2 Air

» » » 2 Air




Penulis : Erviana Trirahayu


Kelas 2 Air sip..sip..oke..oke..yes..yes..BISA!Itu lah yel yel yang kami buat untuk anak anak kelas 2 Air, sambal menggerakkan jemari tangan kita sesuai nada yel-yel. Kelas ini tahun ke-2 ku mengajar sebagai guru setelah lisan sakral di embun pagi dari kepala sekolah ustadz Budi yang tersiar saat pelepasan kelas 6 yang menyiarkan kabar yang membuat takdirmu berada di kelas mana. Selamat ya…engkau mendapatkan Alvin begitulah kata seorang teman/ ustazah tim kelas 1 dulu!sambil menepukkan tangannya ke bahuku…seolah ada beban yang siap aku terima. Eum…..memang kenapa dengan anak itu?pikirku…
Alvin sosok anak yang begitu berbeda diantara teman yang lainnya, tidak mau di atur..dan semaunya. Semua nasehatpun mental terhadapnya begitulah sederet informasi sepintas dari ustadzah lain yang pernah membersamainya.
Lantai dua dengan dinding yang terbuka membawa suasana kealaman yang begitu nampak. Sholat Dhuha awal pembelajaran kita kepada anak. Beberapa anak sudah lancar melafalkan bacaan sholat beberapa diam sambil menatap jauh ke depan pohon-pohon yang tenang dan damai dengan angan angan kosong, ada juga mainan jemari mereka dan menggigit gigit kuku. Yah begitulah…gambaran anak anak kelas dua di saat sholat.

Di kelas ini tak hanya Alvin yang terkenal, namun juga ada yang spesial lainnya seperti Abid, Ismail, Imah
Abid sosok menarik dengan nada bicara yang kadang tersangkut-sangkut tidak jelas memang..sering dijaili. Kadang si abid ini menikmati kejailan teman-temannya karena merasa diperhatikan dan diajak bercandaan sampai sampai kalo kelewat si Abid ini ujung-ujungnya nagis yang tak berpeluh…entah nangis drama beneran atau bikinan. Nah kalo mengadunya sambil nangis dan tidak jelas hal ini yang sering  membuat teman temannya semakin gemes dan geli terhadapnya.
Ismail kecil mungil tapi lihai dalam manjat begitu juga dengan teman akrabnya Imah seorang perempuan tomboy yang juga ahli panjat. Mereka sering hilang ditelan badai jika saat pelajaran sudah berlangsung. Tau Taunya mereka berdua sudah asik berada di atas pohon.

Alvin dan teman akrabnya Daffa dan Faiq selalu bertiga saat membuat lingkaran ataupun posisi meja. Diantara mereka bertiga ada sosok Faiq sebagai penengah dan pengajak kebaikan bagi mereka berdua. Disaat teman-teman yang lain sudah wudhu mereka bertigalah yang paling terakhir. Ayoo wudhu ajak ustadzaah..mereka selalu berucap Daffa dulu, Faiq dulu, Alvin dulu…atau aku mau wudu kalau Faiq sudah wudu, ustadzahnya beralih ke Faiq, Aku mau wudhu kalo Alvin sudah wudhu, ustadzahnya beralih bertanya ke Alvin, akum au wudhu jika Daffa sudah wudu…eeeelaaah ini anak!! Saat itu Faiq berucap ya tak wudu duluan…saat itu terurai sudah Daffa dan Alvin juga mengikutinya  untuk wudhu.
Saat itu nama Iqob tidaklah mempan dibenak Alvin..mau diiqob apapun tapi jika tidak mau melakukannya, yaa…sama saja kan!terlambat sholat, terlambt masuk kelas terlambat yang lainnya….ini anak tidak punya aturan sama sekali…mau diiqob seberat apapun seperti membersihkan kamar mandi, kalo gak dilakukan ya sami mawon…kalo tidak diperbolehkan masuk kelas ya.. sama saja malahan asik bermain di luar. Alvin termasuk pintar dalam hitungan lancer membaca namun hanya tulisan yang masih belum teratur kapitalnya dan ukuran hurufnya. Tak heran jika pelajaran cepat sekali dia selesai dan segera keluar istirahat.
Alvin memang menjadi murid yang menyibukkan ustadz/h nya..entah kenapa saat istirahat setelah makan ke tiga anak ini membawa tas keluar kelas dan hedak pergi dari sekolah..tidak tau sebabnya apa. Teman-teman yang lain segera menghebohkan kabar tersebut ke ustadzahnya…ya saat itu kantor ustadzah ada di bawah yang sekarang menjadi perpustakaan dan makan siangpun prasmanan di kantor ustadzah. Mendengar hal itu…..sesendok nasi yang mau dilahap enggan diselesaikan. Sembari segera keluar dan mengarahkan pandangan ke penunjuk arah keberangkatan 3 anak tersebut..melihat keganjilan tas tas yang sudah diangkut di punggung ke tiga anak tersebut sudah diujung pintu keluar. Mencoba menerjang perjalanan mereka..heeeiii mau kemana?tanyaku..ayo kembali ke kelas, satu anak  Faiq segera mundur kembali ke kelas, tinggal Daffa dan Alvin yang masih kabuurr berlari cepat ke luar sekolah. Bujukan dan ajakan pun sudah tidak mempan…ini anak mau pergi ke mana, jalan kaki arahnya sih menuju ke salah satu rumah Alvin. Dipinggir jalan yang saat itu belum seramai sekarang…masih berumput hijau tinggi di pingggir jalan lewatlah ustadz pondok gontor menggunakan motor primanya, yaitu ustadz Tazar. Mau ke mana kalian…ajakan ustadz Tasarpun tak dihiraukan mereka. Sontak salah satu dari mereka ditarik dibopong dinaikkan ke depan motor. Badan ustadz yang kuat kokoh begitu ringan sekali melakukan demikian, rontaan jemari dan kaki anakpun tak mempan di badan ustadz Tazar waktu itu. Tinggal satu anak, Alvin yang sudah tidak ada daya teman seketika nyerah dan berbalik arah ke sekolah…..huuuh alhamdulillah pertolongan Allah datang. Bayangkan mudah sekali ust Tazar melakukan demikian…jikalau tidak mau, jalan sampai mana si guru dengan kedua anak tersebut..

