Maret 2016

    Bike To Fun

    Sepedaan atau istilah Jawanya Pit-pitan jadi satu aktivitas pilihan yang menarik untuk refreshing. Ditambah lagi jika sepedaan dilakukan secara bersama-sama, tambah seru. Selain mengandung unsur olahraga dikarenakan gerakan kayuhan kaki yang berkoordinasi dengan tangan, sepedaan juga mengandung unsur relaksasi untuk mengurangi stress dengan menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Tentu track yang pas untuk sepedaan dipilih tempat yang alami dan dimulai sepagi mungkin agar udara segar sebanyak-banyaknya kita nikmati.
      Wilayah perkampungan dan persawahan yang hijau sangat tepat dipilih sebagai jalur sepedaan. Selain relatif sepi juga sebagi media mengenal nama wilayah serta kondisinya. Terutama sepedaan secara bersama sangat perlu memperhatikan etika selama perjalanan, satu per satu tidak memenuhi jalan.
    Selain manfaat personal untuk kebugaran dan kesehatan fisik dan mental, dengan sepedaan kita bisa gunakan sebagai media untuk memupuk kebersamaan. Terutama manakala anak yang sudah mulai menginjak usia baligh, pola pergaulan akan mulai menunjukkan interaksi secara in group, pilih-pilih kelompok sesuai dengan identitasnya. Ego sudah mulai ditonjolkan sehingga untuk mengikis kompetisi yang tidak sehat berujung konflik sangat perlu diikat dengan rasa kebersamaan.
    Tidak perlu memforsir energi karena memang tujuan sepedaan adalah refreshing. Manakala lelah sudah muncul, bersama-sama rehat dengan menikmati bekal minum serta snack yang dinikmati bersama-sama menambah serunya suasana.
    Satu hal yang mungkin terjadi diluar dari dugaan. Musibah selama kegiatan sepedaan bisa saja menerpa. Tentu penyikapan akan fenomena musibah ini sangat tergantung dari bagaimana melihatnya. Bisa jadi, niat untuk senang-senang berubah menjadi kekecewaan manakala satu anggota mengalami musibah yang otomatis akan menggagalkan kelanjutan sepedaan. Atau bisa jadi peristiwa musibah akan melahirkan perdebatan seru dengan topik utama siapa tersangkanya. Namun, kesyukuran yang tak terhingga saat kita melihat sebuah musibah itu dilihat sebagai ujian yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa untuk mengetes seberapa tangguh kebersamaan.
    Sebuah kelegaan yang tak terhingga saat satu anak terkena musibah, beberapa anak langsung sigap mencari informasi mana letak bengkel dan tukang las. Allah pasti lebih tahu bahwa setiap ujian disesuaikan dengan kemampuan hamba-Nya. Rupanya bengkel dan tukang las tidak begitu jauh dari lokasi musibah. Bergegas anak-anak langsung mengambil serpihan sepeda yang terpotong menjadi beberapa bagian untuk di bawa ke bengkel dan tukang las. Tidak sampai disitu, ternyata si korban tidak membawa uang cukup untuk biaya pembetulan sepeda. Beberapa anak langsung memberikan uangnya supaya biaya pembetulan sepeda lunas terbayar. 
    Salut atas kesigapan untuk menemukan solusi tanpa berdebat mencari siapa yang salah. Satu soal ujian yang bisa sukses diselesaikan bersama-sama. Sangat benar Allah SWT memberikan setiap masalah itu untuk menaikkan derajat hamba-Nya yang diuji. Selamat nak, kalian naik derajat !!

