September 2016

    Outing perdana tahun ajaran 2016-2017

    Mengakhiri tema pembelajaran kedua di semester 1 ini, beberapa kelas sudah mulai melaksanakan kegiatan outing. Kegiatan yang bertujuan untuk memberi kesempatan lebih kepada siswa untuk melakukan pengamatan lebih dalam, luas dan kongkrit terhadap obyek pembelajarannya. Karena di outing ini para siswa lebih mudah untuk melakukan observasi langsung, menggunakan panca indra sebagai perangkat pembelajaran karunia dari Pencipta. Untuk mengenal ciptaan-Nya.
     Membawa tema Kerukunan, siswa kelas 1 mengadakan outing ke desa wisata Grogol Godean Sleman. Di sini anak-anak melakukan serangkaian permainan yang seru. Seperti tarik tambang, halang rintang dan beberapa kegiatan lain yang memungkinkan anak untuk melakukan aktivitas yang mengeratkan kerukunan di antara mereka. 
    Setelah selesai melakukan permainan seru, anak-anak bersih diri dilanjutkan sholat Dhuhur berjama'ah. Untuk makan siangnya mereka melakukan santap siang secara bersamaan. Satu tempat berupa nampan besar yang berisi nasi, lauk, sayur disantap bersama untuk setiap kelompok. Kerukunan setiap anak diuji dengan makan seperti ini. yang biasanya selalu mendapatkan apa yang disukai, dengan bersama-sama mereka diharuskan untuk saling tenggang rasa, berbagi untuk tujuan bersama.
      Belajar tema makhluk hidup, siswa kelas 2 melakukan pengamatan langsung berbagai jenis hewan di kebun binatang Gembira Loka. Siswa disediakan obyek belajar yang bervasiasi. Aktivitas menginderai seperti menyentuh, membaui bisa dilakukan. Terkhusus di bagian satwa reptil. Siswa dipersilahkan untuk menyentuh langsung ular Phyton dengan pengawasan petugas dari kebun binatang.
    Mempelajari tema makhluk Hidup dan Lingkungan, siswa kelas 3 mengunjungi WRC, Wildlife Rescue Center. Pusat penangkaran hewan liar yang sebelum dilepas ke hutan secara bebas. Ternyata, banyak hewan liar yang dilindungi oleh undang-undang dipelihara oleh per seorangan bahkan diperjualbelikan secara bebas. hal tersebut tentu makin lama akan berakibat pada keberadaan hewan liar tersebut. WRC dengan luas lahan 14 hektar sebagai lembaga konservasi hewan fokus pada hal tersebut. Di sini siswa sambil mengamati hewan-hewan yang ditangkarkan mendapat penjelasan dari fasilitator WRC. Semua hewan di sini akan dilepas ke hutan liar, di sini mereka sedang sekolah untuk menjadi liar. Aneh ya, kalo manusia sekolah itu supaya beradab, eh hewan-hewan ini sekolah supaya jadi liar. Betul, karena kebanyakan hewan liar itu sudah tidak liar karena dipelihara manusia. Mereka jinak bahkan mempunyai nama jika dipanggil namanya akan menoleh, makan juga sudah disediakan sama pemiliknya. Dengan kondisi tersebut hewan dilepas di hutan tentu dia tidak akan bisa survive mempertahankan hidupnya sendiri.
    Bagi hewan yang sakit akan diobati dan disembuhkan. Untuk yang mati akan dilakukan pembedahan di ruang Incenerator dengan tujuan diketahui penyebab kematiannya. Jika kematiannya diakibatkan penyakit menular jasad hewan mati tersebut akan dibakar untuk menghindari penularan ke hewan lainnya. Para pengunjung sebelum masuk area hewan diwajibkan melumuri badannya dengan lotion anti nyamuk supaya terhindar dari gigitan nyamuk yang merupakan media penularan penyakit. Selama di area satwa pengunjung juga harus tenang tidak diperkenankan melakukan aktivitas yang menarik perhatian satwa bahkan memberi makan satwa. Saat di lokasi kita juga sempat menjumpai 2 orang warga asing menjadi relawan pemelihara satwa di situ. 
     Selesai di WRC perjalanan outing berlanjut ke waduk Sermo untuk mengamati kenampakan alam buatan dan alami. Waduk dengan luas 157 hektar ini dibangun dengan tujuan sebagai penyangga air pertanian di Yogyakarta secara umum dan Kulonprogo khususnya. Selain untuk pengairan, waduk Sermo dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Di lokasi bisa dijumpai beberapa dermaga untuk kapal motor keliling waduk. Beberapa spot untuk foto selfi juga disediakan sebagai bentuk menikmati panorama indahnya waduk.
     Mempelajari tema Makhluk Hidup juga, siswa kelas 4 melakukan outing di pusat peternakan kambing Ettawa di desa Nanggring Turi Sleman. Kambing-kambing ini diternakkan dalam rangka untuk dimanfaatkan susunya yang diproduksi dan dijual dengan tujuan konsumsi rumah tangga. Para siswa berkesempatan untuk melakukan simulasi memerah susu kambing ini. Tentu sangat berbeda dengan memeras susu pada sapi.
    Selain memerah susu, para siswa juga ikut belajar bagaimana mengolah susu hasil perahan kambing ini untuk dimatangkan siap konsumsi. Beberapa perlakuan khusus supaya steril dan awet dilakukan.
    Selesai darai pusat peternakan kambing Ettawa, perjalanan berlanjut ke kantor pemerintah kabupaten Sleman. Siswa belajar terkait dengan tata pemerintahan kabupaten. Di pemerintahan kabupaten mereka mengenal struktur dan fungsi pemerintahan. Mengenal nama pejabat hingga ke wilayah dan penghasilan utama kabupaten Sleman.


