Dewan Kelas Bersama Ust. Syatori Abdurrouf

» » » Dewan Kelas Bersama Ust. Syatori Abdurrouf

Dear SDITAlamania, Dewan Kelas 5C bulan ini berlangsung hari Jum'at 17 April 2015. Ya, Dewan Kelas namanya. Semacam Persatuan Orang Tua Wali yang wajib dilaksanakan untuk setiap kelas setiap bulannya. Di forum ini setiap orang tua siswa atau walinya wajib hadir. Karena kehadiran di forum dewan kelas ini merupakan salah satu poin MoU orang tua dan sekolah awal dahulu sewaktu mendaftarkan putra-putrinya masuk SDIT Alam. Jika sering absen, sekolah akan mengevaluasi kembali isi MoU yang dahulu pernah ditandatangani kedua belah pihak. Resiko pahitnya, bisa jadi sekolah akan merekomendasikan untuk memindahkan putra atau putrinya ke sekolah lain dikarenakan tidak bisa lagi diajak kerjasama dalam proses pendidikan di SDIT Alam. Mmm. . . Kejem ya? ndak juga. Karena amanat pertama si anak itu bukankah para orang tua. Sekolah sebagai media membantu dalam mendampingi proses perkembangan dan pertumbuhan anak dan kerjasama sekolah dan orang tua menjadi hal yang sangat wajib. Nah, di forum Dewan Kelas 5C kali ini sangat spesial. Kenapa? karena pemateri yang hadir adalah ust. Syatori Abdurrouf. Beliau bisa hadir ternyata atas inisiatif ibunda mas M. Hanif. Kebetulan pakdenya sendiri.
  Ust. Syatori menyampaikan materi tentang Mengenalkan Allah kepada Anak. Mukadimahnya, beliau mengingatkan bahwa yang pantas untuk mengenalkan Allah kepada anak-anak kita ya Allah sendiri. Kita pasti tak mungkin 100% bisa mengenalkan Allah sedangkan apakah kita sendiri sudahkah kenal Allah dengan baik. Misal kita diminta untuk mengenalkan seseorang yang kita baru saja ketemu, mampukah kita mengenalkan dengan baik orang itu? Persis firman Allah surah Thaha ayat 14, Allah mengenalkan Diri-Nya sendiri sebagai Dzat yang tidak ada ilah selain Diri-Nya dan yang pantas untuk disembah.
 
Orang tua hanyalah perantara atau wasilah saja dalam mengenalkan Allah kepada anak (QS. Al Maidah : 35) sehingga hasilnya nanti bukanlah murni peran orang tua. Gambarannya seperti ini, jika di rumah orang tua ada. Sering anak-anak patuh dan taat ke masjid jika adzan berkumandang. Tapi manakala orang tua bepergian, akankah anak-anak masih tetep patuh pergi ke masjid? Bisa jadi yang ada di benak Anak bukannya Allah yang dikenal. Tetapi anak mengenal bahwa orang tuanya galak, cerewet dan sebagainya. Tapi jika anak memang betul mengenal Allah, dan itu pasti atas peran Allah, ada atau tidak ada orang tua ia akan mengakhlak untuk berbuat baik.
Untuk mengenalkan Allah kepada anak harus dipenuhi dalam 3 sisi. Pertama sisi Fikriyah. Untuk mengenalkan Allah secara Fikriyah bisa jadi paling mudah. Karena dengan cerita atau hafalan asmaul husna beserta artinya lebih mudah dihafal. Kenal secara Fikriyah tidak cukup disitu saja. Harus dilanjutkan pengenalan secara Ruhiyah. Rasa dan emosi. Jika suatu ketika kita di dalam ruangan bersama 4 orang, bertiga kita membicarakan tentang keburukan seseorang. Kemudian datanglah orang kelima yang memberitahu kepada orang keempat bahwa yang sedang dibicarakan itu adalah dirinya bagaimana respon kita. Pasti kita langsung merasa gak enak dan takut dimarahi orang tersebut. Bukankah Allah juga Maha Mendengar manakala kita sedang berghibah ria dan tentu juga akan marah mendengarnya. Nuansa rasa harus kita hadirkan kepada anak kita sehingga mereka mengenal Allah juga dengan rasa dan emosinya. Ketiga, kita kenalkan Allah secara Amaliyah. Ada sebuah cerita, seorang ibu sedang merasa cemas dikarenakan HPnya ketinggal di rumah. Kebetulan anaknya memergoki ekspresi si ibu. Kemudian bertanya, "Kenapa ibu cemas sekali?" "HP ibu ketinggal nak". Tanpa menjelaskan secara rinci, Anak akan menangkap amaliyah cemasnya ibu bahwa HP yang akan membuat ketenangan itu adalah HPnya, bukan Allah sudah pasti tertanam kuat. Apa jadinya kemudian jika anak kita berkata, "Jadi tuhannya ibu itu HP ya bu?"
Hal yang harus mendominasi dalam diri orang tua sewaktu mengenalkan Allah kepada anak adalah keikhlasan. Ikhlas itu adalah dua hal yaitu menerima ketentuan yang telah berlaku pada dirinya kemudian, yakin bahwa ketentuan itu pasti akan membawa kebaikan pada dirinya. Maka, tak akan ada pada seseorang itu dengan ikhlasnya kecuali kebaikan semata. 

  Sesi selanjutnya adalah sharing akademik dan perkembangan siswa. Kelas lima sebentar lagi akan naik kelas 6. Dari sisi psikologi mereka sudah mulai matang. Mulai muncul ketertarikan lawan jenis. Sebelum benar-benar matang, ustadz/ah memastikan untuk dekat sebagai tempat curhat menumpahkan perasaan suka lawan jenisnya. Karena perasaan tidak bisa ditutupi. Mengungkapkan boleh yang ndak boleh adalah berduaan. Secara nyata maupun maya. Bahkan ndak boleh klaim bahwa dia adalah miliknya seorang. Emang kalian ngasih makan, beliin pakaian kok berani klaim begitu. Alhamdulillah anak-anak mau terbuka sebelum mereka akan main backstreet tanpa sepengatahuan orang tua dan guru. Hal yang penting selanjutnya adalah motivasi. Jika anak-anak sudah menemukan panggilan jiwa atau passionnya maka bisa dikatakan mereka akan lari sprint. Menggapai apa yang menjadi obsesinya. Yang butuh ketekunan itu adalah bagaimana menghidupkan passion masing-masing mereka. 

Share

You may also like