Penulis : Jauharotul Farida, S.Pd.Si
Sudah sejak kemarin dapat pesan
dari salah satu wali murid, jika anaknya mogok tidak mau ikut outbound. Kita
sebut saja siswa R. Alasannya seperti kebanyakan siswa kelas satu yaitu takut.
Dua kali kegiatan outbound, siswa R ini memang selalu menangis. Outbound
pertama di bulan Agustus, permainan high impactnya adalah panjat dinding. Saat
itu adalah pengalaman pertama semua kelas satu SDIT Alam Nurul Islam mengenal
outbound di sekolah. Siswa naik dinding dengan memakai alat pengaman. Saat itu siswa
R belum terlihat mau nangis dan masih enjoy. Satu panjatan batu di dinding
berhasil dilalui, dan .... huaaaaaa, meledaklah tangisnya saat diminta naik ke panjatan
batu yang kedua. Awalnya pelan tangisnya, lama kelamaan semakin keras dan ketakutan.
Mamanya dipanggil panggil. Akhirnya permainan itu diselesaikannya, meskipun setelah
dibantu instruktur sedemikian rupa. Menangis? Ya jelas tambah keras ... tapi
dia jadi tahu bahwa pantang menyerah jika sudah naik. Outbound kedua bulan
September, high impactnya adalah turun tebing. Siswa R ini lagi lagi menangis
keras. Kali ini lebih keras nangisnya, karena harus turun menggunakan tali dari
ketinggian tertentu. Hal yang sama terulang seperti outbound pertama yaitu menangis
dan memanggil mamanya. Instrukturnya harus menunggu lama dan membujuk
sedemikian rupa. Akhirnya mau tidak mau diturunkan paksa dengan pengamanan
tertentu, meskipun tetap saja menangis. Dan kemarin muncullah pesan dari
mamanya, bahwa anaknya mogok ikut outbound. Bukan masalah jatuh atau terluka,
tapi ketakutan menghadapi permainanlah yang membuatnya enggan berangkat. Nyalinya
masih belum muncul dan ketakutan dari rumah masih mendominasi. Saat mamanya
menyampaikan pesan tersebut, saya mencoba memberi motivasi bahwa besok
outboundnya menyenangkan yaitu berenang di sungai. Siswa R ini mulai berbinar matanya mendengar kata
berenang. Akhirnya hari outbound ketiga (bulan Oktober) pun tiba. Siswa R sudah
mau berangkat. Saat instruktur menyampaikan bahwa permainan outboundnya adalah
ke sungai, ia mulai tambah percaya diri.
Dia mau mengikuti permainan low impact (karapan sapi) dan fun game (sarung
beralih) dengan baik. Bahkan mau ditunjuk jadi pemimpin.
Beda lagi kasusnya dengan siswa
kelas 1c juga, kita sebut saja Princess. Pertama kali mengikuti outbound Princess
dihadapkan pada permainan high impact panjat dinding. Ketakutan luar biasa
membuatnya menangis dan ngambek tidak mau ikut outbound lagi. Saya pikir, pasti
di outbound kedua nanti juga sama. Princess akan nangis dan takut. Ternyata
kenyataannya berbalik 180 derajat. Tidak ada lagi tangisan dan ketakutan. Princess
terlihat selalu tersenyum, berani, dan enjoy saat mengikuti permainan high
impact yaitu turun tebing. Begitupun di outbound yang ketiga, Princess mampu
bergelayutan di ban bekas yang digantung di bawah jembatan. Katanya ke saya,
“aku sudah nggak nangis lagi kan ust?” wah anak hebat. Mampu menaklukkan
ketakutannya sendiri. Setelah saya telusuri, ternyata dia tidak mau dikatakan
cengeng oleh teman temannya. Pengalaman pertama saat mencoba panjat dinding,
ada teman yang mengatainya cengeng. Akhirnya di outbound yang kedua dia
buktikan jika dia tidak cengeng. Disamping itu, bentuk permainan outbound yang
menyenangkan membuatnya suka dan enjoy hingga akhir kegiatan.
