SDIT Alam di Konferensi International School Grounds Alliance Ke-4

» » » SDIT Alam di Konferensi International School Grounds Alliance Ke-4

Dear SDITAlamania, menjadi sebuah kesyukuran jika dalam setiap amalan kita mendapatkan pengakuan. Dan sebaik-baik pengakuan adalah yang diberikan oleh Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Tidak ada angin tidak ada hujan, kurang lebih satu tahun lalu SDIT Alam dikunjungi oleh Bu Helen Tyas Tunggal. Beliau adalah pemilik ROLE Foundation, Rivers, Ocean, Lands and Ecology, yang berkedudukan di Bali. Bu Helen datang untuk melihat bagaimana proses pembelajaran di SDIT Alam Nurul Islam. Diskusi dilakukan beberapa kali kesempatan sambil melihat aktivitas siswa di sekolah. Rupanya beliau sebagai anggota International School Grounds Alliance (ISGA) yaitu sebuah aliansi gerakan yang menyerukan tentang pentingnya pembelajaran yang menggunakan halaman sekolah sebagai media pembelajaran. Dikarenakan dengan 'mengeluarkan' siswa dari kelas maka pembelajaran akan semakin membuat siswa atraktif, aktif, nyata dan menyenangkan. Dan SDIT Alam sudah dianggap memanfaatkan school ground sebagai media pembelajarannya. Di Jawa terkhusus Jogja, bu Helen sedang mencari sekolah yang menerapkan school ground untuk pembelajaran untuk diminta presentasi di Konferensi yang ke-4 ISGA yang akan dilaksanakan 28-30 September 2015 di hotel Conrad Bali.
 
Dari hasil pencarian bu Helen, jatuhlah pilihan itu kepada SDIT Alam Nurul Islam. Sehingga SDIT Alam harus presentasi di konferensi yang dihadiri oleh delegasi dari 15 negara. Konferensi yang berlangsung selama 3 hari dibuka pada hari Senin, 28 September 2015 bertempat di Ballroom Conrad Bali. Sedianya konferensi tersebut akan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan, namun yang bersangkutan tidak bisa hadir sehingga mewakilkan pada pejabat yang berwenang. 
Hari pertama konferensi pertama kali diisi dengan presentasi DR. Widya Poerwoko dari ISI Yogyakarta yang berbicara tentang Konservasi tanaman Bambu yang dimanifestasikan dalam seni instalasi yang mengikuti spiritualitas gerakan silat dan ajaran Tao. Kemudian secara maraton diisi dengan presentasi dari para delegasi konferensi dengan materi presentasi bermacam-macam. Namun dengan topik utama terkait dengan School Ground. Seperti materi terkait dengan pembuatan jaringan sekolah Enviroschool di New Zealand oleh Esther Kirk. Rupanya jaringan sekolah yang berkesadaran untuk melakukan aktivitas pembelajaran secara outdoor meningkat lima tahun ini sudah mencapai angka 600an sekolah. Dari peneliti hadir DR Peter dari Swedia yang sudah membuah sebuah panduan desain yang menjadi kebijakan pemerintah setempat dalam membuat tempat untuk bermain dan belajar outdoor anak-anak. Dari kalangan aktivis ada Biraj yang berasal dari Nepal yang memperesentasikan green school di Nepal yang memberikan pendidikan kepada anak-anak untuk bersadar pada pemeliharaan lingkungan.
 Meski inti gerakan ISGA pada bagaimana membelajarakan anak di luar ruang kelas untuk pembelajaran siswa yang lebih atraktif, aktif, menyenangkan dan nyata, isu tersebut dikembangkan menjadi bagaimana siswa mempunyai kesadaran untuk melakukan pemeliharan pada keselamatan lingkungan dan biodiversiti yang ada. Sehingga nilai-nilai sustainability ikut terangkum juga dalam gerakan ini. 
 Agenda hari kedua konferensi adalah kunjungan ke beberapa tempat, yaitu : pertama adalah di SMUN 5 Bali yang merupakan sekolah dengan predikat Adiwiyata Mandiri. Di SMUN 5 para delegasi disambut dengan meriah melalui tarian selamat datang. Kemudian para delegasi diajak tour untuk melihat hasil program sekolah Adiwiyata yang merupakan program kerjasama antara kementrian pendidikan dan lingkungan hidup dalam rangka membentuk sekolah-sekolah yang berwawasan lingkungan. 
 
Selanjutnya perjalanan adalah di museum ARMA di Ubud Bali. Museum ARMA adalah museum yang menyimpan koleksi hampir benda-benda seni yang sempat tersebar di beberapa negara di eropa dikarenakan dikoleksi oleh kolektor seni. Atas usaha pak Agung Rai selaku pemilik museum tersebut akhirnya semua benda tersebut bisa kembali. Di museum ARMA pak Agung Rai menjelaskan terkait dengan sejarah museum. Museum ini adalah hasil dari proses impiannya. Beliau bermimpi dan mewujudkannya berdasarkan suara hati. Dikarenakan jika dihitung logika matematis secara kemampuan beliau tak akan mampu mewujudkan museum dan resort megah tersebut.
 Kunjungan ketiga adalah ke sekolah Pelangi. Sekolah ini pemiliknya adalah orang Australia dimana para siswanya banyak yang merupakan anak keturunan. Bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa Inggris meski bahasa Indonesia juga menjadi pelajaran tersendiri. Di sekolah ini para delegasi dipandu keliling sekolah oleh siswa kelas 4 sampai 6 secara kelompok. Mereka diterangkan terakit dengan keberadaan setiap instalasi kaitannya dengan pembelajaran. Yang menarik di sini adalah kegiatan anak dalam mengamati aktivitas kupu-kupu, mereka menanam tanaman untuk menarik kupu-kupu. Kemudian jika sudah bertelur mereka tempatkan dalam kota khusus penetasan. Menjadi ular lalu kepompon dan menjadi kupu-kupu lagi yang akan dilepas di alam bebas.
Kunjungan terakhir adalah di Green School yang sungguh spektakuler dari sisi bangunannya. Semua bangunan terbuat dari bambu. Kelas, kantor, kamar mandi hingga jembatan yang dibuat megah seperti rumah gadang. Yang menarik di sini selain area yang sangat luas, juga dalam penggunaan barang bekas untuk pembelajaran sangat baik seperti papan tulis yang menggunakan kaca bekas mobil yang dicat putih di bagian belakang. Semua siswa sebagian besar anak keturunan, namun sekolah juga membuka donasi untuk membiayai anak lokal Bali. Semua siswa mendapatkan makanan yang berasal dari dapur yang menggunakan bahan bakar bekas olahan bambu sehingga terjadi pengiritan. Bahan makan pun mereka ambil dari kebun-kebun mereka.
Hari ketiga diisi dengan presentasi dari beberapa peneliti yang meyajikan penelitian yang berhubungan dengan School Ground. Baik secara pedagogis, kurikulum, perubahan ekologi dan desain landscape. Semua presentasi mengarah pada fokus topik makin kuatnya dukungan pada pentingnya pembelajaran di luar kelas. Kegitan konferensi ini ditutup tanggal 30 September 2015. Rencananya setelah konferensi ini dilanjutkan dengan acara Retreat Leadership ISGA yaitu kegiatan penajaman agenda dan program ISGA kedepan terutama dalam menyongsong konferensi ke-5 di Lund Swedia dan ke-6 di Berlin Jerman.

Share

You may also like

Tidak ada komentar