September 2011

    Menjemput Dua Kegembiraan

    Siang ini ada pemandangan yang aneh deh di kelas 4. Anehnya gimana ya? Habisnya anak-anak putra kok jidatnya pada ditempel pake tisu basah segala. Emang pada demam apa. Eh, jangan-jangan iya loh?

     

    Wajah-wajah kayak gitu demam? Ah yang bener? Rupanya mereka sedang meredam panas dan haus. Mereka semua sedang puasa sunnah Kamis. Kelas 4 memang sudah memprogramkan puasa sunnah rutin sebulan sekali. Nah, bulan ini jatuh di hari Kamis ini. Alhamdulillah hampir semua anak melakukan. Cuma 6 anak dari 72 siswa kelas 4 yang belum melakukan. Karena sakit dan beberapa alasan yang belum memungkinkan mereka untuk berpuasa sunnah.  Puasa Sunnah memang sudah diprogramkan siswa SDIT Alam mulai kelas 4. Mulai kelas 5 ditambah lagi program sholat Tahajud sekali sebulan. Karena semua puasa, ustadzah dapur nggak ngirim snack dan makan siang ke kelas. Tapi snack dan makan siang dibungkus untuk buka puasa di rumah. Yach, yang namanya anak-anak. Meski puasa, aktivitasnya seperti nggak puasa aja. Ada yang masih gigih sepak bola, kejar-kejaran. Jadinya pas sore waktu mau pulang baru kerasa lemes. Bahkan ada yang muntah segala. Tapi, ustadz dan temen-temennya pada ngasih semangat. Ayo, masih 2,5 jam lagi lho. Nanggung khan kalo harus batal. Oke, slamat ya temen-temen kelas 4. Udah sukses dengan program puasa sunnahnya. Moga 2 kegembiraan pasti segera tergapai. Gembira manakala berbuka dan pahala dari Allah, dzat yang berlimpah ruah rezekinya. Amiin.

    Jahitan Tangan

    Menjahit pake mesin tentu hanya orang tertentu saja yang bisa. Tapi, jahit pake tangan sepertinya ketrampilan yang wajib harus dikuasai. Bayangkan, saat di tengah hutan tiba-tiba celana kita robek sampe jadi dua. Apa mau kita pake gitu aja meski kelihatan auratnya. Kan jadi malu deh. Nah, kalau kita pinter jahit. Tentu segera kita kan cari serat batang tanaman. Trus pake benda tajam pelan-pelan kita jahit celana robek kita. Meski dengan kondisi yang sangat sederhana yang penting aurat tetap aman tertutup.

    Untuk bisa jahit tangan, satu pertama yang harus bisa adalah memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Perlu usaha keras lho, tenang dan kesabaran tinggi. Kalo gak sabar, bisa-bisa tu jarum patah habis dibengkokin. He . . he . . he.

    Setelah benang masuk ke jarum, tarik tu benang sepanjang yang dibutuhkan dan potong. Lalu, tarik benang, temukan ujung dengan ujung. Buat simpul mati di kedua ujung benang. Usahakan simpulnya gede. Tujuannya supaya biar pas menjahit nanti pas simpul itu untuk menahan benang waktu ditarik. Satukan dulu kain yang mau dijahit. Tusukkan jarum kemudian tarik, tusuk lagi di dekat tusukan yang pertama kemudian tarik. Makin rapet tusukan makin rapi deh hasil jahitan.

    Oke udah siap tuk nyoba di rumah. Mulai deh cari baju atau celana kalian yang robek. Ambil jarum dan benang. Coba jahit pake tangan. Syukur, yang nanti mau jadi dokter bedah udah mahir dari sekarang urusan jahit menjahit.

