Penulis : Ustadzah Ayu
# Bulir-bulir kisah pengabidan arsitek peradaban
Ini adalah sepenggal kisah
perjalanan 8 tahun pengabdianku
Terjebak di jalan berkah..
Menapaki hari-hari indah
Membersamai pemimpin-pemimpin masa depan negri
Sebuah tugas kehormatan yang aku
jalani
Sungguh......aku banyak belajar
dari mereka murid-muridku
Aku memang disebut “Guru”
Tapi muridkulah yang menginspirasiku
Muridkulah yang menumbuhkanku
Muridkulah yang menggerakanku
Muridkulah yang membuatku menjadi
guru yang ” tumbuh dan menggerakan”
Muridkulah guru kecil yang
menginspirasiku
Rabu,
25 November 2018
Hari ini muridku
belajar menuangkan pikiran lewat tulisan. Aku memintanya untuk menuliskan
sebuah surat/testimoni. “ Menurut kalian, bagaimana gurumu selama ini di
kelas? tolong jawab dengan jujur ya”..... Pernyataan itu aku sampaikan dihadapan mereka.
Awalnya hanya ide sederhana....
menguji mereka untuk menuangkan pikiran lewat tulisan. Penasaran dengan apa
yang mereka pahami tentang pelajaran menulis yang telah aku sampaikan selama ini. Apakah mereka
sudah bisa menuangkan gagasan sederhana lewat tulisan? Dan hasilnya?............luarr biasaa..... sungguh
aku dibuat kagum dengan kalimat/ucapan polos dan jujur mereka. Ini nyata dari hati, tanpa rekayasa.
Ada yang memuji, ada yang minta maaf atas kejahilannya, ada yang protes terhadap
sikapku. Hmmm.....intinya aku harus selalu berbenah dan berbenah untuk tumbuh lebih baik. Surat yang serupa
sebenarnya sudah sering aku dapat dari muridku-murid dikelas-kelas sebelumnya
yang pernah aku dampingi. Karena seringnya, sampai tanpa sadar hafal gambaran isinya.
Satu persatu aku baca surat dari muridku. Dan
sampailah mataku berhenti dan tertuju pada satu surat yang membuat dadaku penuh sesak. Benar-benar membuatku teringat
kembali akan tujuan hidupku. Sebuah kata-kata sederhana nan tulus dari guru
kecilku, yang membuat hati ini mengharu biru. Pada saat aku berada pada tingkat
“lelah pikiran” karena terjebak dalam rutinitas harian yang sepertinya setiap
hari “beranak pinak”. Sengaja aku tuliskan surat darii guru kecilku
disini, tanpa mengurangi sedikitpun dari tulisan aslinya.
Surat Ust Ayu
By. Shifa 2C
Ust Ayu terimakasih
Karena Usth Ayu
udah
Mengajar aku selama
ini.
Aku akan mendoakan
Usth Ayu
Semoga dosa-dosa
Usth Ayu
Dihapus oleh Allah
Amin-amin...
Membaca surat diatas,
sepintas biasa-biasa saja. Tapi jujur....bagiku
ini luar biasa. Mungkin karena ucapannya
tepat mengena. Tulisan dari hati yang masih bersih, pantaslah membawa energi
kebaikan yang luar biasa. Doa tulusnya membuatku terharu. “Aku akan mendoakan Usth Ayu, semoga dosa-dosa Usth Ayu dihapus oleh
Allah”. Adakah yang lebih baik dari doa itu? Rasanya seperti benar-benar
dingatkan Allah lewat guru kecilku, bahwa yang terpenting adalah ampunan Allah
dan sejatinya itu adalah kesuksesan
hakiki.