    Outbound Versi Maret

    Salah satu komponen penting dalam untuk membangun karakter adalah mengenalkan 'resiko' pada siswa. Sebagian besar proses pembelajaran diseting secara linier. Artinya, guru dan siswa memahami apa yang akan dikuasainya itu berjalan secara ideal. Sehingga untuk mencapai kondisi ideal tersebut ada syarat dan kompetensi yang harus dikuasai. Saat siswa belum tuntas menguasai maka siswa dikatakan harus melakukan remedial. Mengulang kembali pelajaran untuk menjalani evaluasi kembali. Jarang proses gagal itu masuk dalam proses pembelajaran. Bahkan kegagalan memperoleh nilai bagus lebih cenderung diopinikan negatif. Padahal kenyataanya, kehidupan ini berjalan tidak selamanya ideal. Kadang berhasil, dan lebih sering tidak mencapai target dan tujuan. Kadang naik, kadang turun. Life is never flat, kata sebuha iklan. Dan itulah resiko. Sehingga menjadi penting untuk memasukkan dan mengenalkan resiko dalam proses pembelajaran.
    Salah satu pembelajaran yang mengajarkan pentingnya resiko adalah outbound. Karena di outbound sudah dirancang aktivitas semacam permainan yang didesain melibatkan resiko dari level terendah atau sering disebut low impact hingga resiko level tinggi sering disebut high impact. 
    Masing-masing desain permainan dalam outbound mempunyai target dan tujuan masing-masing. Meski dengan resiko kecil, permainan low impact dalam outbound sejatinya untuk menjelaskan dengan mengalami langsung. Jika kita ingin memahamkan pentingnya konsentrasi tidak cukup hanya melalui penjelasan lisan saja. Berbeda jika setiap siswa diminta untuk mengikuti permainan 'Apa kata saya'. Di mana setiap peserta diharuskan mengikuti apa yang menjadi kata yang diucapkan oleh instruktur, bukan yang dipraktekkan. Bisa saja instruktur mengatakan "Pegang telinga !" tapi ia memegang pipi. Bagi peserta yang konsentrasi pasti akan sesuai dengan perintahnya, bagi yang kurang konsentrasi, dia hanya mengikuti apa yang dilihat dari instruktur. 
    Untuk yang high impact harus dilakukan oleh tim instruktur profesional serta alat yang mendukung kemanan yang tinggi. Yang dibutuhkan di permainan ini adalah resiko tinggi tersebut. Dengan resiko yang tinggi tersebut berpotensi mengundang setiap orang untuk mengumpulkan energi dalam menghadapinya. Dia seperti sedang berhadapan dengan sebuah tembok tebal yang kokoh padahal dia harus melewatinya. Ini adalah tantangan yang diberikan setipa siswa. Kita kan melihat reaksi setiap siswa dalam menghadapinya. Reaksi normal adalah takut, jatuh, terluka. Tapi itu harus dilewati untuk kesuksesan. Bagi siswa yang mampu mengatasi ketakutan resiko, dia akan melangkah, memasangalat pengaman, melakukan dan berhasil. Tembok penghalang mampu dihancurkan berkeping-keping. Muncul perasaan lega dan bangga. Tapi bagi yang tidak mampu mengatasi kekhawatirannya, dia muncul keraguan. Tidak mau melangkah dan mundur. Di sini peranan fasilitator untuk memberikan motivasi, semangat hingga ke tingkat paksaan hingga berhasil melakukan meski dengan linangan air mata. Begitu melakukan dan berhasil, rasa ketakutan akan ditutupi dengan kepuasan dan bahagia ternyata dia mampu melewati tantangan beresiko tinggi tersebut. 
    Yang tidak kalah penting dari seluruh proses aktivitas outbound ini adalah pemaknaan atau debriefing. Di kegiatan pemaknaan ini fasilitator membantu untuk memanggil kembali kesan yang diperoleh saat menjalani keseluruhan aktivitas. Bebaskan mereka memberikan respon, tidak udah dikomentari dahulu. Setelah semua terungkapkan, ambil beberapa kata kunci yang sudah tersampaikan setiap siswa untuk membawa dari tujuan yang sudah kita rencanakan. Siswa akan merasa tersentuh sekali dengan poin-poin yang kita sampaikan. Setiap kata yang kita sampaikan menjadi berenergi penuh disebabkan mereka sudah dikayakan rasa sudah mengalami. Di penghujung, tutup kegiatan outbound dengan komitmen untuk berubah serta siap untuk meluruskan sesuai dengan komitmen yang sudah dibangun.

