Oktober 2008

    Outing Tema Perjuangan dan Makhluk Hidup

    Mengakhiri tema Perjuangan dan Makhluk Hidup, kelas 3 A, B dan C bersama mejalani program outing. Obyeknya, pertama di benteng Vredeburg (moga bener ya tulisannya), terus ke laboratorium Silvikultur UGM (tempat pembuatan bibit pohon) terakhir acara santainya mancing bareng di pemancingan ’Moro Kangen’ di daerah Babarsari.


    Seperti biasa sebelum berangkat kumpul untuk menerima penjelasan. Ust. Siswo memberikan peringatan, bagi yang ketahuan jajan melebihi 20 ribu akan ditinggal pulang. Wah, disiplin banget seperti tentara. Lha iya harus, lho kita kan mau ke benteng Vredeburg. Merasakan dahulu sewaktu perjuangan belum ada tentara. Semua rakyat menjadi tentara.


    Pilihan benteng Vredeburg sangatlah tepat. Habis bangunan kunonya itu lho bikin inget jaman dahulu pas Jogja dijadikan ibukota. Bayangkan ibukota Negara . . . Didukung dengan diorama (ruangan tiga dimensi) menambah mantep ikut merasakan heroiknya perjuangan para pejuang. Pertama masuk dikira masih tutup, jam menunjuk pukul 08.00. Wah, kita keliling dulu deh. Naik di atas benteng. Eh ternyata begitu melongok kearah timur bisa kita liat dengan jelas kompleks Taman Pintar. Di atas situ juga ada tempat pengintaian untuk membidik musuh, sekaligus tempat penjagaan yang ditinggali penjaga siap mengawasi dari atas benteng. Adakah musuh yang menyerang.


    Begitu masuk ke dalam satu persatu foto hitam putih menghiasi dinding ruang. Banyak foto yang menggambarkan Jogja tempo dulu. Selain tempat, setiap peristiwa juga diabadikan melalui foto. Setiap anak khusuk menulis setiap peristiwa. Siapa tokohnya, dimana tempat serta tahun berapa terjadi.


    Ck . .ck . .ck . . tidak mengira, ternyata Jogja kita ini dahulunya punya peran sangat penting dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Seperti kata-kata bung Karno ini : “Jogjakarta menjadi termasyhur oleh karena jiwa kemerdekaanya, Hidupkanlah terus jiwakemerdekaan itu!”


    Setelah melihat dokumentasi foto, masuklah ke ruang diorama. Sungguh canggih ya, dari foto bisa diubah menjadi gambar tiga dimensi.


    Pas kita liat-liat, eh ada mas-mas yang sedang membuat sebuah diorama. O, jadi begitu ya buatnya. Pake seperti semen tapi warnanya putih. Semua dibuat kecil. Mulai rumah, orang, mobil. Eh, ternyata bukunya dibuat dari bungkus korek lho. Tu keliatan bekasnya.


    Saking panjangnya ruang diorama yang harus diliat, beberapa anak sudah keliatan capek. Sambil tiduran dilantai ada yang mengerjakan worksheet, ada yang santai dulu istirahat.



    Puas di Vredeburg, dilanjutkan menuju UGM. Tepatnya di laboratorium Silvikultur fakultas Kehutanan. Sesuai dengan namanya, lokasinya ditumbuhi dengan berbagai pohon yang tinggi. Seperti hutan. Tapi kecil. Di sana sudah disambut oleh mbak Winda. Kita diajak di gedung lantai 3 untuk mengikuti kuliah. Wah, baru kali ini ya anak SD mengikuti kuliah. Di UGM lagi.


    Disini mbak Winda menerangkan proses terjadinya pohon semenjak dari biji. Sekarang jadi tahu, ternyata tidak setiap pohon harus dimulai dengan biji. Anak-anak mulai tidak sabar untuk melihat-lihat laboratorium. Segera seluruh anak diajak untuk praktek membuat benih. Setiap anak dibagikan 2 buah polybag (kantong plastik warna hitam tempat menyemai tanaman).


    Polybag itu diisikan tanah sampai penuh. Stelah disiram air, polibag pertama ditanam bibit pohon, polybag lainnya ditanam biji. Wah pada antusias ya nanamnya. Berebut untuk mendapat yang pertama.


    Untuk mengenal nama pohon, satu per satu mbak Winda mengenalkan nama pohon. Eh, ada nama latinnya lho. Seperti Melinjo, nama latinnya Gnetum gnemon. Canggih ya. Sebenarnya masih ingin mengenal pohon lainnya. Waktu semakin mendekat Dhuhur.


    Perjalanan berlanjut menuju Moro Kangen. Waktunya mancing bareng. Tiba di lokasi Dhuhur tiba.


    Kita langsung ambil air wudhu dan sholat berjama’ah. Tidak ditunda lagi, begitu selesai langsung mengeluarkan senjata sendiri-sendiri. Satu paket alat pancing lengkap. Di sana juga meminjamkan pancingan gratis. Yang bayar umpannya. Untuk umpan pellet 1000, untuk cacing 2000 per bungkusnya.



    Mulailah masing-masing dengan gaya yang disuka. Ada yang pilih menyendiri, ada yang rame-rame. Puas banget deh mendapat ikan pertama. Yang belum dapat masih memelihara kesabaran.


    Yang tidak sabar, akhirnya mengharuskan ustadz Siswo turun kolam. Bukan untuk memancing. Tapi, dengan bersenjatakan jaring, menangkap ikan yang tidak berhasil terpancing. Suasana jadi riuh melihat ustadz Siswo heroik menangkap ikan.


    Ikan bakar telah matang. Bersantap dengan perut lapar memang sangat lezat. Semua menyantap lahap. Tak satupun anak yang makan bersisa, bahkan nambah, ada yang tiga kali lagi. Wah-wah bener-bener lapar ni anak.


    Begitulah pembelajaran outing kali ini, untuk kemudian menuju ke tema pembelajaran selanjutnya yaitu tema sekolahku. Doakan ya di tema muncul banyak kejutan membersamai belajar di semester ini.

    Menanam Cabe Keriting


    Semester ini ada kegiatan baru untuk pembelajaran outdoor activity. Jika semester yang lalu semarak dengan beternak kelinci, sekarang ditambah lagi pembelajaran berkebun. Untuk pengalaman bagi anak-anak pemula dipilihlah Cabe Keriting. Tanaman yang mempunyai ketahanan hidup lumayan gede. Kalo berhasil panen, tentu jadi duit semua. Untuk lahannya digunakan ladang sebelah timur. Milik pak Agus salah seorang orang tua wali. Ladang itu dibuat gundukan seperti pusara di tempat pemakaman. Membujur panjang. Diatasnya dibungkus dengan plastik hitam yang dilubangi kecil-kecil menggunakan kaleng susu kecil yang dipanaskan. Lubang-lubang kecil itulah media tanaman cabe ditanam. Mengapa? Supaya hidup cabe lebih optimal tidak diganggu kehadiran kompetitor lain seperti rerumutan liar. Satu anak dipercayakan tugas 2 -3 tanaman untuk diamati. Plus, dilengkapi dengan satu lembar pencatatan data pengamatan. Dari mulai waktu kapan menanam dan perubahan yang terjadi setiap pekan sampai berapa jumlah daun dengan tingkat kelebarannya.

    Melihat table-tabel di lembar pencatatan, pertama mengundang bingung. Tapi begitu dijelaskan dan dicoba melakukan pengisian data sesuai pengamatan, . . . eh jadi terbiasa deh.
    Satu bulan sudah berlalu, meski cukup lama disela waktu Ramadhan tak terkira kini tanaman cabe mulai membongsor. Tak malu untuk menunjukkan hasil buah cabenya. Meski beberapa masih belum beranjak tumbuh. Mati segan hidup pun tak hendak. Tentu hal itu kembali si empunya tugas perawatan dan pengamatan. Indah dan sungguh syukur tak terkira melihat tanaman cabe berbuah. Ih . . . lucu deh, keriting bak rambut kribo. Jadi makin semangat nih melakukan pengamatan.

    Menengok kembali apa yang telah dilakukan sehingga menghasil buah yang memuaskan. Untuk kemudian menjadi pengalaman sehingga percaya diri membaginya pada yang lain. Wah, pokoknya panen raya cabe keriting harus terjadi. Apalagi jika krisis global bisa mempengaruhi harga cabe di bursa saham internasional, sepertinya tidak akan ada khayal yang menghalang jika rupiah yang diraup melonjak batas nishob zakat. Yach, . . . bermimpi besar diiringi dengan doa serta ikhtiar maka sempurnalah tawakal kita. Amiin.