Ahh....guru kecilku, sungguh
surat sederhanamu itu, tiba-tiba
mengingatkanku akan sosok-sosok guru yang dulu aku kagumi. Sosok hebat, penuh
inspirasi yang mengajarkanku akan ketulusan dan pengorbanan. Sengaja kutulis
disini, untuk berbagi inspirasi, agar dapat mengingatkanku saat aku futur,
meneguhkanku untuk tetap dijalan ini,
jaran para Nabi. Tulisan ini juga aku hadiahkan untuk semua guru-guru yang
telah berlelah-lelah mengabdi sebagai arsitek peradaban. Semoga menjadi saksi
perjuangan keikhlasan mereka mendidik generasi. Sebagian mereka sudah
mendahului dan belum melihat hasil perjuangan ini. Guruku....aku akan melanjutkan
perjuanganmu, meneruskan semangat cita-citamu. Semoga Allah meridoimu.....
Dia guruku, seorang guru kelas, yang hampir tiap bulan
masuk rumah sakit, untuk cuci darah. Bekas-bekas jarum suntik ditangannya,
menjadi saksi perjuangan hidupnya. Namun semangat membimbing murid-muridnya
tidak perlu diragukan lagi. Jangankan keluhan yang aku dengar, justru dalam
kondisi sakitnya beliau selalu memotivasi kami untuk tetap bergerak. # Diam-diam aku mengagumimu...
Dia
guruku, seorang akhwat PNS yang keluar masuk SMU di
Kabupaten Kalianda Lampung Selatan. Setiap hari Jumat dia mewakafkan tenaga,
harta dan waktunya untuk membina murid-murid, salah satunya di SMAN 1 Kalianda.
Walau terkadang jabatannya menjadi taruhannya, tapi dia tetap menjalaninya
dengan yakin, disaat orang-orang berebut ingin menjadi Abdi Negara beliau
pertaruhkan jabatannya demi dakwahnya. Beliau adalah sosok akhwat yang sabar,
ikhlas dan bersemangat. # Diam-diam aku mengagumimu...
Dia
guruku seorang yang menerimaku di Jogja, padahal aku
tidak punya saudara di kota ini. Saudara bukan, famili juga bukan. Tak pernah
kenal atau bersua sebelumnya. Seorang Umahat yang selalu membimbingku,
menggingatkanku seperti orang tuaku. Baru aku sadar...terkadang ikatan iman lebih
kuat dari pada ikatan darah. # Diam-diam
aku mengagumimu...
Dia
guruku seorang adalah anggota legislatif perempuan. Pada saat itu politisi perempuan masih
merupakan profesi yang langka. Dengan segudang aktivitasnya tanpa lelah
mengobarkan semangat pada kami untuk selalu bergerak. Bersamamu aku belajar
waspada, siap, siaga dan strategi. #
Diam-diam aku mengagumimu...
Dia
guruku seorang guru yang yang kata-katanya
biasa-biasa saja. Namun sepertinya datang dari hatinya yang sangat tulus dan ikhlas,
materinya ringan tapi menginspirasi. Darimu aku belajar “aksi nyata”.....tidak
harus sempurna menjadi seorang guru, keihklasan menjadi kuncnya. Yakinlah hati
hanya akan bisa disentuh dengan hati. #
Diam-diam aku mengagumimu...
Dia
guruku yang
hidup dalam keterbatasan finansial, jangankan untuk berganti jilabab atau gamis
belang-beling. Untuk bertahan hidup saja luar biasa.....tapi sekali lagi tak
ada keluhan disana. Kekurangan tidak menjadikan alasan untuk bergerak dan tetap
belajar. Menebar inspirasi dimana-mana. Tekadnya sekuat tembok China,
kekurangan bukan untuk dikeluhkan. Kekurangan adalah sumbu untuk berpikir
kreatif. Menemukan ide-ide ditengah keterbatasan. # Diam-diam aku mengagumimu...
Rasanya....masih
banyak guru-guru yang hebat yang tidak bisa aku tuliskan disini satu persatu.
Kini, disini....di SDIT Alam Nurul Islam, aku pun bertemu dengan sosok-sosok
Guru yang diam-diam akupun kagum padanya. Mari kawan....kita saling mengokohkan,
membersami anak-anak Zaman. Semoga Allah senantiasa memberkahimu kawan.
