Gerhana Matahari Total 2016

» » » Gerhana Matahari Total 2016

Mengamati fenomena alam yang sangat jarang terjadi merupakan hal yang semua orang berusaha untuk tidak melewatkannya. Menjelang terjadinya gerhana matahari total tanggal 9 Maret 2016, berbagai media memberikan informasi terkait dengan terjadinya gerhana tersebut. Mulai dari kajian secara sains, secara sosiologis, sejarah dan tidak menutup kemungkinan adanya prediksi kejadian di masa depan. Fenomena alam tidak akan terlepas hubungannya dari Penciptanya, Allah SWT. Sehingga sudah sejak 1400an tahun yang lalu, Rasulullah telah memberikan tauladan bagaimana mensikapi fenomena gerhana matahari ini.
Begitu melihat gerhana matahari, Rasulullah SAW langsung menuju masjid untuk melaksanakan sholat gerhana Kusuf. Sholat yang terdiri dari 2 rakaat dengan masing-masing rakaat dilakukan 2 ruku dengan bacaan surah yang panjang. Bertempat di masjid Nurul Islam, guru, siswa, orang tua dan masryarakat sekitar, melakukan sholat Kusuf berjama'ah dengan imam ustadz Mukhtasar. Meski di wilayah Jogja gerhana matahari terjadi tidak total, hanya sekitar 80an persen, namun hampir di banyak tempat melaksanakan kegiatan sholat Kusuf berjama'ah. 
 Setelah selesai sholat, dilanjutkan khutbah sholat Kusuf. Di dalam khutbahnya, khotib mengingatkan bahwa dengan fenomena gerhana ini hakikatnya sebagai peringatan dari Sang Pencipta akan kejadian tertentu. Meski di beberapa kalangan justru dengan fenomena ini mereka memanfaatkannya dengan melakukan pesta, jauh dari sikap waspada akan terjadinya sesuatu. Bahkan di kalangan pelosok menyikapi gerhana ini berkembang kepercayaan bahwa matahari sedang dimakan oleh raksasa atau buto. Sehingga harus ditabuh bunyi-bunyian supaya si raksasa itu memntahkan matahari. Jika kita rasakan fenomena gerhana, baik bulan maupun matahari semakin lama intensitasnya makin sering. Di tahun 2016 ini saja lebih dari 3 kali gerhana akan terjadi. Tentu hal tersebut adalah pesan akan terjadinya sesuatu. Bisa jadi satu ketika gerhana matahari total yang mengakibatkan kegelapan berlangsung lama. Lebih dari sehari, sepekan bahkan sebulan. Hingga tiab masanya matahari terbit namun muncul keanehan. Matahari terbit bukan dari timur, melainkan dari barat. Datanglah hari yang sudah dijanjikan Allah, hari Kiamat.  
 Meski secara ittiba' Rasul kita melaksanakan sholat gerhana, namun fenomena ini juga tidak selanjtnya dilewatkan saja dalam kerangka pembelajaran. Siswa bisa melakukan observasi langsung terkait dengan bentuk nyata matahari kala gerhana. Dengan peralatan untuk mengamankan indra penglihatan, pengamatan bisa dilakukan dengan penuh kecermatan tanpa harus ada kekhawatiran.
 Fenomena alam seharusnya tidak akan terlepas hubungannya antara hamba dan keimanannya. Karena setiap hamba akan lebih mengenal Pencipta saat mengenal lebih dalam ciptaan-Nya hingga mampu berucap, " Rabbana maa kholaqta hadzaa bathila ..." Tuhanku sungguh telah Kau ciptakaan alam raya ini semua tanpa kesia-siaan.

Share

You may also like

Tidak ada komentar