    Syawalan 1432 H Keluarga Besar Nurul Islam

    Acara yang paling trend nan pop di pekan ini adalah pasti dan pasti yaitu Syawalan. Bener nggak? Rupanya tradisi syawalan hanya dan hanya bisa dijumpai di Indonesia thok. Sejarahnya bisa dibaca dan ditelusur terkait dengan sejarah masuknya Islam di Jawa. Sampai sekarang tradisi yang baik itu masih kuat mengakar di masyarakat. Nah, keluarga besar Nurul Islam tak ketinggalan menyelenggarakan Syawalan. Jika tahun lalu tempatnya keluar. Ke pantai Sundak, rupanya sekarang cukup sederhana dilaksanakan di GOR SDIT Alam Nurul Islam. tapi meski sederhana, tidak mengurangi tujuan syawalan. Mempererat silaturrahiim antar anggota keluarga besar Nurul Islam. Untuk memberi kesan ethnik di acara ini, sengaja hidangan disuguhkan berupa jajan pasar yang dikemas diatas tampah.

    Mmm. menarik khan. Melihat warnanya saja udah mengundang banjirnya air liur. Mana tahan saat mencium baunya. Untuk pemaknaan syawalan menghadirkan da'i kondang nan penuh hikmah. Da'i yang khusus merambah ranah masyarakat pedesaan. Beliau adalah ustadz Didik Purwodarsono.

    Ustadz Didik menyampaikan rahasia tetap dalam kondisi fitrah. Untuk menjaga kondisi untuk selalu dalam kondisi fitrah ada 3 langkah. Pertama, seperti yang Allah inspirasikan dalam surah Asy-Syams ayat 8 sampai 10. Bahwa sebagai manusia harus menyadari jika diberi 2 potensi. Potensi untuk baik dan buruk. Ust. Didik memetakan, tubuh manusia dibagi menjadi 2 dengan batas ulu hati. Ulu hati ke bawah merupakan komponen perangkat untuk melakukan peningkatan kuantitas, ada perut dan (maaf) sedikit di bawah perut. Sedangkan ulu hati ke atas adalah perangkat untuk menggapai kualitas. Ada hati dan akal. 'Bawahan' (uluhati ke bawah) harus tunduk pada 'Atasan' (ulu hati ke atas). Jika sebaliknya, yang akan terjadi adalah adanya tindakan yang jauh dari rasio dan pertimbangan hati nurani. Tidak takut pada ancaman dan siksaan Allah. Koruptor, pezina, perampok, selingkuh adalah kejahatan yang terjadi karena 'bawahan' lebih dominan dari 'atasan'.  Kedua, inspirasi Allah dalam surah Al Qashash ayat 77. Yang menjadi fokus dan goal setting adalah akhirat tanpa melupakan hak yang didapat di dunia. Gambarannya, seperti petani. Yang menjadi tujuan petani kan panen padi. Makanya nanamnya tanaman padi. Sedangkan selama proses pemeliharaan padi dapat bonus, yaitu rumput. Tapi jika petani itu malah habisin waktu nanam rumput, sudah pasti sampe kapan pun padi gak akan pernah dipanen. Kita harus selalu mementingkan Ganjaran tanpa lupa akan Bayaran, begitu istilah ust. Didik. Nah, ketiganya isnpirasi Allah di surah Ali 'Imran ayat 112. Manusia yang selalu terjaga fitrahnya akan selalu menjaga keseimbangan antara hubungannya dengan Allah (Habluminallah) dan hubungannya dengan antar manusia (Habluminannas). Orang yang hanya egois ibadah terus untuk Allah tanpa menjalin hubungan denhan manusia pasti akan dijauhi manusia. Sebaliknya, jika hanya berhubungan dengan manusia tanpa memperhatikan hubungan dengan Allah. Murka Allah pasti akan menimpanya.  Berhubungan dengan Allah kita harus ma'rifatullah, mengenal Allah. Allah Maha Kuasa, Janji-Nya tak pernah meleset, Pemaaf, Siksanya sangat pedih. Rumusnya, untuk berhubungan dengan Allah harus totalitas. Mengharap, husnudhon, berserah diri semuanya 100% tanpa ada keraguan sedikitpun. Tapi untuk bergaul dengan manusia kita harus ma'rifatunnas, mengenal manusia. Manusia yang berkeluh kesah, menipu, berkhianat, bisa bohong, muslihat,  . . . Sehingga bukan totalitas tapi kita harus menyediakan ruang 50:50. Fifty-fifty. Artinnya, jika kita berhubungan dengan manusia, suami, istri, orang tua, ustadz, bos . . . . selain nanti ada harapan puas, bangga, kita juga siapkan ruang untuk kecewa, rugi. Untuk berhubungan dengan manusia rumusannya di surah Ali 'Imran ayat 133. Selalu orientasi MEMBERI, jika semua manusia selalu berhubungan dengan orientasi memberi pasti konflik akan segera reda bahkan gak ada. Menahan MARAH, karena marah adalah pintu segala kejahatan. Mohon AMPUNAN kepada Allah atas segala khilaf.