    SDIT Alam di Konferensi International School Grounds Alliance Ke-5 di Swedia


    Bertepatan dengan perayaan Idul Adha, tanggal 12 -13 September 2016, konferensi International School Grounds Alliance atau ISGA yang ke-5 digelar di kota Lund Swedia. Konferensi tersebut dihadiri oleh delegasi lebih dari 200 peserta yang berasal dari hampir 20 negara dan 5 benua. Pada konferensi kali ini yang diangkat berkaitan dengan tema Green Grounds for Helath and Learning, Halaman Sekolah Hijau untuk Kesehatan dan Pembelajaran. Sesuai dengan nama organisasinya, ISGA berkonsentrasi pada bagaimana membuat setiap sekolah untuk mengadakan pembelajarannya di luar kelas dengan memanfaatkan halamannya. Pada kesempatan kali ini, SDIT Alam Nurul Islam kembali diundang untuk hadir di konferensi. yang berbeda, pada konferensi kali ini mendapat kehormatan sebagai Keynote Speaker untuk memberikan kuliah terkait dengan Risk taking in the learning process gives students a better chance to succeed, bagaimana melibatkan faktor resiko dalam proses pembelajaran itu penting untuk memberikan kesempatan lebih baik setiap siswa untuk berhasil dalam belajarnya.
    Lokasi konferensi bertempat di Lunds Stadshall atau Cityhall-nya kota Lund. Letaknya berada tepat di tengah-tengah kota Lund berdekatan dengan Domkyrkan atau Katedral terbesar di kota Lund. Pilihan tema dan tempat di Swedia memang mempunyai alasan kuat. Swedia sudah puluhan tahun masyarakat dan didukung oleh pemerintah melalui regulasinya terbukti mempunyai kultur untuk menjaga kelestarian lingkungan yang kuat. Hampir di setiap sudut kota orang-orang menggunakan sepeda sebagai moda transportasi disamping mobil dan bus umum. Untuk angkutan umumnya, Swedia sudah mengganti bahan bakarnya dengan gas yang dihasilkan dari proses daur ulang sampah dan limbah organiknya. Lund membangun kawasan hutan kota yang luas sudah cukup lama terlihat beberapa pohon berdiameter besar memenuhi hutan kota. Energi angin lebih digunakan untuk membangkitkan energi listrik dan menutup pembangkit tenaga nuklirnya. Pendek kata, teori tentang kelestarian lingkungan yang sering dipelajarai dan menjadi slogan itu benar-benar maujud bisa dinikmati di kota Lund secara khusus maupun kota lain di Swedia.
     Di selasar gedung para peserta disuguhi dengan informasi terkait dengan program, jaringan dan perkembangan school ground di beberapa negara. Baik yang sudah mapan jaringannya sehingga semua sekolah sudah mengubah konsep pembelajarannya dengan menggunakan halaman, maupun yang baru merintis seperti informasi school ground dari wilayah Chile Amerika selatan.
     Acara dibuka dengan penampilan konser kecil dari para pelajar seni di kota Lund. Ikut membuka acara konferensi adalah Elin Gustafsson yang merupakan anggota dewan di kota Lund. Dukungan untuk kegiatan ISGA sangat kuat dikarenakan sesuai dengan visi yang dijalankan oleh kota Lund.
    Hari pertama dan kedua diisi oleh presentasi para pembicara keynote speaker. Hari pertama tampil Cam Collyer (Canada) yang mengangkat topik Nature and the child : changing landscape, disusul oleh Dr. Petter Åkerblom (Swedia) yang berbicara tentang The importance of children's public space dan Helle Nebelong (Denmark) yang membahas tentang Children's landspaces in cityscapes. Hari kedua tampil sebagai pembicara Muhammad Ariefuddin (Indonesia) berbicara tentang Risk taking in the learning process gives students a better chance to succeed, kemudian Dr. Peter Gärdenfors (Swedia) membahas topik The role of the body and the senses in learning and understanding dilanjutkan Fredrika Mårtensson (Swedia) berbicara tentang Green play props for learnin, terakhir adalah Susan Humphries (Inggris) yang menyanmpaikan refleksi tentang Reflections on wellbeing and sense of self. Ada sesuatu menarik sewaktu Dr. Peter Gärdenfors membahas materinya, selalu merujuk apa yang disampaikan oleh Muhammad Ariefuddin di tingkat praksisnya.