Kekagumanku pada sosok-sosok guru yang ikhlas
dan dan bersemangat semakin meneguhkanku untuk tetap mengambil bagian tugas
mulia ini, mendidik generasi Rabbani pemakmur bumi. Kekaguman terhadap
sosok-sosok guruku dulu, membuatku mengikuti jejak mereka, menjadi seorang
guru. Bagiku setiap orang yang meninspiasiku untuk berubah dan merubah, aku
panggil dia sebagai “Guru”. Bahkan murid-murid kecilku yang menjadikanku pribadi
yang tumbuh dan menggerakan, dia juga aku anggap sebagai “Guru”. Dialah anak
muridku, si guru kecil yang menginspirasiku.
Delapan tahun pengabdianku.....banyak
pengalaman yang sudah kulewati. Sedikit aku tuliskan disini, semoga menjadi
saksi kesungguhanku dalam ambil bagian dalam membangun peradaban negri.
Dia
guru kecilku, begitu
membekas dihatiku. Saat itu HP ku berbunyi. Rupanya ada panggilan dari
wali muridku. Anaknya ngambek karena
salah seragam sekolah. Bagi beberapa anak, terkadang belum bisa menerima jika
berbeda dengan teman-temannya. Dari ujung sambungan telfon terdengar suaranya
Wali : Ust....mohon maaf, mbak AS
tidak pakai seragam. Gimana ust....tidak apa-apa kan Ust?
Aku : Oooo...rewel ya Bun? Memang
beberapa anak kalau berbeda dengan temannya bisa nangis Bun. Nanti disusulkan saja nggih....
Wali : Oh nggih ust.....(telfon
ditutup dengan nada kecewa)
Sepintas tidak ada yang salah dengan
jawabanku diatas, hanya karena salah komunikasi saja. Ya, kondisi saat itu
orang tua sedang berjuang menyemangati anaknya untuk tetap bersekolah, berharap
tidak harus pulang ke rumah lagi untuk
mengambil seragam. Karena orang tua juga harus segera ke kantor. Telefon di loudspeaker sambil menyetir mobi, supaya
anak mendengar percakapan kami. Harapnnya anak akan mendengar jawaban menguatkan langsung dari
gurunya. Bahwa tidak ada masalah dengan seragam yang berbeda. Namun jawabanku
pada saat itu justru sebaliknya (bukan jawaban yang diharapkan), jawabanku justru meminta menyusulkan baju
seragam. Jelas ini membuat anak semakin
mogok dan semakin yakin kalau gurunya mempermasalahkan salah seragamnya. Hikmah
yang bisa aku dapat, semangat belajar ke sekolah harus kita hargai, itu jauh
lebih penting dari sekedar masalah salah seragam. Seandainya jawabanku saat
itu, “tidak apa-apa bun salah seragam, yang penting semangat”, mungkin mbak AS
tidak terluka dan bisa belajar tentang arti perbedaan.# Diam-diam guru kecilku menginspirasiku untuk lebih bijaksana dalam
berkata dan bertindak.
Dia
guru kecilku,
namanya inisialnya mas SH. Dulu kami berkegiatan di aula. Setelah pembelajaran
selesai, aku menutup pintu aula. Mengembalikan kunci dipost satpam. Ketika aku
kembali ke kelas, berpapasan dengan muridku mas SH. Dengan wajah cemas dan
tergopoh-gopoh, dia berkata “Ust...pensilku ketinggalan di aula Ust”....katanya.
“Oh ya mas...besok saja ambilnya
ya? sudah sore nih sudah dikunci, Ustazah juga mau pulang”, jawabku. “Tapi Ustt....”,
sahutnya (matanya memelas dan mulai berkaca-kaca tanda sangat menyesal). “Berarti
aku tidak tanggung jawab, aku bukan anak yang bertannggung jawab Ust”, lirihya.
