s2DnOunfvlE]


Haru dan sedih makin menjadi tak tertahan lagi. Tangis makin keras. Makin tersadar bahwa selama ini semua pengorbanan Ayah dan Ibu sudah begitu besar. Sedangkan selama ini lebih sering ketidakpedulian bahkan keinginan dan permintaan harus selalu dipenuhi.


Acara renungan berakhir dan ditutup kemudian dilanjut dengan istirahat tidur malam. Semua anak diharuskan tidur tidak boleh yang ngobrol atau aktivitas lainnya. Jam 03.30 anak-anak sudah pada bangun. Mereka bergegas mengambil air wudhu dan gosok gigi. Siap untuk melakukan sholat Tahajjud berjama'ah. Suasana yang sunyi sepi sangat mendukung khusyuknya melakukan sholat. Selesai sholat, menunggu adzan Shubuh ustadz Lubis dan ustadz Udin menyampaikan pesan. Kembali diingatkan akan pentingnya mereka belajar di SDIT Alam Nurul Islam. Tujuan mereka belajar adalah berakhlaq mulia dan mendapatkan nilai tinggi. Tidak semata hanya dapat nilai tinggi. Sangat mungkin orang yang mendapatkan nilai tinggi tapi akhlaqnya buruk. Kita bisa liat ada Gayus dan temen-temen koruptornya di negeri ini. Mereka cerdas tapi akhlaqnya bejat. Tapi, jika akhlaqnya mulia sudah bisa dipastikan nilai tinggi akan mudah teraih.



Pagi hari ada acara spesial. Makan bareng nasi kucing. Wuih, enaknya. Perut yang laper sangat cocok kemasukan nasi kucing yang porsinya tidak terlalu banyak. Semua tampak lahap menyantap nasi yang menjadi menu khas Angkringan ini.



Acara mabit ditutup dengan olahraga air. Anak-anak dikelompokkan menjadi bebarapa pasukan. Mereka berlomba untuk saling menembak. Ceritanya terjadi perang air. Sudah bisa dipastikan pengakhirannya basah-basah yang ada. Begitu selesai mereka lanjutkan dengan mandi, sehingga saat pulang sampe rumah sudah bersih nan wangi.


Share

You may also like

Tidak ada komentar