Hari berganti hari kegiatan pembelajaran dilalui Alvin dan teman temannya. Sholat Dhuha anak ini ya bisa dibayangkan…kalo tidak niat sekali sholat, saat berdiri dari sujud seperti bunga matahari layu yang berusaha menegakkan bunganya pandangannya lurus bukan lurus ke tempat sujud tapi lurus kea rah luar entah melihat apa.

Homevisit di rumah Alvin merupakan kegiatan yang mendekatkan diri kepada orang rua dan anak. Saya mengajaknya ke rumahnya, saya boncengkan. Anak ini terlihat kalem dan nurut. Informasi yang didapatkan dari pihak bunda Alvin begitu berharga. Alvin anak pertama dari 2 bersaudara. Ayahnya jarang pulang ke rumah karena pekerjaannya. Tak heran Alvin kurang sosok ayah di rumahnya. Di rumah Alvin terlihat biasa saja hanya jahil kepada adik perempuannya yang masih TK. Alvin sering sekali pulang ke rumah teman dekatnya Faiq yang lokasinya dekat dengan rumah dan baru malamnya dijemput oleh ibunya.  Faiq menjadi teman dekatnya dan kelihatan menyukai kepulangan di rumah FAiq saat itu.

Saat itu kelas 2Air menurut saya kelas yang unik. Alvin menjadi tantangan bagi setiap guru yang akan mengampunya. Guru hanya sebagai pengingat penyebar kebaikan dan penghalau ketidak baikan setelah itu kami hanya bisa berdoa dan pasrahkan kepada Allah semoga anak ini kelak menjadi pribadi yang sholih dan bermanfaat bagi umat. Alvin sudah naik kelas 3 namun sudah tidak di Nurul Islam lagi. Alvin pindah dan bersekolah di dekat kakek dari ayahnya. Kelas 3 semakin sepi tanpa kehadiran Alvin. Kelas 3 yang mengampunya sekarang merasa berbeda murid-murid terlihat teratur tanpa kehadiran Alvin. Seperti akar keriuhan yang sudah berpindah ke lain tempat.
Saat 3 tahun berlalu tnpa kehadiran Alvin di Nurul Islam. Tiba tiba dari arah jembatan jalan di dekat sekolah, Saya berpapasan dengan Alvin yang sedang berjalan sendirian di dekat jembatan, ia tumbuh semakin tinggi dan besar. Ia hanya tersenyam saja tanpa ada sepatah kata. Mungkin ia rindu dan kangen dengan teman temannya terutama Faiq, sepertinya ia ingin berada di sekolah itu lagi.

Semoga engkau tumbuh sholih dan bermanfaat nak…senyumku padanya.

2811018

Share

You may also like

Tidak ada komentar