Melihat motivasinya, tidak ada alasan bagiku untuk tidak mengabulkan
keinginannya, mengambil kembali pensil yang tertinggal di aula. Ya, aku tidak boleh
meruntuhkan niatnya menjadi pribadi yang bertanggung jawab. # Guru
kecilku menginspirasiku untuk bertanggung jawab.
Dia
guru-guru kecilku,
kegiatan pagi itu adalah forum melingkar acara pembukaan kelas. Saat itu
posisiku menjadi guru pembina. Sudah tiga tahun aku mendampingi mereka. Rupanya
semakin hari semakin bertambah pintar
murid-muridku. Ada sebuah peristiwa yang menyadarkanku. Hari itu aku bermaksud
menambahkan satu ayat untuk dihafal anak-anak. Namun...belum lengkap satu ayat kubacakan,
murid-muridku sudah mengoreksi bacaan Quranku. Beberapa dari mereka memang
sudah Alquran, sementara saat itu BTAQ bacaanku baru jilid 3. “ Ust itu
bacaannya salah, kurang dengung, kurang ini, kurang itu, dll...... Langsung
tersadar, salah satu dosa guru adalah “menyuruh murid giat belajar, tapi guru
tidak belajar”. Mulai saat itu aku bersemangat untuk memperbaiki dan senantiasa
belajar # Guru kecilku menginspirasiku
untuk belajar sepanjang hayat
Dia
guru kecilku, hampir setengah semester
menguji kesabaranku, tidak mau masuk kelas. Entah apa yang dia rasakan,
sehari-hari hanya menangis berkepanjangan. Jurus-jurus untuk menenangkannya
sudah ku coba. Hampir saja aku putus asa, tapi aku tersadar mungkin ini cara Allah mengajariku
arti sabar. Setiap hari aku mencoba berbagai macam cara agar anak muridku mau
sekoah. Ada iming-iming hadiah yang aku janjikan, kerjasama dengan orang tua, dan
teman-teman sepermainan dll. Rupanya usahaku belum berbuah manis, hal-hal yang
dulu berhasil aku cobakan pada kasus yang sama ternyata gagal total. Hmmm luar
biasa.... satu masalah yang sama, ternyata butuh ilmu penyelesaian yang
berbeda-beda. Mungkin butuh bantuan orang lain?....upaya ini juga aku tempuh.
Konsultasi dengan pihak psikologi. Mencoba menelaah dari sisi-sisi yang belum aku
ketahui. Saat aku sampai pada titik kepasrah, aku berdoa “ Ya Allah....aku
sudah tidak mampu ya Rabb.....Engkau pemilik hatinya, penggenggam jiwanya,
buatlah di nyaman bersekolah dengan caramu”.
Setelah kepasarahan
itu rasanya hatikui plong dan enteng, Bismillah....beberapa kali aku datang
kerumahnya. Kadang pura-pura mampir saja, bermain bersama (pasar-pasaran) dan kadang aku
jemput teman-temanya untuk aku ajak main kerumahnya. Kurancang acara makan
siang bersama teman-teman dll. Sedikit demi sedikit usahaku membuahkan hasil.
Pelan-pelan anak mulai mau bersekolah, walaupun kadang rentang waktunya belum
full. Lama-kelamaan anak semakin PD dan berani menghadapi tantangan.
Alhamdulillah berakhir indah. Mendampinginya aku sadar, bahwa sabar itu bukan
pasrah dalam diam menunggu keajaiban. Tapi sabar itu aktif dan bergerak dengan
tetap memohon pertolongan Allah. # Guru
kecilku menginspirasiku arti sabar yang sesungguhnya
Rasanya masih banyak
yang ingin aku tuliskan tentang guru-guru kecilku yang telah menginsipirasiku
untuk tumbuh dan menggerakan. Setiap mereka adalah ilmu....setiap mereka adalah
inspirasiku. Bismillah... semoga di kesempatan yang berbeda, akan terabadikan
lewat tulisan-tulisan yang lainnya
Selamat hari guru kawan, “ Bergeraklah kawan....karena diam akan mematikanmu”
Tidak ada komentar
Posting Komentar