Oktober 2014

    Pra Mukhayyam Pramuka SIT SDIT Alam

    Dear SDIT Alamania, menjelang berakhirnya semester ganjil 2014/2015 ini kegiatan rutin Mukhayyam akan digelar. Pelaksanaan untuk kali ini selama 3 hari, mulai Kamis, 30 Oktober 2014 hingga Sabtu, 1 November 2014. Memang, pelaksanaan Mukhayyam SDIT Alam mengalami dinamika perubahaan boleh dikata sering. Bukan berarti tidak konsisten. Namun menemukan bentuk baru untuk lebih mendekatkan pada tujuan yang sudah ditentukan. Mukhayyam sebagai bentuk media aplikasi nilai, pemahaman dan ketrampilan yang harus dimiliki anggota Pramuka SIT. Sehingga, meskipun dari formal organisasi yang dahulunya bernama Pandu SIT kini berubah menjadi Pramuka SIT tidak terlalu menjadi masalah. Karena yang tetep dipegang adalah visi, misi dan tujuannya. 
    Mukhayyam dari pelaksanaan pertama hanya dimulai dari sore berakhir pagi hari berikutnya dengan peserta seluruh siswa baik dari kelas 1 hingga kelas 6. Kemudian durasi waktunya bertambah menjadi 24 jam. Mulai pagi hingga pagi hari berikutnya. Dinamika berjalan dari kepesertaan dengan melihat evaluasi untuk siswa kelas 1 dan 2 yang masih agak berat untuk berkemah 24 jam, jadinya peserta kelas 1 dan 2 mulai dari sore hingga pagi hari berikutnya. Perubahan terjadi lagi merujuk dengan konsep Pramuka setelah menginduk ke Pramuka SIT, yaitu untuk kelas 1 hingga 3 cukup dengan kegiatan Pesta Siaga tanpa berkemah. Nah, konsep terbaru, mukhayyam ditambah durasi waktunya dari 24 jam menjadi lebih dari 72 jam. Dengan tujuan aplikasi nilai, pemahaman dan ketrampilan butuh waktu lebih dari 24 jam untuk kematangannya.
    Nah, karena waktunya butuh 3 hari maka peserta juga harus menjalani acara persiapan. Atawa Pra mukhayyam. Apa sajakah yang dilakukan peserta di acara PraMukhayyam itu ? Mari kita simak.
    Acara PraMukhayyam dilaksanakan selama 3 hari. Hari pertama, semua peserta yang dikelompokkan menjadi 20 kelompok melakukan kegiatan musyawarah pembagian tugas dan perencanaan. Kelompok-kelompok di Mukhayyam kali ini menggunakan nama pahlawan nasional. Kelompok 1 Kyai Mojo, Kelompok 2 Panglima Polim, Kelompok 3 Teuku Umar, Kelompok 4 Ki Hajar Dewantara, Kelompok 5 Fatahillah, Kelompok 6 Pangeran Antasari, Kelompok 7 Sisingamangaraja, Kelompok 8 KH Hasyim Asy'ari, Kelompok 9 Pangeran Diponegoro, Kelompok 10 Sultan Hasanuddin, Kelompok 11 Sultan Agung, Kelompok 12 Tuanku Imam Bonjol, Kelompok 13 Moh Yamin, Kelompok 14 Cut Nya' Dien, Kelompok 15 Cut Meutia, Kelompok 16 Nyai Ahmad Dahlan, Kelompok 17 R Dewi Sartika, Kelompok 18 Laksamana Malahayati, Kelompok 19 RA Kartini dan
    Kelompok 20 Nyi Ageng Serang. 
    Di hari kedua, semua peserta mengikuti kegiatan praktek mendirikan tenda. Sesi pertama menyimak dari pembina ust. Alim Sutopo. Sesi berikutnya peserta tiap kelompok praktek untuk lebih mantap.
    Perwakilan anggota tiap kelompok lainnya mengikuti sesi demo masak oleh pembina usth. Yuni. Menu pokok yang dipraktekkan adalah menanak nasi, sayur kangkung dan lauk tempe goreng. Pembina menyampaikan kiat supaya masakan bener-bener enak dinikmati sewaktu mukhayyam.
    Hari terakhir, ketiga, semua kelompok melakukan praktek masak sesuai dengan menu pokok yang sudah didemokan hari sebelumnya. Sehingga akan diketahui kesiapan tiap kelompok dalam memenuhi kebutuhan menu makannya mengingat Mukhayyam akan berlangsung selama 3 hari.
    Meski PraMukhayyam hanya berlangsung 3 hari sebisa mungkin menambah kesiapan peserta Mukhayyam. Yang lebih penting persiapan peralatan lebih mudah terpantau. H-1 perlengkapan peserta yang cukup berat disarankan untuk dibawa ke sekolah dahulu untuk dipack per kelompok. Selamat bermukhayyam ya Pramuka SIT !!! 
       

