By : Apri Hartati
Sejak tahun 2006 awal pertama bergabung di SDIT Alam Nurul Islam
baru sekali saya mengajar di kelas bawah, selebihnya dapat amanhnya di kelas
atas. Dan paling lama di kelas 5. Mengajar di kelas atas tentunya siap dengan
segala permasalahan anak di kelas sebelumnya. Dengan segala warisan
permasalahan dan ketidaktuntasan dalam pembelajaran.
Berawal dari pembagian tugas mengajar, saya mendapat amanah mengajar
di kelas 5A di tahun ajaran 2017/2018 yang sekarang siswanya sudah kelas 6.
Saya masih ingat ketika raker saya dan ust Santo dicari ustd Win (ustdnya
ketika kelas 4) untuk bertemu dengan salah satu wali murid yang akan
menyerahkan surat komitmen/pernyatan kontrak belajar, karena ada salah satu
murid yang naik kelas dengan syarat. Bertemulah kami di kelas 1A dengan seorang
Ibu yang menceritakan tentang permasalahan anak dan keluarganya hingga terbawa
perasaan sampai keluarlah air mata Ibu tersebut.
Saya baru menyadari ternyata saya mendapatkan amanah kelas yang di dalamnya
terdapat permasalah anak (trio anak waktu itu Faqih. Fauzan dan Rafi) yang
belum terselesaikan. Langkah awal saya mencari informasi tentang permasalah
ketiga anak tersebut melalui ust ustd di kelas sebelumnya dan ustd Nanda
sebagai psikolog sekolah. Bersama ustd Nanda, kita membahas langkah-langkah
dalam menuntaskan permasalahan ini mengingat mereka sudah kelas 5 yang akan
naik ke kelas 6 yang nantinya akan lebih focus ke akademik. Akhirnya kita
sepakat untuk menuntaskan permasalah ini di kelas 5.
Selanjutnya kita mengundang orantua dari siswa tersebut. Waktu itu
di aula saya, ust Santo, ustd Nanda dan Ibu dari ketiga siswa tersebut. Di awal
ust Santo menyampaikan maksud diadakannya pertemuan, kemudian ustd Nanda
menyampaikan hasil tindakannya sebagai psikolog waktu dikelas 4, selanjutnya
satu persatu tiap Ibu menyampaikan kelebihan, permasalahan dan harapannya tentang putranya masing-masing. Suasana
menjadi haru karena tetesan air mata dari Ibu-Ibu tersebut. Setelah pertemuan
ini selesai ternyata Ibu-Ibu masih ingin berbicara lebih lanjut dengan ustd
Nanda. Kemudian kami membuat grup Whaatsap.
Di grup whaatsap inilah komunikasi kami makin lancar, apapun
permasalahan, perkembngan anak kita sampaiakn di grup. Selanjutnya kita
menjalankan program homevisit. Perlu waktu hampir 2 pekan untuk saya membuat
janji dengan Ibunya mas Fauzan (perawat) hingga akhirnya sampailah saya di
rumah mas Fauzan. Didapat informasi bahwa selain ikut SSB, mas Fauzan juga les
di waktu sore semiggu 3x. Terlihat dari
hasil evaluasi nilainya meningkat. Mas Fauzan jadi tambah percaya diri apalagi
setelah saya mendapat info dari ustadz Suwandi (ust yang mengajar ekstra adzan) bahwa Fauzan
adzannya bagus. Tapi masih belum PD ikut lomba adzan.
Kemudian beralih ke mas Faqih. Di kelas 5 mas Faqih masih sering
datang terlambat dan tidak mengerjakan tugas-tugas. Ada saja alasannya, setelah
dikomunikasikan dengan orangtua memang alasannya kadang benar kadang mengada
ada. Mas Faqih tipe anak yang keras, kalau dimarahi malah cuek. Dengannya harus
tenang, dielus kepala atau punggungnya kemudian diajak bicara, baru dia mau
mengungkapkan kemauannya. Secara akademik bagus, hanya saja dia suka sibuk
sendiri ketika belajar di kelas, sehingga tidak paham, kemudian saya harus
menjelaskan secara individu dengannya baru dia paham.