    Gerhana Matahari Total 2016

    Mengamati fenomena alam yang sangat jarang terjadi merupakan hal yang semua orang berusaha untuk tidak melewatkannya. Menjelang terjadinya gerhana matahari total tanggal 9 Maret 2016, berbagai media memberikan informasi terkait dengan terjadinya gerhana tersebut. Mulai dari kajian secara sains, secara sosiologis, sejarah dan tidak menutup kemungkinan adanya prediksi kejadian di masa depan. Fenomena alam tidak akan terlepas hubungannya dari Penciptanya, Allah SWT. Sehingga sudah sejak 1400an tahun yang lalu, Rasulullah telah memberikan tauladan bagaimana mensikapi fenomena gerhana matahari ini.
    Begitu melihat gerhana matahari, Rasulullah SAW langsung menuju masjid untuk melaksanakan sholat gerhana Kusuf. Sholat yang terdiri dari 2 rakaat dengan masing-masing rakaat dilakukan 2 ruku dengan bacaan surah yang panjang. Bertempat di masjid Nurul Islam, guru, siswa, orang tua dan masryarakat sekitar, melakukan sholat Kusuf berjama'ah dengan imam ustadz Mukhtasar. Meski di wilayah Jogja gerhana matahari terjadi tidak total, hanya sekitar 80an persen, namun hampir di banyak tempat melaksanakan kegiatan sholat Kusuf berjama'ah. 
     Setelah selesai sholat, dilanjutkan khutbah sholat Kusuf. Di dalam khutbahnya, khotib mengingatkan bahwa dengan fenomena gerhana ini hakikatnya sebagai peringatan dari Sang Pencipta akan kejadian tertentu. Meski di beberapa kalangan justru dengan fenomena ini mereka memanfaatkannya dengan melakukan pesta, jauh dari sikap waspada akan terjadinya sesuatu. Bahkan di kalangan pelosok menyikapi gerhana ini berkembang kepercayaan bahwa matahari sedang dimakan oleh raksasa atau buto. Sehingga harus ditabuh bunyi-bunyian supaya si raksasa itu memntahkan matahari. Jika kita rasakan fenomena gerhana, baik bulan maupun matahari semakin lama intensitasnya makin sering. Di tahun 2016 ini saja lebih dari 3 kali gerhana akan terjadi. Tentu hal tersebut adalah pesan akan terjadinya sesuatu. Bisa jadi satu ketika gerhana matahari total yang mengakibatkan kegelapan berlangsung lama. Lebih dari sehari, sepekan bahkan sebulan. Hingga tiab masanya matahari terbit namun muncul keanehan. Matahari terbit bukan dari timur, melainkan dari barat. Datanglah hari yang sudah dijanjikan Allah, hari Kiamat.  
     Meski secara ittiba' Rasul kita melaksanakan sholat gerhana, namun fenomena ini juga tidak selanjtnya dilewatkan saja dalam kerangka pembelajaran. Siswa bisa melakukan observasi langsung terkait dengan bentuk nyata matahari kala gerhana. Dengan peralatan untuk mengamankan indra penglihatan, pengamatan bisa dilakukan dengan penuh kecermatan tanpa harus ada kekhawatiran.
     Fenomena alam seharusnya tidak akan terlepas hubungannya antara hamba dan keimanannya. Karena setiap hamba akan lebih mengenal Pencipta saat mengenal lebih dalam ciptaan-Nya hingga mampu berucap, " Rabbana maa kholaqta hadzaa bathila ..." Tuhanku sungguh telah Kau ciptakaan alam raya ini semua tanpa kesia-siaan.