     
     
    Pada hari kedua konferensi, setelah menyimak presentasi dari para keynote speaker, diadakan fieldtrip di beberapa sekolah di sekitar Lund. Diantaranya adalah Nyponbacken, yaitu taman kanak-kanak yang menerapkan pembelajaran pendekatan murni natural. Siswa dibiarkan berinteraksi langsung di alam yang sudah dilengkapi dengan kelengkapan seperti struktur bangunan seperti kapal, rumah, mobil dari kayu, cara memotong kayu dengan gergaji, memaku dengan palu, memasak, berinteraksi langsung di hutan. Total aktivitas di luar ruangan, bangunan yang ada ada satu rumah kecil sebagai tempat berlindung di kala cuaca tidak mendukung. Byskolan, meski modifikasi antara in dan outdoor, tetapi pembelajarannya menekankan nilai demokrasi pada anak. Mereka sudah mampu memenuhi makanannya sendiri yang dihasilkan dari kebun yang 100% organik dan lokal, dapurnya mendapat sertifikat eco-certifikat. Sankt Hansgården, merupakan kebun sebagai pusat aktivitas para remaja yang memadukan antara kebun dan taman imajinasi. Mampu menghasilkan produk makanan sendiri yang memungkinkan siapapun untuk memberikan respek terhadap upaya pelestarian lingkungan.Vinden, taman kanak-kanak yang dilengkapi dengan arena bermain anak yang menantang baik bisa digunakan untuk anak maupun orang dewasa. Österskolan, sekolah yang terus mengembangkan diri dengan memanfaatkan halaman untuk menarik pembelajaran siswa. Norpan, meski mempunyai lahan sempit namun bisa menyajikan kejutan-kejutan yang bisa membuat anak bermain dengan riangnya. Hijau di waktu musim panas ataupun perbukitan untuk meluncur di saat musim dingin. Tåget, taman kanak-kanak yang menyajikan lahan untuk tantangan bagi setiap anak.
     
     
     
    Hari ketiga diisi dengan agenda fieldtrip penuh seharian. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama mengunjungi tempat bermain dan belajar di daerah Lund, kelompok kedua menggunakan kereta dan bersepeda keliling Copenhagen melihat landscape play for child, kelompok ketiga menggunakan bis keliling Copenhagen melihat child landscape for play dan kelompok keempat dengan bis keliling kota Malmo melihat sekolah dan playground yang didesain sebagai tempat publik yang ramah anak. 
    Di hari kedua konferensi juga diisi dengan kegiatan breakout session, yaitu sesi workshop yang bisa dipilih oleh para peserta sesuai dengan minat yang dipilihnya. Metode mengaktifkan siswa di luar kelas, mengaktifkan gerak siswa, kiat menjadi kepala sekolah yang berdaya dalam mewujudkan sekolah hijau, desain kebun yang ramah dengan serangga, seni dan imajinasi, pembelajaran sejarah yang kongkrit dan menarik adalah beberapa materi breakout session. Lokasi yang digunakan ada yang di indoor maupun outdoor menggunakan taman-taman di sekitar Lunds Stadshall.
     Di penghujung konferensi disampaikan kegiatan konferensi yang ke-6 tahun 2017 yang akan bertempat di berlin Jerman. Untuk konferensi tahun depan akan mengangkat tema terkait dengan Schoolyard Diversity.
    Update :

    Sesi Praktek Training Joyful Learning in Mathematic QITEP SEAMEO 2016

    Sebanyak 31 guru-guru sekolah dasar dari 8 negara anggota SEAMEO melakukan praktek mengajar pembelajaran Matematika metode Joyful Learning in Mathematic. Jum'at, 2 September 2016 seluruh peserta hadir di SDIT Alam Nurul Islam, mereka akan masuk ke kelas 5 dan kelas 6. Para peserta berasal dari Brunei Darussalam sebanyak 2 orang, dari Laos, Vietnam, Timor Leste, Malaysia, Thailand masing-masing 1 peserta. Sisanya berasal dari Indonesia. Sesuai dengan pelatihannya, mereka akan mempraktekkan pembelajaran yang menarik siswa dalam memahami Matematika.
     Seluruh peserta dibagi menjadi 6 kelompok yang akan mengampu 6 kelas. Masing-masing kelompok melaksanakan skenario pembelajaran Matematika sesuai kelasnya. Karena menggunakan Joyful Learning tentu siswa tidak pasif mengikuti pembelajaran. Tapi mereka dikondisikan aktif untuk memahami konsep Matematika dengan melakukan. Di awal pembelajaran mereka diberi permainan menarik dahulu supaya gembira mengikuti pembelajaran Matematika. Materi kelas 5 adalah KPK sedangkan untuk kelas 6 adalah Debit dan Volume.
     Karena sudah biasa dengan kegiatan outdoor, sehingga dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh para peserta pelatihan para siswa sangat enjoy sekali. Mereka sudah sigap dengan instruksi yang diberikan.
     Menjadi sebuah tantangan bagi guru Matematika untuk menghadirkan pembelajaran yang joyful, karena memang usia sekolah dasar level pengetahuannya masih kongkrit sehingga selain harus gembira mereka harus mempelajarai sesuatu yang nyata.
    Karena jika pembelajaran hanya mengandalkan di kelas saja, untuk siswa yang mempunyai modalitas belajar baik akan bisa cepat mengikuti dan memahami materi. Namun bagi siswa yang punya kecenderungan motorik yang tinggi tentu butuh cara belajar dengan melakukan.



