Outing Kelas V : Baron Technopark dan Kampoeng Lobster

» » » Outing Kelas V : Baron Technopark dan Kampoeng Lobster

Memasuki bulan April saatnya kegiatan outing berlangsung. Setiap kelas sudah merencanakan outing terbaiknya di penghujung tahun ajaran 2015-2016 ini. Semakin menarik outing yang dilaksanakan akan mendukung pembelajaran dengan baik pula. Siswa tidak hanya mendapatkan informasi dan pengalaman baru. Kesan menarik akan menempel kuat di memorinya dengan harapan melahirkan inspirasi dan perubahan sikap dan perilaku. Bukankah perubahan perilaku itu diawali dengan didapatinya pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang berenergi menjadi inspirasi dan motivasi untuk melakukan. Begitu juga dengan kelas 5 SDIT Alam, outing kali ini mengangkat tema Lingkungan dan Perjuangan. Terpilih sebagai obyek outing adalah Baron Technopark dan Kampoeng Lobster yang berlokasi di pantai Gunungkidul.
 Tiba di lokasi, anak-anak disambut oleh para staff Baron Technopark. Mereka siap untuk memandu menjelaskan terkait dengan beberapa instalasi yang berada di sana. Baron Technopark merupakan pusat inseminasi energi alternatif terbarukan dibawah pengelolaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang berkantor Pusat di Serpong Tangerang Selatan Banten. Sehingga ada beberapa instalasi pembangkit tenaga alternatif yang dibangun di Baron Technopark untuk tujuan pembangkitan energi terutama listrik secara independen atau mandiri. Tanpa menggunakan jaringan listrik dari PLN.
Instalasi pertama adalah Unit pengolahan limbah minyak untuk dikonversi menjadi biofuel. Yang mana biofuel ini digunakan untuk menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). 
Limbah minyak atau juga bisa menggunakan tumbuhan yang bisa menghasilkan minyak seperti Kelapa Sawit, Jarak Pagar, diolah dengan campuran kimia dan direaksikan dalam unit reaktor, dengan kadar tertentu diambil minyak yang sesuai dengan fraksi solar. Sedangkan residu atau ampasnya dibuang.
Solar tersebut yang akan digunakan untuk menghidupkan mesin pembangkit listrik bermesin diesel. Dikarenakan dari efisiensinya yng masih kecil, dari proses yang panjang namun energi yang dihasilkan belum optimal, unit pengolah minyak ini tidak lagi dioperasikan. Namun, negara yang sudah menerapkan prinsip ini, mereka sudah menggunakan langsung bahan berupa Kelapa Sawit langsung dimasukkan ke dalam unit pengolah yang terintegrasi dengan mesin pembangkit listrik. Sehingga memang energi listrik yang dihasilkan berasal dari bahan hijau atau tanaman. Dan dapat diperbarahui. 
Instalasi kedua adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTA). Satu kincir ini mempunyai kapasitas menghasilkan listrik sebesar 5000 Watt. Ck . . ck . . cukup besar ya. Prinsip kerjanya, di belakang kincir terdapat dinamo yang berfungsi mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Selama kincir berputar maka energi listrik akan dihasilkan. Memang untuk membangun instalasi saat  ini masih cukup mahal. Namun untuk jangka panjang, dibandingkan dengan menggunakan listrik dari PLN akan dapat dilakukan penghematan biaya cukup besar. Butuh investasi besar di depan.
Tentu, kincir angin harus diletakkan di daerah yang kelimpahan angin sangat banyak. Namun pengembangan teknologi kincir semakin maju dengan munculnya kincir yang mampu menangkap angin meski di daerah pemukiman tanpa harus di tepi laut atau pantai.
 Instalasi ketiga adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan kemampuan cahaya atau foton dalam sinar matahari untuk menggerakkan elektron dalam lembar silikon. Nah gerakan elektron itu diarahkan dari kutub negatif menuju kutub positif. Gerakan itulah yang menghasilkan energi listrik.
 
Ternyata modul atau lembaran silikon bisa dibentuk macam-macam sesuai dengan kebutuhan. Ada yang berbentuk fleksibel sehingga bisa dilipat menyesuaikan kontur tempat yang akan dipasangi sel suryanya. Instalasi ini juga termasuk mahal investasinya untuk saat ini. Namun dari sisi efisiensi jangka panjang mampu diandalkan sebagai sumber energi listrik independen atau mandiri. 