    Setelah pemaknaan Syawalan oleh ustadz Didik Purwodarsono, dilanjutkan salam-salaman antar peserta. Dilanjut dengan makan bareng jajan pasar serta Soto or Bakso yang sudah dibooking khusus di acara Syawalan kali ini.












    Mentoring Perdana

    Meski sudah menjadi alumni bukan berarti jalinan silaturrahiim putus-tus begitu saja. Meski tidak diajar lagi, bukan berarti ndak bisa lagi mendapat sentuhan taushiyah-nasehat sejuk ustadz-ustadzah SDIT Alam lagi. Meski gak belajar di SDIT Alam lagi bukan berarti menjadi alasan untuk tidak berakhlaq Islami lagi.

    Ternyata meski baru berpisah 1 bulan lebih dikit, sedikit ada perubahan yang terjadi pada alumni angkatan ke-7 yang baru lulus kemarin. Mau bukti? Itu tu saat ditanya sama ustadz Budi saat acara Mentoring Perdana dan Syawalan Alumni SDIT Alam angkatan VII. Kebiasaan sholat Dhuha di pagi hari sudah pada ditinggalin. Terutama yang nerusin di sekolah bukan IT (Islam Terpadu). Walau kebiasaan itu sudah menempel kuat selama 6 tahun di SDIT Alam. Banyak sih penyebabnya. Ada yang gak sempet, gak ada temen, takut dikatain sok alim dan ketakutan-ketakutan lain. Tentu lingkungan baru dengan temen-temen yang sangat beda dari dulu sewaktu di SDIT Alam pasti cukup kuat merubah beberapa kebiasaan baik. Nah, yang kuat, justru dia PD aja lagi. Malahan siap menulari virus kebaikan itu pada temen-temen barunya. "Apakah kalian siap menulari virus kebaikan kepada temen-temen kalian?" begitu pinta ust Budi di depan para alumni.

    Iya tuh, ustadz-ustadzah pada prihatin deh, beberapa alumni sudah sangat berubah begitu sudah lulus dari SDIT Alam. Berubah bergaulnya, berubah omongannya, berubah frekuensi ibadahnya, nah yang paling terlihat, berubah cara berpakaiannya. Khususnya yang putri. Ada loh yang sudah gak malu lagi tanpa jilbab ketemu sama ustadz. Naudzubillah. Memang, lingkungan dan teman sangaaaaat besar pengaruhnya bikin orang makin baik, atau justru makin buruuuuuk.

    Nah, supaya gak berulang lagi. Ustadz-ustadzah SDIT Alam membuat program baru yang sangat khusus dibuat bagi alumni. Meski udah gak belajar di SDIT Alam, meski udah gak bayar SPP lagi, tapi ustadz-ustadzah dengan penuh rasa cintanya membuat program yang diberi nama Mentoring.

    Alumni angkatan ke-7 ini terbentuk 4 kelompok. Di pertemuan perdana ini tiap kelompok membuat kesepakatan pertemuan rutin. Juga, membentuk pengurus kecilnya sehingga keberlangsungan program mentoring bisa brejalan dengan baik. Untuk mentor atau pembinanya adalah Ust. Budi, ust. Udin, usth. Sunarsih dan usth. Rina.