    Buka Tema : Game Pokemon Go

    Untuk membuka sebuah tema pembelajaran dibutuhkan sebuah kegiatan yang memancing perhatian, keingintahuan dan motivasi belajar para siswa. Manakala tiga hal tersebut bisa tumbuh bersemi di setiap siswa, bisa dijamin selama satu tema penuh mereka akan antusias mengikuti dan memuaskan dahaga ingin tahunya dengan pengetahuan dan pengalaman. Di tema baru Lingkungan ini, siswa kelas 3 akan mempelajari terkait dengan lingkungan, baik alami maupun buatan, sehat dan tidak sehat, lalu mempelajari terkait dengan denah, tata aturan dan pentingnya. Nah, sebagai pemantik untuk masuk ke dalamnya  kelas 3 membuka tema pembelajaran Lingkungan dengan sebuah permainan yang diberi judul 'Pokemon Go'. Serius? pake gadget, trus jalan-jalan memburu monster-monster gitu? Tunggu dulu, Pokemon Go yang ini tidak menggunakan perangkat gadget. Tapi pemain diharuskan memburu benda-benda yang dinamakan Pokemon.
    Hari Kamis pagi 1 September 2016, semua siswa dikumpulkan di lapangan untuk menjalani pembagian kelompok dan mendengarkan penjelasan terkait dengan permainan ini. Seluruh siswa dibagi menjadi 15 kelompok. Setiap kelompok diberi misi untuk menyelesaikan tugas serta mengikuti petunjuk yang diberikan di setiap pos. Karena di setiap pos pasti akan ada petunjuk untuk berjalan ke pos berikutnya. Mereka dilengkapi dengan 2 lembar kertas berupa denah dan tabel kontrol. Di lembar denah mereka diharuskan memberi nomor urut tempat mana saja yang disinggahi ketika menemukan pos. Sedangkan di lembar kontrol mereka diwajibkan menuliskan nomor pos yang disinggahi, jawaban tugas yang muncul serta berapa jumlah pokemon yang didapatkan. Mereka juga diinformasikan bahwa di setiap pos akan terdapat pokemon yang letaknya tersembunyi tersebar di sekitar pos. Pokemon tersebut berbentuk snack dengan bentuk beraneka rupa. Setiap kelompok diperkenankan mencari pokemon dengan syarat di setiap pos hanya satu macam pokemon saja yang boleh dikumpulkan.
     Regu yang langsung menemukan pos segera mengerjakan tugas dari pos tersebut. Meski sempat juga mencari pokemon, tapi tujuan utama mereka tak terlupakan. Menyelesaikan misi menemukan semua pos.
    Meski sudah ditegaskan di awal bahwa misi utama mereka adalah mengikuti petunjuk di setiap pos dengan menyelesaikan soalnya. Tapi ternyata perilaku yang paling dominan di peserta adalah, mereka justru berusaha memburu pokemon-pokemon. Banyak kelompok yang justru tidak memperdulikan pos bernomor berapa, asal ada pokemon yang muncul segera langsung diburu. Satu tempat sudah habis jatah pokemonnya segera berpindah ke tempat lainnya yang belum ditemukan pokemonnya. Bahkan antar kelompok saling tukar informasi tempat mana yang banyak pokemonnya.
     Tak tanggung-tanggung. Tempat yang tinggi pun mereka raih untuk mendapatkan pokemon. Pengorbanan yang luar biasa atas daya tarik kenikmatan pokemon.
     Hingga, diskusi-diskusi yang muncul di setiap kelompok bukannya diskusi untuk memecahkan soal pos atau diskusi menemukan petunjuk berikutnya. Tapi, diskusi seberapa banyak pokemon yang berhasil didapat, macamnya apa saja, gimana cara membaginya, kapan bisa dinikmati.
     Bagi regu yang menganggap pokemon adalah harta paling berharga, mereka akan sekuat tenaga menjaganya. Ada beberapa yang malah dipamerkan perolehan pokemon sehingga mengundang iri kelompok lainnya.
    Waktu permainan akhirnya habis, saatnya istirahat dan sholat Dhuhur. Setelah istirahat, semua peserta berkumpul untuk melakukan pemaknaan dan pembagian hadiah. Sebelumnya mereka menyaksikan video rekaman saat mereka melakukan permainan pokemon go tadi. Betapa lucu dan konyolnya perilaku setiap pemain di permainan, mereka saling buru dengan sekuat tenaga. Bahkan tidak segan rela berkorban naik memanjat tempat yang tinggi hanya untuk mendapatkan pokemon. Semua anak-anak tertawa. Menertawakan perilaku mereka sendiri.
    Akhirnya sang juara diumumkan. Siapakah yang juara? Tentulah yang juara adalah mereka yang taat pada perintah, taat pada misi. Yang juara adalah kelompok yang berhasil menemukan kelima pos dengan urut. Mereka bisa menemukan kelima pos artinya semua soal di setiap pos dijawab dengan benar. Yang mengagumkan, kelompok ini tidak tergiur untuk mengumpulkan pokemon seperti kelompok-kelompok lainnya. Ada sih mereka dapatkan pokemon cuma ala kadarnya. Sehingga mereka layak untuk mendapatkan hadiah yang nilainya melebihi jauh dibandingkan dengan jika semua pokemon terkumpulkan. Pemaknaannya : Itulah kehidupan di dunia ini. Kita oleh Allah telah diberi petunjuk berupa al-Qur'an. Seluruh isi al-Qur'an adalah petunjuk yang akan menuntun di setiap pos di kehidupan dunia ini. Yang ujung akhirnya adalah kebahagian di Surga abadi. Jika selama mengikuti petunjuk kok malah tergiur dengan keindahan dunia, mencari harta hingga seluruh waktu, perhatian dan tenaga hanya untuk mencari dunia saja, sudah pasti nasibnya seperti kelompok-kelompok yang hanya mencari pokemon-pokemon itu. Mereka terlupakan akan tujuan akhir, Surga yang justru balasannya sangat berlipat dibandingkan dunia ini. Semoga dengan game ini anak-anak menjadi tersadar untuk selalu istiqomah dengan petunjuk. Dari game ini pula anak-anak mendapatkan pengetahuan tentang membaca denah, memahami pentingnya aturan, mengenal lingkungan dan yang terpenting adalah muatan religinya.