 Selain 3 instalasi di atas, di Baron Technopark juga sedang dikembangkan energi pembangkit listrik tenaga gelombang laut. Mengingat lokasi yang dekat laut dan mudah untuk memanfaatkan gelombang laut. Juga dikembangkan intalasi salinasi air laut. Mengubah air laut menjadi tawar yang siap dikonsumsi. Seperti kita tahu bahwa air laut mengandung kurang lebih > 6000 ppm garam yang membuatnya berasa asin. Teknologi Desalinasi ada dua metode, pertama, air laut diuapkan untuk kemudian dipisahkan antara garam dan air.  Metode kedua adalah dengan teknologi Reverse Osmosis (RO) dengan menggunakan membran berpori ukuran tertentu untuk menahan partikel garam, sehingga air bisa bebas dari garam. Teknologi yang dikembangkan di Baron Technopark ini merupakan teknologi hijau, artinya teknologi yang ramah lingkungan dan bisa diperbaharui. Tren energi seperti inilah yang akan berkembang selanjutnya mengingat bumi kita yang sudah tua dan banyaknya kerusakan dari proses eksploitasi manusia. Nah bagi kalian yang mau kunjung ke Technopark bisa klik di sini atau hubungi Par Ridwan (08156689932) yang sebelumnya melayangkan ijin surat yang ditujukan ke email ridwan.budi@bppt.go.id, surat ditujukan kepada : Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) BPPT Kawasan Puspiptek Serpong Di Tangerang Selatan, Banten
Di Baron Technopark terdapat juga intalasi jam Matahari yang dibuat seperti monumen. Sehingga bayangan matahari bisa tampak jelas saat siang hari dan langit cerah. Di sisi depannya terdapat angka-angka sebagai penunjuk jam menggunakan angka romawi.
Di sisi selatan terlihat pemandangan lepas laut yang indah disertai dengan angin semilir. Bisa disaksikan dengan jelas aktivitas nelayan yang melaut dan mendarat karena lokasi Baron Technopark yang bersebelahan, tepatnya di sebelah barat pantai Baron.
Tentu suasana paling indah bisa dinikmati dari jam Matahari ini di saat sore hari atau pagi hari. Saat bisa menyaksikan dengan jelas Sunset dengan cahaya matahari tidak begitu teriknya.
Setelah selesai dari Technopark, perjalanan dilanjutkan menuju Kampoeng Lobster di daerah pantai Sepanjang. Di situ kita bisa menyaksikan perjuangan Pak Tamiyo dan kawan-kawan dalam melakukan penyelamatan terhadap Lobster Laut. Lobster Laut ini berbeda dengan Lobster darat. dari bentuknya saja lebih besar. Ternyata budidayanya masih menjadi penelitian, dikarenakan makanan spesifik dari Lobster jenis ini masih belum dipastikan. Pak Tamiyo dan kawan-kawannya mendapatkan Lobster ini dengan membeli dari para nelayan. Kemudian Lobster-losbter ditampung dalam bak pemeliharaan.

Lobster Laut tergolong hewan laut yang sangat sensitif. Kadar garam kurang sedikit saja bisa mengakibatkan Lobster stress dan bisa berujung kematian. Pernah ada pengunjung yang baru saja makan, kemungkinan tangannya masih mengandung minyak lalu dicelupkan di kolam Lobster yang terjadi kemudian ada beberapa Lobster yang stress. Ada tiga jenis Lobster Laut. Batu, Pasir dan Mutiara. Yang paling mahal adalah jenis Mutiara, per ons nya bisa mencapai harg Rp. 300.000. Untuk Lobster lain harganya per kilogram sekitar Rp. 150.000. Bagi Lobster yang sudah stabil oleh pak Tamiyo kemudian dimasukkan dalam keramba untuk dibesarkan di laut. Sayang kemarin air laut pas pasang sehingga tidak menyaksikan keramba-keramba Lobster di laut. Untuk berkunjung ke Kampoeng Lobster bisa menghubungi Mas Nur 085292405441.

Sebagai penutupnya anak-anak bermain di pantai Sepanjang. Pantai Sepanjang ini dari landscapenya menarik tidak berkelok. Jarak garis pantai dengan laut lepas cukup jauh, sehingga sangat cocok untuk kegiatan selancara alias surfing. Meski begitu tetep kewaspadaan terutama untuk anak-anak biasanya bermain dengan ombak terkadang terlalu asyik. Jika air surut kita juga bisa melakukan aktivitas mencari binatang laut, seperti ikan, rumput laut, bintang laut dan lain-lain. Namun ada peringatan larangan untuk tidak mengambil biota laut termasuk pasir pantai karena dilindungi oleh undang-undang.



Share

You may also like

Tidak ada komentar