Guru Pembelajar

» » » Guru Pembelajar


Oleh : Laila Rohmawati
Guru, salah satu profesi yang sebagian banyak orang menjadi pilihan cita-cita. Ada berbagai motivasi bagi seseorang memilih bercita-cita menjadi guru seperti ingin beramal jariyah, karena suka dengan anak-anak, dan lain sebagainya. Apapun motivasi seseorang menjadi guru maka dia harus mempunyai kemampuan mendidik dan mengajar. Kemampuan mendidik dan mengajar itu tidak mudah, perlu dipelajari dan dipahami secara terus menerus.
Menjadi guru sudah menjadi keinginan saya sejak tahun 2010, setelah lulus dari SMA, saya langsung melanjutkan studi kuliah di UII mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Agama Islam. Keinginan menjadi guru muncul karena saya berpikir bahwa menjadi guru itu menjadi amal jariyah bagi anak didik. Alhamdulillah, sebulan setelah lulus dari Universitas, saya mencoba mendaftar menjadi guru di SD IT Alam Nurul Islam. Sebelum mendaftar di SD IT Alam Nurul Islam saya pernah menjadi guru pramuka di berbagai sekolah dasar. Untuk pengalaman mengajar memang saya akui belum begitu banyak walapun sewaktu kuliah berbagai praktek mengajar saya lakukan.
Tahun 2015, sebulan setelah wisuda saya diterima guru di Nurul Islam setelah melakukan beberapa seleksi. Tahun pertama mengajar penuh dengan tantangan. Sekolah yang berciri khas alam ini menunjukan perbedaan dengan sekolah dasar yang lain. Sekolah dasar pada umumnya mempunyai ruang kelas yang tertutup, ada jam-jam tertentu untuk masuk kelas dan istirahat, namun berbeda sekali dengan Nurul Islam. Kondisi ruangan yang terbuka, aktivitas anak yang sangat aktif dan lain sebagainya. 3 bulan pertama saya merasa kewalahan mengajar di Nurul Islam dengan segala aktivitas, kemudian 3 bulan berikutnya saya merasa ingin menyerah di Nurul islam. Beberapa hari saya diminta oleh partner kelas untuk mengkomunikasikan kepada Kepala Sekolah terkait keadaan yang saya alami. Namun saya mengurungkan diri, dan berpikir kembali bahwa saya tidak akan menyerah menjadi guru di Nurul Islam. 1 semester menjadi pengalaman yang tidak pernah saya lupakan, karena di saat itu saya sendiri sedang melawan rasa menyerah menjadi guru.
Setahun berlalu, saya mulai menikmati menjadi di Nurul Islam dengan segala pembelajaran dan kegiatan. Saya semakin mulai memahami karakter anak-anak, mulai mengerti dengan perlakuan apa yang harus diberikan bila anak didik melakukan kesalahan dan lain sebagainya. Benar bila ada pepatah yang menyampaikan bahwa pengalaman adalah guru yang sangat berharga karena dengan pengalaman setahun itu saya bisa menjadi lebih baik dalam mengajar anak-anak. Teori-teori yang dulu saya pelajari sewaktu kuliah hanya sedikit yang saya praktekkan ketika mengajar. Justru ketika mengajar langsung saya semakin banyak belajar tentunya belajar dari guru yang lain dan dari anak-anak.
Tahun ini tahun keempat saya di Nurul islam. Tahun pertama saya mendapat amanah mengajar di kelas 2, tahun kedua saya mendapat amanah lagi di kelas 2, tahun ketiga saya mendapat amanah di kelas 3 dan tahun keempat  ini saya mendapat amanah mengajar di kelas 1. Sewaktu mendapat amanah mengajar di kelas 1 saya senang karena mereka masih baru di Nurul Islam jadi akan lebih mudah mendidiknya. Pertemuan awal dengan anak-anak kelas 1 membuat saya harus mengenal 28 anak dengan karakteristik yang berbeda. Ada anak yang setiap harinya usil dengan teman-temannya, ada yang suka bertanya, ada yang susah diberitahu dan lain-lain. Memang pada tahun sebelum-sebelumnya saya sudah menemui berbagai karakter anak yang berbeda maka dari itu dari pengalaman sebelumnya saya bisa mengatasi anak-anak di kelas 1.
Mendidik dan mengajar di kelas 1 itu sebenarnya sangat menyenangkan. Selain mereka masih lucu-lucu karena baru lulus dari TK, mereka juga masih baru di SD sehingga menanamkan aturan sangat mudah. Dari ilmu mendidik yang pernah saya pelajari untuk kelas 1 sangat penting untuk menanamkan kecintaan kepada Allah, kecintaan kepada Rasul dan kecintaan terhadap Adab. Anak-anak yang di didik seperti itu maka ia akn menjadi pribadi yang sholih. Pribadi yang ketika besar tidak hanya cerdas pikiran tetapi juga cerdas dalam menjaga adab. Seorang guru pasti mempunyai keinginan bahwa anak didiknya ketika tumbuh besar menjadi anak didik yang menjunjung tinggi adab, yang berakhlak mulia, yang kepintarannya tidak membuatnya sombong justru kepintarannya dapat menjadi manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Guru, profesi yang menuntutnya harus terus belajar. Ya, memang dan harus seorang guru itu terus belajar, belajar dan belajar. Melalui media apapun, mau itu seminar, workshop, membaca buku, membaca referensi internet dan lain sebagainya karena yang namanya guru itu pasti akan bertemu dengan karakter anak yang berbeda. Apalagi bila mengajar di Nurul Islam yang setiap tahunnya guru di rolling untuk mengajar kelas yang berbeda dari tahun sebelumnya.
Tahun ini saya pun masih belajar, belajar menjadi guru yang lebih baik lagi. Tidak hanya dengan teori, dengan pengalaman tetapi juga menghadirkan hati. Hati yang lembut, yang mendidik dengan kasih saying karena nasihat yang baik lahir dari hati yang tulus maka akan sampai pada anak didik, pun sebaliknya hati yang keras tidak akan sampai nasihatnya kepada anak didik. Semoga dengan terus belajar membuat kita semakin lebih baik dalam mendidik anak-anak. Aamiin.



Share

You may also like

Tidak ada komentar