Dear SDIT Alamania, belajar tentang sejarah tidak akan lepas dengan benda atau situs purbakala. Karena itu semua penting sebagai alat untuk membuktikan adanya sebuah kejadian atau keberadaan di masa lalu. Salah satu yang bisa dijadikan bukti sejarah adalah candi. Untuk itulah outing siswa kelas 4 kali ini mengambil obyek pembelajaran berupa candi. Tapi sebelum ke candi mereka akan singgah dahulu di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) yang letaknya di Prambanan Sleman.
Di BP3 anak-anak mendapatkan penjelasan terkait dengan pentingnya benda-benda purbakala yang ditemukan banyak di Yogyakarta. Setiap benda ataupun situs itu sebenarnya menunjukkan kejadian masa lalu yang terus berlangsung dan bersambung hingga masa kini. Boleh jadi orang-orang yang lahir di masa kekinian tidak begitu paham dan sempurna mendapatkan informasi terkait dengan kejadian masa lalu. Orang biasanya mendapatkan informasi sejarah hanya berdasarkan mitos, cerita dan hikayat yang penyebarannya melalui komunikasi lisan. Tahu sendiri kan komunikasi lisan itu sangat beresiko penambahan atau pengurangan informasi. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya pelunturan dari versi aslinya. Nah, benda purbakala sebagai pembuktian. Para ilmuwan memberikan definisi bahwa masa sejarah itu dimulai sejak adanya budaya tulisan. Karena dengan tulisan sangat otentik dijadikan sebagai alat bukti. Rumit ya sejarah itu.
Banyak sekali koleksi patung batu yang terdapat di gedung BP3. Anak-anak mencatat informasi terkait dengan setiap benda purbakala. Karena hal tersebut menunjuk pada sebuah peristiwa maupun keberadaan di masa lalu.
Selesai dari BP3, perjalanan berlanjut menuju candi Barong. candi yang landscapenya mirip dengan piramid mesir ini terletak dari candi Prambanan ke selatan. Tepatnya di bukit selatan kraton Ratu Boko. Di sini anak-anak mengidentifikasi bentuk candi.
Candi Barong merupakan candi Hindu, yang secara administratif terletak
di dsn.Candisari-Bokoharjo Kec. Prambanan. Nama Barong di ambil karena
adanya hiasan kala/raksasa di relung tubuh candi. Keberadaan candi ini
seperti apa yang dituliskan dalam prasasti Ratu Baka-856M. Dalam bahasa
sansekerta di ceritakan “seorang
raja bernama Sri Kumbaja atau Sri Kalasodbhava yang membangun tiga
‘lingga’, yaitu Krttiwasalingga dengan pendamping Dewi Sri,
Triyarbakalingga dengan pendamping Dewi Suralaksmi, dan Haralingga
dengan pendamping Dewi Mahalaksmi”.
Dalam prasasti Pereng-863M juga di ceritakan
“pada tahun 784 Saka (860 M) Rakai Walaing Pu Kumbhayoni
menganugerahkan sawah dan dua bukit di Tamwahurang untuk keperluan
pemeliharaan bangunan suci Syiwa bernama Bhadraloka. Para ahli
berpendapat bahwa Sri Kumbaja atau Sri Kalasodbhava adalah Pu Kumbhayani
dan bangunan Syiwa” dan bangunanyang dimaksud adalah candi Barong.
Dari candi Gebang lanjut kemudian menuju Kraton Ratu Boko. Dari candi Gebang tinggal mnegikuti jalan aspal ke arah utara satu-satunya jalur menuju Kraton Ratu Boko.
Riwayat pendirian dan penggunaan bangunan di kompleks Ratu Boko antara lain dapat
diketahui dari prasasti yang ditemukan di kompleks ini. Berdasarkan sumber prasasti
Walaing yang berangka tahun 792 M, berisi tentang peringatan pendirian Abhayagiriwihara
oleh Rakai Panangkaran.
Berdasarkan struktur bangunan dan prasasti yang ditemukan,
kompleks Ratu Boko awalnya adalah sebuah wihara untuk pendeta Buddha yang bernama
Abhayagiri. Selanjutnya pada tahun 856 M, kompleks tersebut difungsikan sebagai
kraton oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak bercampur di bangunan ini.
Unsur Hindu dapat dilihat melalui yoni, tiga miniatur candi, arca Ganesha dan
Durga, serta lempengan emas dan perak bertuliskan mantera agama Hindu. Sedangkan
unsur Buddha dapat dilihat dari adanya arca Buddha, reruntuhan stupa, dan stupika.
Kompleks bangunan di Bukit Boko disebut sebagai kraton karena memang disinggung
dalam prasasti dan juga karena kemiripannya dengan gambaran sebuah kraton. Dalam
kitab kesusasteraan Bharatayudah, Kresnayana, Gatotkacasraya, dan Bhomakawya,
disebutkan bahwa kraton merupakan kompleks bangunan yang dikelilingi pagar bergapura.
Di dalamnya terdapat kolam dan sejumlah bangunan lain seperti bangunan pemujaan
dan di luar kraton terdapat alun-alun. Adanya sejumlah umpak serta batur-batur
dari batu andesit di kompleks ini, mengindikasikan bahwa dahulu bangunan yang
berdiri di atasnya terbuat dari bahan kayu.
Berdasarkan letaknya, bangunan di kompleks Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu kelompok barat, tenggara, dan timur. Bangunan tersebut terletak pada teras-teras yang dibuat pada punggung hingga puncak bukit, dengan halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras.
Masing-masing
teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras
diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa
pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat
langsung.
Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan,
miniatur candi, tembok keliling, dua kompleks kolam, dan reruntuhan stupa. Kedua
kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di dasar
kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk (bedrock). Bangunan
kelompok timur meliputi satu buah kolam dan dua buah gua yang disebut Gua Lanang
dan Gua Wadon.
sumber :
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2015/01/10/candi-barong-tempat-pitarah-memuja-dewa-wisnu-dan-dewi-sri-715831.html
https://gudeg.net/id/directory/13/373/Candi-Ratu-Boko-Yogyakarta.html