    Kunjungan Mahasiswa Internasional UNY

    Dear SDITAlamania, Jum'at, 24 Oktober 2014, beberapa orang mahasiswa Internasional Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berkunjung ke SDIT Alam. Semuanya ada 6 orang, 1 orang dari Australia, 1 orang dari Burundi dan 2 orang dari Thailand. Kunjungan mereka dalam rangka melihat pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia. Nah di Jogja yang kena pilih SDIT Alam.
    foto:joanlucky
    Begitu datang setelah ngobrol dikit dengan kepala sekolah tentang keunikan SDIT Alam, mereka tidak sabar untuk melihat langsung ke kelas-kelas. Anak-anak juga tertarik dikunjungi tamu dari luar negeri. Meisha, meski berasal dari Australia namun cukup bisa bercakap dengan bahasa Indonesia. Sehingga anak-anak tambah tertarik. Meisha seneng sekali ngajar. Melihat SDIT Alam ia suka sekali, lain dari sekolah yang lain. Di Australia ia pernah melihat sekolah seperti ini. Ada berkebun, beternak. Bahkan di sini Meisha mengajarkan nyanyian dengan tangan yang diletakkan di atas meja.
    foto:joanlucky
    Dari dari Meisha. Dominic yang bereasal dari Burundi ini sangat ramah. Suka berkenalan dengan anak-anak. Anak-anak agak asingmendengar negara Burundi. Di benua apa ya, kayaknya Afrika. Dominic juga bisa berbahasa Indonesia, tapi sedikit. Ia suka menyanyi dan mengajarkan satu buah lagu ke anak-anak. 
    foto:joanlucky
    Nah yang ini namanya Abdussalam, dari Thailand. Meski Thailand tapi lancar berbahasa melayu, karena termasuk suku Pattani. Muslim Thailand. Abdussalam sangat antusias melihat lingkungan SDIT Alam. Kalo yang lain berinteraksi dengan anak, nah dia justru jalan-jalan melihat keliling SDIT Alam. Saking tertariknya, ia mau ke SDIT Alam lagi untuk datang main.
    foto:joanlucky
    Temennya Abdussalam yang sama-sama dari Thailand bernama Ye. Iya Ye gitu aja waktu kenalan. Nama panjangnya sih kurang tahu. Mungkin nama Thailand banget kali ya. Si Ye ini juga lancar bahasa melayu, jadinya bisa langsung cakap dengan guru dan siswa SDIT Alam. 


    foto:joanlucky

    Hampir 2 jam mereka melihat dan bercengkrama dengan anak-anak. Karena waktu sudah siang akhirnya harus berpisah. Beberapa anak berinisiatif meminta Pin BB. Untuk menyambung komunikasi lagi. Beberapa mahasiswa malah mau datang lagi ke SDIT Alam. Moga pertemuan ini menjadi bahan untuk saling menginspirasi.

    Qurban 1435 : Belajar Berkehidupan

    SDITAlamania, event tahunan Qurban di kali ini dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Oktober 2014. Meski di beberapa tempat banyak qurbannya bisa menghadirkan sapi, untuk kali ini di SDIT Alam semua hewan qurbannya adalah kambing. Totalnya ada 24 kambing yang akan disalurkan melalui panitia di SDIT Alam Nurul Islam. Memang 7 kambing dibandingkan dengan 1 sapi banyak perbedaannya. Mulai dari beratnya, satu kambing paling gemuk dagingnya saja maksimal 15an kilo. Sedangkan Sapi bisa mencapai 100kilo. Untuk menguliti saja satu Sapi cukup dilakukan sekali, nah 7 kambing ya harus 7 kali. Pantes saja banyak yang qurban kali ini lebih suka ke Sapi.
    Seperti biasa, untuk pelaksanaan qurban dilakukan oleh semua civitas SDIT Alam, siswa, guru dan karyawan. Semua dikelompokkan ke beberapa grup kerja. Ada grup Pengulitan, grup, Pencucian Jerohan, grup Pemotongan Daging, Tulang dan Jerohan, grup Pengemasan dan terakhir grup Distribusi. Tapi khusus untuk siswa kelas bawah, kelas 1 hingga 3 ada acara khusus bagi mereka dan tidak dilibatkan langsung di kerja.

     Masing-masing grup sudah jelas kerjanya, tapi untuk yang dapat bagian kerja terkahir, distribusi, bisa sementara membantu grup yang kerja di awal. Masing-masing anggota memastikan temannya menjalankan tugas dengan baik. Selain bertugas, mereka juga bersamaan belajar dengan anatomi hewan qurban. 
    Belajar bentuk tulang untuk setiap bagian. Kepala, kaki, perut, punggung. Organ pencernaan, organ peredaran darah, dan lain-lain. Meski ada perasaan agak jijik karena bau dan ujud isi organ pencernaan, tapi mereka semangat mencari tahu.
    Paling terkahir, grup distribusi selain belajar bagaimana mengorganisir, mengenal penduduk yang dituju untuk paket qurban, mereka juga belajar sosialisasi langsung ke masyarakat. Mereka akan tahu benar bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat dibandingkan dengan rumahnya. Pengalaman diberi ucapan terima kasih dan kegembiraan atas pemberian. Secara umum nilai sosial akan ikut serta dirasakan oleh siswa.

    Parenting School I : Membentuk Disiplin Anak dengan Bijak

    Dear SDITAlamania, Alhamdulillah forum Parenting School SDIT Alam Nurul Islam kembali lagi digelar Jum'at, 3 Oktober 2014. Setelah beberapa saat vakum, Parenting School perdana ini mengangkat topik terkait dengan pembentukan disiplin pada anak. Hadir sebagai nara sumber adalah Bapak Arif Rahman Hakim. Seorang yang konsern bergerak di parenting, seorang yang mantan anggota dewan DIY sekaligus seorang ayah dengan orang anak.
     Disiplin merupakan nilai yang sangat penting untuk dibentuk di diri anak. Apalagi negeri kita termasuk yang masyarakatnya masih kurang dalam sikap disiplin. Buktinya, bisa kita lihat dalam perilaku berkendaraan di jalan raya. Kita masih menemui atau bahkan diri kita yang menjadi pelaku kekurangdisiplin dalam berkendara. Namun menanamkan disiplin harus dengan cara atau metode yang tepat. Kesalahan dalam menanamkan kedisplinan justru malah berakibat muncul ketakutan dan trauma pada anak.
    Ada tujuh kesalahan orang tua dalam mengajarkan disiplin pada anak, sehingga bukan disiplin yang didapat pada anak. Tapi malah efek negatif lain yang muncul.

    Pertama, Orang tua yang Lepas Kontrol.
    Kondisi anak yang sedang penuh dengan masa ingin tahu dan penuh ekplorasi menempatkan sebagian besar aktivitas anak itu diposisikan sebagai permainan. Bisa jadi dia akan melakukan hal-hal yang akan memancing kejengkelan dn kemarahan orang tua. Atau mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari sepertinya sudah dipahami anak, namun tetap saja selalu dilanggar. Ditambah kondisi orang tua yang sudah lelah dan capek habis bekerja, menambah mudahnya faktor kemarahan itu muncul ke anak. Jangan sampai orang tua lepas kontrol dengan melakukan tindakan fisik kepada anak. Bisa jadi bukan pesan larangan yang dipahami anak tapi justru cara marah dengan fisik yang akan pahami bahkan ditiru anak. Cepatlah minta maaf mana kala orang tua lepas kontrol dan marah kepada anak.

