April 2011

    Outing kelas IV : Lapas Kelas IIB Sleman dan Gunung Purba

    Memasuki jadwal outing di akhir semester Genap ini, kelas IV melaksanakan Outing dengan tujuan Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) Kelas II B Sleman dan Gunung Purba di Nglanggran Gunung Kidul. Dua obyek itu dikunjungi untuk memperdalam pembelajaran IPS tentang penyakit sosial masyarakat dan pembelajaran IPA terkait materi Perubahan Kenampakan Alam.

    Lapas ini terletak di wilayah kecamatan Mlati Sleman. Tepatnya 1 km sebelah barat kantor kecamatan Mlati. Meski terlihat kecil namun penghuni Lapas ini cukup banyak. Ada sekitar 422 orang, baik berupa tahanan maupun Napi atau Nara Pidana. Wah apa beda tahanana dan napi tuh? Kalo tahanan tuh, sudah dinyatakan salah namun belum divonis pengadilan. Nah, kalo napi itu sudah divonis sama pengadilan.

    Setiap siswa masuk satu per satu. Bagi yang membawa alat komunikasi berupa HP ditinggal di tempat jaga demi keamanan kata petugas sekuriti. Kami menuju aula untuk mendapatkan penjelasan tentang keberadaan Lapas ini.

    Di aula sudah ada Pak Syukron dan Pak Margo yang sudah siap untuk menjelaskan tentang seluk beluk keberadaan Lapas. Lapas kelas IIB Sleman ini beroperasi sejak tahun 2004. Waktu mulanya baru berupa Rutan atau Rumah Tahanan saja. Tapi karena penghuninya bertambah hingga ratusan, jadilah diubah menjadi Lapas.

    Pak Syukron menjelaskan, warga Lapas ini adalah bukan orang-orang yang jahat. Namun, karena suatu hal, khilaf, kepepet, salah pergaulan, jadilah mereka menjadi pelanggar aturan hukum. Mereka semua disini bertujuan untuk mengikuti program pembinaan. Baik pembinaan secara mental agama maupun berupa pembinaan ketrampilan. Pembinaan mental agama agar mereka lebih paham dan diingatkan mana perilaku yang salah dan benar. Sedangkan ketrampilan ditujukan agar setelah masa huni di Lapas selesai, mereka mempunyai bekal untuk hidup lebih mandiri. Bisa dilihat beberapa karya buatan penghuni Lapas. Seperti kursi, pot hias, pigura dan lain-lain. Pelanggaran yang dilakukan para penghuni Lapas beraneka ragam. Ada pencurian, penipuan, pembunuhan dan Narkoba. Paling muda penghuninya berumur 14 tahun karena melakukan pencurian di sekolahnya.

    Sesi tanya jawab dimulai. Ternyata banyak yang antusias bertanya. Ada yang bertanya tentang Ada gak penghuni Lapas yang meninggal, meninggalnya kenapa, paling muda dan paling tua umurnya berapa, jumlahnya berapa, laki-lakinya berapa, perempuannya berapa, paling banyak agamanya apa, seragamnya apa. Sampai pak Syukron dan pak Margo kewalahan dalam menjawabnya. Ternyata selama ini sudah ada kejadian penghuni Lapas meninggal sebanyak 3 orang. Ada yang karena penyakit parah, ada pula yang bunuh diri, hiiiiii ngeri. Paling muda berumur 14 tahun dan tertua 60 tahun. Penghuni terbanyak laki-laki, sebanyak 401 orang, sedangkan perempuan 21 orang. Dari tadi anak-anak penasaran mana sih Napinya, oh ternyata yang pake kaos biru tho. Jadi tadi yang mempersilahkan duduk anak-anak itu Napi dong ????

    Begitu selesai dijelaskan, anak-anak keluar satu per satu lagi. Sambil keluar mereka melihat kondisi sel tempat para tahanan dan napi tinggal. Terlihat rapi dan bersih, meski masih tampak di sana-sini jemuran di atas rumput.

    Begitu keluar pintu gerbang Lapas, eh kok banyak orang sih? Rupanya jam kunjung napi segera tiba. Para keluarga tak sabar menunggu untuk segera bertemu kerabatnya yang menhuni di Lapas. Setelah selesai di Lapas, perjalanan dilanjutkan menuju gunung Purba di Nglanggran Gunung Kidul.

    Begitu sampai gunung Purba, waktu sholat Dhuhur tiba. Langsung aja ambil air wudlu dan sholat bareng. O ya hari itu kelas 3 juga outing ke gunung Purba. Cuma mereka datang lebih dulu paginya. Setelah makan langsung santap dengan lahap makan siangnya. Sambil duduk di atas batu yang super guede deh.

    Selesai makan, semua langsung baris untuk berangkat pendakian. Jalannya satu-satu karena lebarnya juga cuma ukuran satu orang. Di kanan kiri terlihat batu-batu yang gede-gede. Plus berlumut menandakan usia yang sangat purba.

    Nah ini ni bagian yang sangat seru. Kita jalan diapit dua bebatuan besar. Sehingga jalannya pas seukuran badan. Bayangkan saja, jika salah satu batu bergerak mendekat ke yang lain. Wah-wah jadi rempeyek deh. Alhamdulillah perjalanan cukup lancar meski kami ber65 anak.

    Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, sampailah di pos 2. Meski bukan puncak namun pemandangan dari sini sungguh indah sekali. Bisa melihat ke arah barat dimana terlihat jajaran tower transmisi TV swasta yang berjumlah sekita 11an tower.  Di pos 2 kami juga dijelaskan oleh pemandu tentang berbagai situs atau tempat yang unik di sekitar gunung Purba. Anak-anak sih pinginnya diantar ke sana, tapi karena terbatasnya waktu, ya cukup jadi cerita saja. Kami sampai pos 3 saja kemudian turun kembali ke pos pemberangkatan. Meski melelahkan, anak-anak pada semangat menemukan pengalaman baru mendaki gunung Purba.

    dari Parenting School XI bersama Ustadz Adikitana

    Satu hal penting dalam pendidikan dan pembinaan anak adalah motivasi. Ibarat bahan bakar, motivasi menjadi energi penggerak anak berperilaku dan bertindak sesuai yang dikehendaki dan tujuan dalam pendidikan. Tentu tujuan itu adalah adanya perbuatan hingga bahkan karakter yang baik pada anak.

    Jika melihat jenis motivasi, ada 2 macam bentuk motivasi. Motivasi dari dalam dan motivasi dari luar. Dari dua hal itu, motivasi dari dalam-lah yang lebih paten untuk membuat anak berinisiatif bertindak. Tapi, sebaliknya, manakala motivasi dalam anak belum muncul. Kita, sebagai orang tua, tentu harus terus sabar untuk memberikan perintah. Yah, kadang-kadang harus dengan bumbu ancaman sekali-kali iming-iming. Jika melihat proses dalam mendidik, terkadang kita akan berhasil memberikan perintah dan tugas pada anak orang lain. Jika kebetulan anak kita pas belajar bareng dengan temannya, teman anak kita itu sering lebih mudah mengikuti instruksi kita.

    Alasan sudah akrab dan tahu kekurangan kita menjadi pemicu 'ketidaktaatan' si anak. Pantesan, sering anak-anak kita lebih nurut sama yang dikatan guru ketimbang kita, bahkan meski yang didapat dari guru itu barangkali salah (he . . he . . makanya ustadz/ah hati-hati kalo ngajari anak didiknya).  Namun begitu, bukan berarti orang tua terus lepas kendali untuk mendidik si anak. Ada  waktu yang tepat sekali untuk memberikan motivasi anak. Seperti  yang dicontohkan Rasulullah SAW. Waktu anak sakit, waktu piknik (senang-senang) dan waktu makan. Dengan menggunakan secara optimal ketiga waktu itu, Insya Allah, motivasi-motivasi yang kita sampaikan ke anak akan membekas kuat. Yang menjadi perhatian juga bagi kita. Di dunia timur memang sudah menjadi budaya jika pendidikan itu diserahkan kepada Ibu. Makaya, banyak anak sangat membekas peran ibunya.



    Ada sebuah kisah unik. Bintang film terkenal China, Jacky Chan suatu ketika tidak sengaja mengikuti forum parenting. Di forum itu ditekankan pentingnya peran Ayah dalam mendidik anak. Begitu selesai dari forum, si Jacky tersadar, kemudian menelepon istrinya dan memutuskan dia yang akan menjemput anaknya. Rupanya, sekalipun ia belum pernah menjemput anaknya. Sampai di sekolah, Jacky menunggu hingga seluruh siswa keluar semua. Hingga yang tinggal si penjaga sekolah. Sewaktu mau menutup sekolah, si penjaga ditanya sama Jacky, dimanakah keberadaan anaknya. Si penjaga mengatakan, "Lho, anak Bapak kan sudah SMP, kenapa jemputnya di SD?" Rasulullah SAW juga telah memberikan banyak tauladan tentang bentuk pendidikan seorang Ayah kepada anaknya. Kita bisa lihat kualitas Fatimah Azzahra sebagai didikan Rasulullah SAW. Sehingga peran Ibu dan Ayah akan sangat menentukan sekali bentuk karakter dan sifat anak yang dididik dan dibinanya.

    Pengalaman di Alam Kubur

    Siapapun pasti akan kesana. Tak satupun yang bisa pergi menghindarinya. Tapi, kebanyakan orang masih takut. Bahkan hanya untuk mengingatnya. Itulah kehidupan alam Kubur. Nah, untuk mengenal gimana rasanya menghuni alam Kubur, memasuki tema Tanah, siswa-siswi kelas 3 SDITAlam Nurul Islam berlatih untuk menjadi penghuninya.

    Siswa belajar cara mengkafani jenazah.  Yang jadi jenazahnya gantian satu per satu. Sehingga semua anak merasakan menjadi jenazah. Tiap siswa berbaring di atas kain kafan. Kemudian dibungkus diikat di 3 bagian. Bawah, tengah dan atas.

    Setelah dibungkus kain kafan, kemudian disholatkan. Siswa belajar bagaimana mensholatkan jenazah. Tentu sholatnya sangat beda dengan sholat-sholat lain. Karena dilakukan tanpa sujud dan ruku'. Hanya dengan 4 kali takbir dan diakhiri salam dengan posisi masih berdiri.

    Setelah disholatkan, kemudian diantarkan menuju kuburnya. Bersama-sama karena disamping berat, juga sebagai bukti kecintaan kepada saudara sehingga ingin melepas hingga liang kuburnya.

    Dimasukkanlah si mayit ke dalam liang kubur. Sebuah liang ukuran 0,5 x 1,5 meter. Setelah kubur ditutup, terasa gelap dan pengap. Sendiri tanpa teman. Sunyi sepi. Hitam kelam.

    Terakhir, bagi yang masih hidup mendoakannya. Menghibur keluarga yang ditinggalkan. Sedang si mayit, menunggu hingga kelak hari dibangkitkan.