Pengalaman selama 8 tahun saya
mengajar di SDIT Alam Nurul Islam, outbound adalah kegiatan rutin yang harus
diikuti oleh semua siswa. Mulai dari kelas satu hingga ke kelas selanjutnya. Kelas
satu adalah level kelas yang kebanyakan siswanya masih awam dengan kegiatan
outbound. Tak jarang dijumpai siswa kelas 1 yang takut, menangis, dan belum
mandiri. Baju ganti harus sering diingatkan untuk diberi nama supaya tidak
tertukar, memakai baju pun harus sering didampingi karena beberapa anak masih
belum bisa pakai sendiri, begitu juga saat semua selesai mandi, para guru harus
menyisir barang apa saja yang tertinggal dan mencari pemiliknya. Alhamdulillah
melihat mereka di kelas 6, semua itu sudah berubah. Siswa yang penakut di kelas
satu sudah jadi pemberani sekarang. Siswa yang dulu cengeng sudah tidak mudah
nangisan lagi. Siswa yang suka teledor dengan barang barangnya sudah tampak
rapi dan telaten dengan barang miliknya sendiri. alhamdulillah
Seperti halnya kakak kelasnya yang
sekarang sudah lulus, kita sebut saja mas V. Ia termasuk siswa yang mudah
menangis dan takut mengikuti kegiatan outbound. Tapi seiring berlalunya waktu
dan keharusan mengikuti outbound di level kelas selanjutnya, ternyata
kenyataannya berbeda. Mas V bukan lagi anak yang cengeng, tapi berubah menjadi
anak yang pemberani dan tidak pantang menyerah.
Begitu juga kakak kelas lainnya,
kita sebut saja mas B. Dulu di kelas satu, mas B ini terkenal anak yang tidak
mau pisah dengan mamanya saat diantar ke sekolah. Hampir satu semester dia
selalu ditunggui mamanya di pagi hari. Outbound jarang mau ikut. Alasannya
takut. Di semester kedua mulai mau ditinggal mamanya, meskipun dengan acara perpisahan
sedemikian rupa. Barulah mau masuk ke kelas setelah mama tak terlihat lagi di
kejauhan. Alhamdulillah kegiatan outbound sudah mau ikut. Meskipun awalnya cuma
nonton. Teman dekatnya mas B saat itu
adalah mas H. Dua anak ini punya tipe yang berbeda sebenarnya, tapi klop satu
sama lain. Awalnya sama sama tidak mau outbound. Lama kelamaan mereka mencoba
dan suka.
Dalam satu kegiatan outbound, ada
4 kegiatan yaitu fun game, low impact, high impact, dan kepanduan. Fun game
adalah kegiatan pra outbound untuk memecah ketegangan dan membuat siswa enjoy
memasuki permainan outbound selanjutnya. Jika fun gamenya menyenangkan bagi
siswa maka siswa akan enjoy untuk kegiatan selanjutnya. Di kegiatan ini memupuk
kerjasama/team work, konsentrasi, memahami perintah, dan lain sebagainya.
beberapa contoh fun game yang
sudah dilakukan adalah permainan guru berkata. Dalam permainan ini siswa
diminta untuk melakukan perintah asalkan ada “embel-embel” kata di depannya
“guru berkata – silakan lakukan ....berikut”. nah barulah siswa melakukannya.
Jika tidak ada “embel-embel” kata di depannya “guru berkata ....” maka siswa
tidak boleh melakukan sesuatu atau diam saja. jika bergerak maka dapat coretan.
Banyak siswa yang masih belum konsentrasi
dalam hal ini. Setelah melalui beberapa tahapan akhirnya yang kena
coretan semakin berkurang. banyak siswa yang beberapa kali terkena coretan di
pipi oleh instruktur. Disamping masih suka ngobrol sendiri, juga kadang belum
memahami perintah dengan baik.
Fun game lainnya yang pernah
dilakukan yaitu permainan sarung beralih. Permainan ini melatih kerjasama tim, ketangkasan
dan pantang menyerah. Siswa diminta untuk membentuk lingkaran besar dan saling
bergandengan tangan tidak boleh putus. Ada satu sarung yang ditaruh disalah
satu siswa. Sarung ini harus dapat berpindah/beralih dari satu siswa ke siswa
lainnya dan tidak boleh putus pegangan tangannya. Ada juga siswa yang termasuk
lama dalam memindahkan sarung ini ke temannya. Sarung malah terkesan muter
muter aja di tubuhnya. Teman temannya geregetan karena waktu hampir habis.
Akhirnya siswa ini pun dapat menyelesaikannya dengan tuntas. Alhamdulillah
Outbound yang meyenangkan akan
diikuti oleh siswa dengan enjoy pula. Karakter siswa juga sedikit demi sedikit
terbentuk dan semakin kuat. Yang awalnya takut jadi pemberani. Yang awalnya
belum tangkas jadi trengginas. Yang awalnya belum mandiri jadi mandiri. Memang
itulah harapan kita semua. Siswa terbentuk karakternya melalui outbound yang
menyenangkan
Tidak ada komentar
Posting Komentar