    Kedua, Melarang dengan Kalimat Negatif
    Melarang dengan kalimat negatif terkadang justru seakan malah menyuruh untuk melakukan yang kita larang itu kepada anak. Misalkan '"Jangan teriak-teriak !" Yang ada di benak anak justru malah "Teriaklah!" Gantilah dengan kalimat yang positif, "Bicaralah pelan !". Pernah ada diskusi terkait dengan hal ini, bukankah al Qur'an justru menggunakan kata "Laa" untuk Laa ilaha ilallah. Bukankah itu sama dengan Jangan !. Nah untuk perkecualian pada hal-hal yang sangat membahayakan baru boleh digunakan kata "Jangan !". Mengilahkan pada bukan Allah adalah perkara yang sangat membahayakan maka Qur'an menggunakan kata "Laa". Yang paling penting lagi adalah keharusan untuk menjelaskan kenapa anak tidak boleh melakukan larangan yang disampaikan. Karena keseringan melarang tanpa penjelasan akan membuat anak ragu dan takut untuk mencoba hal-hal yang baru.

    Ketiga, Tidak Taati Aturan
    Aturan yang sering dilanggar akan mengakibatkan tidak bergunanya lagi aturan itu sendiri. Begitu juga dengan orang tua yang membuat banyak aturan ke anak, tapi justru orang tua sendiri yang pertama melanggarnya. Anak akan langsung berkesimpulan bahwa melanggar itu boleh. Buatlah aturan bersama dengan anak dan berusahalah untuk selalu konsisten. Konsekuensi yang didapat bagi yang melanggar harus dikenakan dengan tegas.    
    Keempat, Memberi Imbalan
    Pemberian iming-iming supaya anak melakukan sesuatu yang kita inginkan bukanlah cara yang tepat. Justru hal tersebut kurang baik dalam menumbuhkan sikap sosial anak. Anak akan menjadi 'materialis' untuk melakukan sesuatu. Lebih bijak jika imbalan itu diganti dengan penghargaan. Hargailah setiap prestasi yang ditunjukkan anak. Misalnya mampu mandiri memakai pakaian sendiri. Berilah ungkapan yang menunjukkan penghargaan dengan ucapan terima kasih atau pelukan. Jika memang mau memberi sesuatu kepada anak, berilah anak tanpa dikaitkan karena iming-iming. Bisa jadi iming-iming yang disampaikan kepada anak saat waktunya harus diberikan kebetulan kita lupa atau ada kendala untuk memberikan, justru anak akan memahami jika kita tidak menepati janji.
     
    Kelima, Disiplin tapi Tidak Konsisten
    Tetapkan batas dan toleransi terhadap perilaku anak. Jika memang kesepakatannya tidak boleh ya tegas tidak boleh tanpa ada negosiasi. Yang tahu kondisi anak adalah kita, kapan anak itu memang dalam kondisi payah, kapan sedang berpura-pura payah. Setiap prestasi harus ada konsekuensi penghargaan, begitu juga pelanggaran ada hukuman. Tapi yang harus diingat, bahwa hukuman itu hakekatnya adalah adanya target anak tahu bahwa dia salah. Dan siap menerima konsekuensi. Bukan hukuman tanpa unsur pendidikan.
    Keenam, Terlalu Banyak Harap
    Jangan terlalu stress atas usaha kita untuk mendisiplinkan anak. Boleh jadi dia bertindak disiplin sesuai aturan, tapi lebih banyak melanggarnya. Kita harus pahami anak kita merupakan pribadi yang baru tumbuh sehingga banyak dinamika yang muncul. Berilah porsi kelembutan yang banyak supaya anak bisa berbuat baik. Jangan selalu menggunakan pendekatan kekerasan. Perkaya dengan bermacam emosi sehingga pribadinya menjadi mantap.

    Ketujuh, Metode Disiplin yang Tidak Cocok
    Setiap anak punya karakter dna sifat tertentu. Sehingga butuh cara yang tepat dalam menanamkan displin. Ada anak yang sekali disampaikan langsung jalan, tapi ada juga yang harus berulang. Pak Arif Rahman punya 8 orang anak yang masing-masingnya punya cara tersendiri dalam menanamkan displin.