    MyCycling MyAdventure

    Untuk mengawali kegiatan pembelajaran tambahan di setiap hari Sabtu, siswa kelas 6 mengadakan kegiatan Petualangan. Cuma, petualangan yang dilakukan menggunakan sepeda. Sabtu, 27 Agustus 2016 pagi mereka berkumpul di sekolah yang diawali dengan prosesi pembukaan dahulu. Secara beregu mereka dikelompokkan untuk menyelesaikan misi dari petualangan hari itu.
     Setiap regu diharuskan membuat yel-yel dan diminta untuk performance di depan teman-teman lainnya. Yel-yel ini berfungsi untuk membuat kompak regu selama menjalani perjalanan petualangan nanti. Setelah itu setiap regu diberikan soal dalam bahasa Inggris yang harus dipecahkan persoalannya. Kemampuan Inggris menjadi wajib dikuasai supaya isi persoalan bisa dipahami dengan baik.
         Setelah persoalan dipecahkan, regu yang selesai dahulu segera melakukan pemberangkatan. Mereka harus memastikan semua anggota regu lengkap berikut perbekalannya. Tantangan berikutnya adalah mereka harus memahami petunjuk perjalanan dalam bahasa Inggris. Jika tidak memahami bisa dipastikan perjalanan yang akan mereka lalui tidak sesuai dengan rute alias tersesat. Selama perjalanan mereka akan melalui beberapa pos yang akan berisi penugasan yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk melanjutkan perjalanan.
    Dengan berbagai gaya mereka memberi identitas pada grupnya masing-masing dengan menggunakan asesoris pendukung. Dikarenakan masih suasana kemerdekaan, asesoris yang dominan adalah merah-putih. Satu per satu regu berangkat dengan bekal petunjuk yang sudah diberikan. 
    Beberapa regu terlihat kebingungan saat sampai di persimpangan. Mereka berdiskusi dalam mencerna isi petunjuk. Ke kanan atau ke kirikah. Di sebelah kanan atau di sebelah kiri kah. Selain itu, penyebab tersesatnya regu karena disebabkan adanya anggota yang sok tahu lalu memaksa diri regu untuk terus, ada juga yang hanya ikut-ikutan regu lainnya yang sebenarnya tersesat. Karakter asli setiap anak nampak selama prosesi perjalanan.
     
    Khusus di kegiatan ini para peserta diperbolehkan membawa gadget yang dipergunakan untuk mengambil gambar sebagai bukti bahwa rute setiap regu sudah benar. Hasil jepretan dikirim ke guru yang memantau perjalanan setiap grup. 
     Pos ke-2 adalah Matematika. Setiap regu diharuskan menyelesaikan soal cerita yang berisi hitungan. Strategi dalam memecahkan soal harus tepat, dikarenakan untuk menyelesaikan hitungan bisa jadi lebih dari satu cara. Bisa cepat, bisa lama. Bisa pendek, bisa panjang. Ditambah lagi kemampuan dasar Matematika juga sebagai syarat wajib juga supaya dalam memecahkan persoalan menjadi lebih mudah. Penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian merupakan kemampuan dasar Matematika untuk memahami berbagai konsep hitungan.
    Pos ke-3 mereka disodori persoalan IPA. Dengan mengandalkan pemahaman konsep akan Sains, melalui diskusi berusaha untuk mendapatkan pemecahan jawaban yang tepat.
     Setelah melalui perjalanan yang cukup jauh dengan menyelesaikan tugas di setiap pos berikut lika-liku memahami petunjuk, akhirnya sampailah mereka di garis finish. Perasaan lega bersemburat di setiap wajah anak yang sudah memasuki garis finish. Selain tantangan berupa pemikiran dengan tugas soal, mereka juga diuji secara fisik dengan ketahanan dalam bersepeda dan menahan teriknya mentari. Sambil menikmati segarnya es kelapa muda mereka menerima pemaknaan dari ustadz-ustadzah. Hikmah dalam petualangan ini adalah Petunjuk tidak cukup hanya dibawa dan dibaca, tapi harus dipahami, diamalkan dan disampaikan agar semua perjalanan bisa tetap dalam rute dan jalur yang benar. Terpenting lagi sudah pasti tujuan akhir akan tercapai. Itulah al Qur'an yang merupakan petunjuk hidup manusia. Ia yang akan menuntun kita untuk selalu istiqomah menyusuri rute menuju surga.