Parenting School bulan April kali ini
diadakan pada hari Sabtu, 30 April 2016. Atas aspirasi orang tua melalui komite
jika hari Ahad merupakan hari keluarga, sehingga pelaksanaan yang sebelumnya
diadakan hari Ahad dipindah menjadi hari Sabtu. Tentu harapannya kehadiran para
orang tua akan lebih maksimal dengan tujuan parenting school bisa menjadi media
sumber informasi, penyadaran, inspirasi para orang tua karena hampir semua
orang tua menjadi orang tua tidak diawali dahulu dengan sekolah.
Parenting School kali ini mengangkat
topik tentang Permasalahan yang timbul di Usia Anak SD. Hadir sebagai
narasumber adalah Ibu Hasanah Safriyani, S. Psi. Beliau merupakan dosen
Psikologi UII dan merupakan konselor permasalahan anak di beberapa lembaga.
Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang
tidak bisa setiap orang untuk resign, mengundurkan diri. Buktinya sudah menjadi
orang tua dengan karunia anak yang menjadi amanah dari Allah. Mengupas masalah
pada anak untuk usia sekolah dasar lebih banyak pada persoalan sikap seperti
susah diatur, ngeyel, malas belajar, tidak mandiri. Atau bisa jadi persoalan
kecanduan media seperti game, media sosial, bahkan hingga pornografi. Atau juga
menyangkut pergaulan, seperti bullying, ketertarikan lawan jenis, peer group.
Permasalahan tersebut muncul sangat dipengaruhi dengan lingkungan, pergaulan,
atau pola asuh orang tua. Yang paling penting pertama kali harus dilakukan
adalah mengidentifikasi penyebab masalah itu muncul.
Terkait permasalahan belajar, anak merasa
jenuh, malas belajar, materi pelajaran lupa bisa diidentifikasi dahulu dengan
lingkungan dan saat anak menjalani proses belajar. Bentuk pembelajaran yang
hanya melulu di kelas dengan banyak menghafal materi tentu bisa jadi sumber
kejenuhan. Pergaulan siswa yang sudah menampakkan kecenderungan peer group
sehingga pilihan teman yang nyaman menjadi kecenderungan pilihan. Bagi siswa
yang mempunyai kuasa lebih untuk memaksa teman lainnya untuk melakukan sesuai
yang diinginkannya bisa jadi menjadi sumber bullying yang bisa mengganggu
proses belajar. Daya tarik gadget, TV dan konsistensi orang tua dalam mengatur
pengunaannya menjadi sebab lain aktivitas belajar menjadi tidak stabil.
Masing-masing harus diurai dengan melibatkan pihak-pihak yang bersangkutan. Di
sekolah, guru yang mengajar menjadi mitra konsultasi penyelesaian masalah anak.
Di rumah, pasangan suami-istri, anggota keluarga lain harus kompak dengan
kesepakatan untuk mendukung proses belajar yang baik.
Kita kenal dahulu struktur otak dan
fungsinya pada gambar berikut
Untuk menghadirkan proses belajar pada
anak yang baik, anak harus dalam kondisi yang nyaman dahulu. Sehingga sistem
limbiknya akan bekerja. Bukan batang otak. Jika emosi sudah tersentuh dengan
baik maka bagian korteks sebagai sistem untuk mengolah informasi bisa bekerja
optimal. Ingin tahu anak akan tumbuh sehingga belajar menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Sebaliknya jika dalam proses belajar, anak-anak mendapatkan
perkataan dan bahasa non verbal yang ditangkap oleh batang otak, maka anak akan
membuat pertahanan diri karena tidak nyaman, takut, khawatir. Sehingga proses
pengolahan informasi di korteks tidak bisa berjalan dengan baik. Anak menjadi
sulit berfikir dan cenderung malas belajar.
Orang tua harus memperhatikan benar pola
kerja otak tersebut. Sehingga jangan sampai salah langkah dalam mendidik dan
menerapkan pola asuh pada anak. Membuat nyaman anak bukan berarti harus
menuruti apa yang menjadi permintaannya. Bahkan bisa dibalik, setiap
permintaannya bisa dikelola untuk membangun kebiasaan baik tertentu sebagai
syarat untuk mendapatkannya.
Untuk anak yang susah diatur, penyebab
yang menimbulkannya bisa jadi ada beberapa kemungkinan. Di usia anak SD
terutama kelas kecil, mereka mempunyai kecenderungan mencari perhatian, minta
diperhatikan. Apalagi jika sudah mempunyai adik atau kakak. Aktivitas yang
seakan menunjukkan kenakalan anak bisa jadi merupakan cara dia untuk mencari
perhatian orang tua. Bisa jadi hal
tersebut dilakukan untuk mencoba reaksi yang timbul dari orang tua. Mereka
merasa puas jika orang tuanya bisa ‘dikerjain’. Pengaruh teman sangat besar
kemungkinannya terutama pada anak yang sudah menunjukkan pergaulan peer group.
Hingga pada suatu titik untuk menunjukkan eksistensi diri atau kelompoknya.
Untuk mengatasi permasalahan yang timbul
pada anak, solusi yang bisa dilakukan orang tua dengan menerapkan aturan secara
positif. Pembuatan aturan dengan kesepakatan berikut konsekuensinya jika
melanggar. Tentu dengan maksud dan tujuan dipahami semua anggota keluarga.
Harus kompak dan konsisten sehingga adil untuk semua. Fokus pada perilaku
positif dan mencoba mengabaikan perilaku negatif. Dengan komunikasi yang
intensif setiap pemberlakuan aturan bisa konsisten dilakukan yang kemudian akan
menjadi kebiasaan dan bahkan karkater.
Untuk download materi klik disini
Untuk download materi klik disini
Tidak ada komentar
Posting Komentar