Napak Tilas Perjuangan Kemerdekaan

» » » Napak Tilas Perjuangan Kemerdekaan

Untuk memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 ini, siswa kelas 3 mengadakan kegiatan lain daripada yang lain. Kenapa? Karena mereka bukan mengadakan lomba-lomba seperti yang dilaksanakan pada umumnya peringatan kemerdekaan. Tapi, mereka mengadakan kegiatan diberi judul Napak Tilas Perjuangan Kemerdekaan. Apa sih kegiatannya? Kegiatannya berupa melakukan jalan kaki sejauh kurang lebih 3 kilometer. Kegiatan tersebut diadakan pada hari Selasa, 16 Agustus 2016.
Sebelum melakukan perjalanan, siswa dikumpulkan dahulu di halaman untuk mendapatkan penjelasan dari ustadz-ustadzah. Setiap siswa diwajibkan untuk membawa bekalnya sendiri menggunakan tas puggungnya. Setiap barang bawaan menjadi tanggung jawab setiap siswa. Setelah dipastikan semua siswa sehat dan memahami aturan selama perjalanan, maka dengan berbaris satu-satu mereka berangkat menuju tujuan menyusuri medan yang sengaja dipilih lebih alami.
Meski hanya jalan-jalan, kedisiplinan barisan harus menjadi perhatian setiap pasukan. Ditambah lagi manakala perjalanan sudah memasuki jarak yang lumayan jauh. Saat capek sudah mulai muncul, semangat untuk jalan semakin berat, ketangguhan mulai diuji. Suara keluhan mulai bersahutan, wajar karena memang seusia mereka memang banyak yang belum pernah jalan jauh. Tapi tekad sudah bulat, perjalanan terus berlanjut.
Suasana istirahat menjadi saat yang akrab. Masing-masing siswa mengeluarkan bekalnya untuk kemudian saling bertukar atau memberi bagi yang bekalnya kurang. Selain melepas lelah sambil menyantap bekal, sesekali berbincang disertai candaan ternyata cukup mengurangi lelah yang dari tadi membebani perjalanan.
Ingat, perjalanan masih jauh sehingga waktu istirahat harus segera diselesaikan. Segera siswa berkemas merapikan tas punggungnya dan, eits, sampah dari bungkus makanan segera dikemasi. Tanda-tanda kelelahan memang benar-benar melanda terlihat dari bentuk barisan. Dari awal satu per satu sudah mulai menggerombol. Tas punggung tidak lagi ditenteng nempel punggung tapi sudah mulai diangkat-angkat.
Bahagianya suasana hati, raut muka yang kusut berubah menjadi ceria saat rute perjalanan tiba di sungai yang jernih airnya. Pasukan tidak sabar untuk bersegera masuk ke sungai merasakan dinginnya air setelah dterpa terik mentari selama perjalanan. Mereka tak pedulikan pakaian basah tercelup air, justru itu yang diinginkan supaya kesegaran segera merata ke sekujur tubuh.
Tak cukup berbasah-basah, berlanjut setelah tas bekal dipastikan aman disimpan, mereka langsung nyebur berenang di sungai membasahi seluruh tubuh. Air dan anak-anak, rupanya dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dan lainnya.
Tak jauh dari situ, ada tukang tambang pasir yang sedang mengumpulkan pasir kali. Anak-anak segera antusias untuk ikut membantu menggerakkan alat angkut pasir kali yang berupa ban dalam truk yang dipompa sehingga bisa mengambang sedangka di tengah-tengahnya ditempatkan wadah tempat pasir kali diangkut.
Alhamdulillah, sampai di tujuan sudah menjelang Dhuhur sehingga bersegera seluruh siswa untuk bersih dir dan ganti pakaian. Setelah berwudhu mereka menuju ruang kelas untuk melaksanakan sholat Dhuhur berjama'ah. Ruang yang digunakan merupakan ruang kelas baru TKIT Nurul Islam yang sudah kurang lebih 60% jadi dengan target Februari 2017 sudah bisa difungsikan. Area TKIT Nurul Islam yang baru ini menjadi tujuan akhir dari perjalanan panjang siswa kelas 3.
Setelah makan siang, acara dilanjutkan dengan menonton film Jendral Sudirman karya siswa kelas 3 juga pada tahun 2009 dahulu. Di film tersebut anak-anak bersama memaknai kegiatan perjalanan panjang yang barusan dilakukan. Hampir semua siswa merasakan lelah dan letih. Dan itu adalah normal. Justru yang tidak normal jika tidak merasakan letih dengan perjalanan panjang tersebut. Tapi, jendral Sudirman juga melakukan perjalanan panjang, bahkan lebih panjang. Dari Jogja, Gunung Kidul, Wonogiri hingga Pacitan Jawa Timur. Itu bisa dilakukan dan merupakan bagian dari perjuangan melawan penjajah. Bahkan dalam kondisi Jendral Sudirman sakit paru-paru yang parah tapi tetap memimpin pasukan. Ternyata, sama-sama lelah yang membedakan adalah adanya semangat pantang menyerah. Dengan semangat pantang menyerah tersebut apapun keinginan dan tujuan meskipun halangan merintang akan ditembus juga.

Share

You may also like

Tidak ada komentar