Parenting School kali ini menghadirkan trainer khusus yang sering melatih para orang tua. Beliau adalah Fadli 'Lilik' Riza. Seorang Mindstructure, Trainer yang melatih bagaimana para orang tua memetakan dan menata pikiran terhadap permasalahan secara khusus kaitannya dengan peran sebagai orang tua. Judul topik yang diangkat memang cukup provokatif. Sehingga bayangannya seakan orang tua akan dibekali dengan ilmu 'sulap' sehingga anak-anaknya menjadi penurut dan taat. Tapi justru sama pak Fadli judul tersebut dikritik habis. Tuntutan nurutnya anak tanpa dibarengi orang tua untuk mengubah pola pikir terhadap segala tingkah laku anak, pasti yang terjadi adalah sikap paksaan atau otoriter. Pak Fadli coba mengetes para hadirin dengan pertanyaan "Siapa yang hadir di sini yang tahu judul topik yang diangkat?" Ternyata ada juga hadirin yang tidak tahu topik apa yang dibahas. Bukti kecil ketidakpedulian terhadap informasi terungkap. Apalagi banyak diantara orang tua yang dulu sebelum nikah membekali diri dengan ilmu keorangtuaan. Bagaimana menjadi orang tua yang baik. Ilmu parenting, bagaimana kurikulum untuk mendidik anak tak pernah sekalipun tersusun, bahkan terpikirkan. Semua mengalir. Maka tak heran, anak-anak dididik dengan kemarahan, ancaman, paksaan, labelisasi, penuh dengan emosi negatif. Sedangkan orang tua menginginkan anaknya menjadi penurut, manis bahkan berprestasi. Senjang sekali bukan ?
Kebiasaaan yang akan menjadi karakter dan sifat mereka. Sifat berasal dari bahasa Arab, ia menempel pada dzat yang disifatinya. Artinya sifat yang terbentuk di usia 10 tahun pertama ini akan menjadi karakter dasar mereka. Bentuklah sifat dasar anak dengan penuh emosi positif. Bukan emosi negatif. Orang tua harus mempunyai pengetahuan dan persiapan yang cukup untuk menghadapi kelakuan anak di usia ini. apalagi ada masa-masa Tantrum, usia 3-5-7 tahun saat mereka marah-marah tanpa alasan. Itu sebenarnya adalah bahasa ekspresi karena ekspresi ungkapan yang belum kaya. Atau tiba-tiba anak kita datang dengan pertanyaan, "Ayah sex itu apa sih?" Nah, orang tua yang panik pasti terus berpikiran macam-macam atas pertanyaan itu, atau orang tua yang kebetulan tahu menjelaskan panjang lebar dengan penuh hati-hati padahal mungkin itu pertanyaan dari pelajaran Bahasa Inggris susuh mengisi apa jenis kelaminnya. Nah Loh. Intinya, bagaimana orang tua menjadi teman yang asyik bagi anak. Kemudian 10 tahun kedua adalah saat mereka membentuk ke-Aku-an mereka. Makanya usia teenage, belasan sudah menampakkan kecenderungan untuk membentuk geng, menyimpan rahasia, idola, tertarik lawan jenis seiring matangnya organ seksual mereka. Baru deh di usia setelah 20 bisa kita lihat hasil didikan anak kita. Kita bisa menjudge anak kita penurut atau bukan setelah mereka berusia 20 tahun. Kesimpulannya, karakter kita kita saat ini adalah sebagian besar adalah warna bagaimana kita dibersamai dengan orang tua atau orang-orang yang mendidik kita dari usia 0 hingga 20 tahun. Orang tua harus mensuplai emosi positif yang banyak kepada anak, sehingga anak merasa asyik dengan orang tua. Jika anak melihat orang tua hanya terlihat marah, menakuti, melabeli, membandingkan, melarang maka gak asyik lagi bagi mereka. Maka tak heran jika mereka mencari hal-hal yang asyik di luar rumah. Drug, Sex, dugem, rokok, narkoba . . . .
About Sekolah Alam Jogja
Sekolah yang membina dan mendampingi anak dalam mengembangkan potensinya menuju berkepribadian Islami dengan keteladanan melalui proses Tadabur Al Qur'an dan Tafakkur Alam.
Prev
Posting Lama
Next
Posting Lebih Baru
You may also like
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Posting Komentar