Terakhir mas Rafi, ini anak yang paling unik, menggemaskan dan lucu.
Dengannya nggak bisa marah, adanya malah ketawa terus. Secara akademik sangat
berbeda dengan teman-temannya, setiap evaluasi pasti perbaikan karena banyak soal
yang kosong tidak diisi. Ketika belajar di kelas sering tidur, kadang tidur
pura-pura kadang tertidur benar. Kalau saya bilang, mas Rafi ustd foto ya
dikirim ke Ibu. Kalau tidurnya pura-pura pasti langsung bangun. Sholatnya juga
belum 5 waktu terutama Isya dan Subuh. Qiroatinya juga masih jauh tertinggal.
Seperti tidak ada motivasi dalam belajar di sekolah, tapi sangat semangat
ketika bermain bola. Kesamaan ketiga anak ini memang dalam hal sepak bola. Dan
mas Rafi ini sudah mulai suka dengan lawan jenis. Inilah dinamika anak-anak di
eklas atas. Pernah suatu hari ia memberikan coklat kepada anak putri, tapi
melalui temannya karena ia tidak berani. Pernah juga meminta temannya
menggambar dua anak putra putri yang saling suka dan diberi nama teman sekelasnya.
Saya diskusikan hal ini dengan ustd Nanda, hasilnya adalah akan
diadakan tes psikologi untuk mas Rafi. Kemudian saya home visit ke rumahnya.
Lucunya ketika saya menanyakan mas Rafi di mana. Ibunya bilang nggak ada di
kamar, mungkin ke tempat simbahnya. Nggak sengaja mata saya melihat bayangan di
balik tirai jendela kamar seperti ada bayangn. Saya bilang ke Ibunya. E…
ternyata waktu dilihat di kamar mas Rafi sembunyi di balik pintu, kemudian
mengintipku lewat tirai jendela. Lucu sekali memang anak ini Saya jadi ingat
waktu dulu homevisit di rumah muridku Didin namanya. Selama saya di rumahnya
kurang lebih satu jam. Didin sembunyi di dalam lemari baju dengan membawa
senter. Kemudian Ibunya banyak bercerita mengenai mas Rafi yang belum berani
tidur sendiri, ke kamar mandi sendiri bahkan sholat sendiri. Mau tidur di
kamarnya sendiri asal ada TV dan banyak hal lainnya.
Akhirnya kita sepakati beberapa hal yang akan kita lakukan. Pada
intinya kita menargetkan SIP nya dulu bukan akademiknya. Terutama sholat 5 waktunya
dan BTAQ nya. Dibuatlah muthabaah khusus untuk mas Rafi. Dan dicarikan ust
untuk mengajar BTAQ tambahan ( dengan ust Imam). Hasi tes psikologi sudah ada
maka diadakanlah konsultasi dengan kedua orangtuanya. Di sinilah yang paling
susah, untuk menentukan waktu pertemuannya.
Dari ketiga anak ini dan orangtuanya saya belajar banyak hal.
1.
Orang tua sangat memanjakan
anaknya dengan memberikan semua keinginannya tanpa syarat atau perjuangan
sebelumnya dengan alasan kasihan teman-temannya juga sudah punya.
2.
Orangtua langsung percaya
cerita dari anaknya tanpa mencari kebenarannya, padahal kadang anak
berbohong pada orangtuanya untuk mencari
posisi aman
3.
Kedua orangtua kerjasama dalam
mendidik anak, karena pendidikan anak adalah tanggungjawab kedua orangtua bukan
hanya tanggung jawab Ibu saja
4.
Dengan homevisit saya
mendapatkan lebih banyak informasi tentang siswa, sehingga saya bisa lebih
memahaminya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar