Repacking Baca Tulis

» » » Repacking Baca Tulis

          
        Menjelang tidur, suatu malam, bang Fatih (kelas 3) membaca buku “Hamba yang bersyukur” halaman 32. Pada halaman tersebut ada foto dan scan tulisan tangan kakaknya, yang saat itu kelas 3. “ Wah, tulisan mas Azzam bagus, kayak tulisanku he.. he.. he..”, kata bang Fatih. Mas Azzam dan bang Fatih adik-kakak bersekolah di tempat yang sama, dimana saya mengajar.
          Itulah rutinitas menjelang tidur di keluarga kami. Izinkan saya bercerita kegiatan sekolah, mungkin kemudahan menjalani rutinitas di rumah kami memiliki hubungan dengan kegiatan sekolah anak-anak saya.
         Di sekolah kami, setiap hari ada Program Tunurisba (Tujuh menit Nurul Islam memBaca). Setiap siswa boleh membaca di perpustakaan sekolah, membaca majalah dinding, membaca koran langganan sekolah (SKH Republika dan SKH Kedaulatan Rakyat), dan pojok buku di setiap kelas. 
          Di perpustakaan, layanan di buka pukul 07.30-14.30 WIB. Ustadz Wakhid dan ustadzah Walimah siap membantu guru dan murid untuk jenis peminjaman, pengembalian buku dan sumber belajar lain. Alhamdulillah, buku-buku sudah ter-barcode, sehingga sirkulasi peminjaman dan pengembalian dapat berjalan lancar. Begitu pula bila ada anggota perpustakaan yang terlambat mengembalikan atau belum mengembalikan buku akan otomatis diketahui. Menjelang pengambilan rapor, dari pustakawan akan mengedarkan daftar keterlambatan pengembalian buku melalui grup whatsapp dan juga ditempel di sudut-sudut sekolah. Nama, kelas, judul buku yang dipinjam. Kami selaku guru kelas melanjutkan grup whatsapp guru ke grup whatsapp kelas agar menjadi perhatian orang tua. Sekaligus mengingatkan murid di kelas yang diampu.
          Majalah dinding merupakan tugas tiap kelas untuk kelas 4, 5, dan 6. Wakil kepala bidang Kesiswaan membuat jadwal terbit, lokasi dan tema majalah dinding. Termasuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan siswa. Pengurus kelas menindaklanjuti berbagi tugas dengan teman sekelas untuk menyumbangkan tulisan, gambar, dan informasi. Tentunya di bawah bimbingan guru kelas masing-masing. Di akhir tahun akan diumumkan juara majalah dinding dengan kriteria yang telah disosialisasikan sebelumnya. 
Pojok buku di setiap kelas akan mengurangi kepadatan di perpustakaan, sekaligus melibatkan peran serta murid dalam kegiatan membaca. Pojok buku meminta kesediaan setiap siswa membawa buku dari rumah yang diletakkan di kelas selama satu bulan. Di kelas sudah disiapkan kotak kardus/ kotak plastik/ lemari kecil untuk tempat buku-buku tersebut. Tiap awal bulan buku akan diganti dengan buku yang lain. Selama sebulan itu, anak dapat membaca di kelas atau main ke kelas pararel yang lain untuk membaca koleksi kelasnya. Judul buku yang mendominasi pojok buku ialah komik sains, komik sejarah, dan cerita pendek kecil-kecil punya karya (KKPK). 
Pada saat pembukaan kelas atau penutupan kelas, beberapa anak secara bergantian dapat menceritakan informasi yang diperolehnya dari membaca. Hal ini dapat melatih anak agar berani menyampaikan pendapat, melatih berbicara dengan teman sekelas, bersedia berbagi informasi dengan teman, dan juga melatih mendengarkan bagi anak-anak yang lain.
        Setiap pekan ada pengembangan diri berupa membaca dan menulis. Alokasi waktunya setelah dzhuhur di hari yang berbeda. Terkadang bila cuaca mendukung, kegiatan membaca dan menulis ini bisa dilakukan di luar kelas. Kami sepakati dengan anak-anak terkait tempat, waktu, dan tema. Lalu kami bersama-sama berpindah tempat ke pinggiran sawah, pinggir sungai, sepanjang saluran air, samping kuburan, sekitar pemukiman penduduk, dekat pasar, dan tempat lainnya di sekitar sekolah. Setiap anak sudah membawa alat tulis atau buku bacaan. Sampai di lokasi, masing-masing tenggelam dengan ide dan pikirannya. Untuk menulis, disepakati minimal satu atau setengah halaman. Untuk membaca, anak-anak diminta menuliskan hal-hal penting ke dalam lembar kontrol bacaan. Kemudian guru kelas akan memeriksa dan memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan membaca dan menulis berikutnya.
Tahun lalu saya mengajar di kelas 4, kami sepakati dengan guru kelas dan siswa untuk membuat proyek buku komik. Cukup setiap anak membuat satu halaman berupa gambar dan sedikit teks. Lalu dikumpulkan, discan, dan diedit. Saya ke tempat fotokopian untuk digandakan dan disteples dengan cover bukunya. Sebelumnya saya minta bantuan teman untuk membuatkan cover buku yang fullcolour. Jadilah buku “Komik SIP, asli buatan anak sekolah alam Jogja”.
         Di akhir semester genap ada Lomba Pustaka. Panitia inti ialah pustakawan sekolah yang melibatkan guru-guru sebagai juri. Jenis perlombaan dari tahun ke tahun tidak monoton. Berkisar antara lain lomba membuat puisi, membaca puisi, membuat pantun, meresensi buku, membuat cerita pendek, menggambar, mewarnai, dan lain sebagainya. Dari karya yang terkumpul dibuat buku, antaralain “Geng penyelamat bumi, Ibuku tukang sulap, dan Sahabat”. Ikon lomba pustaka ialah Raja dan Ratu Buku. Diambil dari lomba resensi buku perpustakaan, diseleksi bertahap. Hingga tahap presentasi buku. Juaranya bergelar Raja dan Ratu Buku. Di samping itu juga ada peminjam buku terbanyak dari siswa dan guru, tentunya disiapkan hadiah menarik dari pustakawan.
Dan setiap akhir semester setiap anak menerima Rapor Kepribadian, yang salah satunya melaporkan kegiatan membaca murid. Sebagai contoh, murid kelas 3 membaca minimal 15 buku per semester. Guru kelas memberi keterangan: konsisten (KS), kadang (KD), dan belum tampak (BT).
         Buku yang dibaca Fatih adalah dokumentasi kelas 3. Saat itu saya mengajar kelas 3, bersama guru kelas 3 yang lain, kami memberi tugas kepada murid untuk membuat tulisan pengalaman pribadi. Lalu tulisan dikumpulkan, discan dan diedit dengan tambahan foto masing-masing anak pada halaman tulisan mereka. Dokumentasi kelas tersebut disusun menjadi buku “Hamba yang bersyukur”. Menyusul buku berikutnya dari Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaaan yang berusaha mengumpulkan komentar, pendapat, pengalaman siswa kelas 3-6 selama mengikuti dua kegiatan sekolah (Mukhoyam dan GPS). Terbitlah buku “1001 cerita Mukhoyam”-kegiatan perkemahan Pramuka- dan “Cerita pendek Gelar Potensi Siswa (GPS)”-persembahan seni dari tiap kelas berupa pagelaran seni tari, drama musikal, tarik suara, pertunjukkan memainkan alat musik (drum, biola, gitar, piano, seruling), pertunjukkan beladiri, olah bola sepak, dan lain lain-.
         Darimana biaya mencetak buku? Pembiayaan berasal dari sukarela orang tua/ pihak lain, sponsor, tabungan anak-anak, dan anggaran sekolah. Bila pembiayaan mencetak buku dari bantuan sukarela, maka kita cukup memberikan ucapan terima kasih dalam pengantar buku atas dukungan bapak/ ibu sehingga buku sederhana ini dapat terbit. Berbeda bila pembiayaa dari sponsor. Maka biasanya ada imbal balik berupa logo usaha dicantumkan di buku, bisa dicover depan, belakang, atau dalam. Sesuaikan dengan perjanjian. Bisa juga pembiayaan dengan melibatkan sepenuhnya kemandirian anak-anak. Inilah proyek berdikari. Guru dan murid berusaha mengumpulkan uang jajan untuk mewujudkan buku. Walau membutuhkan waktu yang cukup sehingga perlu pengaturan kapan mulai menabung dan akhir tahun terkumpul uang untuk mencetak buku. Rasanya inilah yang paling heroik dan mendebarkan. Opsi terakhir ini tidak terlalu menjanjikan, mengingat pemasukan sekolah yang terbatas, sementara pengeluaran sekolah semakin waktu semakin bertambah. Namun paling tidak dapat dialokasikan selama setahun untuk mencetak satu judul dengan jumlah yang terbatas, sebagai dokumentasi perkembangan membaca dan menulis murid tahun itu. Semacam lomba membuat cerita pendek yang di bagi kelas atas dan bawah. Bila pesertanya melimpah bisa dilanjutkan dengan seleksi juara. Namun bila tidak terlalu banyak, cukuplah karya anak-anak dibukukan menjadi buku. Sebagai hadiahnya ialah buku yang dicetak itu.
Oh ya, tahun ini ada program baru dari Kepala Sekolah. Yaitu Pembinaan Olimpiade Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Setiap kelas diminta menyetorkan dua anak untuk mengisi masing-masing pembinaan olimpiade tersebut. Dari kelas 4, 5, dan 6 terkumpullah 18 murid untuk setiap pembinaan olimpiade. Diampu satu orang guru pembinaan ini berjalan setiap pekan, sepulang sekolah. Bila ada perlombaan yang memungkinkan sekolah berpartisipasi, maka sekolah akan mengirimkan jagonya.

Share

You may also like

Tidak ada komentar