Penulis : Muhammad Ariefuddin
Menjadi guru kelas 1 adalah kali pertama
kualami selama 11 tahun mengajar di SDIT Alam Nurul Islam. Guru kelas 1 konon
tantangannya adalah menuntaskan soal kemandirian siswa. Menuntaskan kemampuan
membaca, tulis dan hitung. Bersabar dengan proses adaptasi siswa di sekolah
dengan lingkungan dan cara belajar baru. Meksipun sebenarnya setiap guru itu
mempunyai tantangannya sendiri-sendiri. Banyak orang mengira menjadi guru kelas
atas itu lebih enak dan ringan. Karena anak-anaknya sudah mandiri belajar dan
memenuhi kebutuhannya sendiri. Tapi, dinamika baru mulai timbul. Proses
pubertas siswa disertai dengan perubahan perilakunya. Pergaulan sudah mulai
bergrup-grup. Ketertarikan lawan jenis mulai tumbuh. Pengakuan akan eksistensi
diri menjadi kebutuhan. Jika tidak terdampingi dengan benar, dinamika itu
berpotensi melahirkan perilaku yang cenderung untuk melanggar norma dan tata
aturan.
Observasi kelas dirasa cukup, langkah berikut
yang ditempuh adalah observasi di rumah. Kegiatan Home Visit pun kami lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan indormasi
dan data pelengkap. Di rumah kami diterima kedua orang tua Rama dengan baik.
Kedua orang tuanya menyiapkan kehadiran kami dengan baik. Keduanya orang tuanya
berprofesi sebagai dosen. Ibu menjadi dosen di perguruan tinggi di Jogja.
Sedangkan ayah menjadi dosen di Salatiga. Setiap Senin sampai Rabu di Salatiga.
Rabu sampai Kamis pulang ke rumah. Nanti Kamis ke Salatiga lagi. Baru Sabtu dan
Ahad di rumah. Sehingga praktis yang paling banyak membersamai Rama adalah sang
ibu. Rama mempunyai kakak perempuan kelas 6. Karena kesibukan orang tua,
terkadang Rama difasilitasi dengan mainan. Termasuk diperbolehkan mengakses Youtube. Saat itu kami melihat Rama baru
melihat Youtube. Nampak berbeda
sekali perilakunya saat melihat Youtube.
Respon cepat dengan video yang sedang diputar. Terutama video dengan musik dan
nyanyian. Video yang ditonton dominan berupa film kartun. Bahkan, sesekali
dengan sambil tertawa, Rama menyebut salah satu karakter di video yang
ditontonnya. Menyebutkan ibu atau saya seperti salah satu karakter dalam film
kartun yang ditontonnya. Rupanya, Rama suka akan hewan peliharaan. Di samping
rumahnya terdapat kandang yang dihuni oleh beberapa hewan piaraan. Ayam, angsa,
bebek dan kambing. Kami diajak melihat hewan piarannya. Dari cerita orang tua
dan cara ia memperlakukan hewan piaraannya, terlihat Rama memang menyukai
sekali aktivitas memelihara hewan tersebut. Bukan semata moody saja. Terlihat beberapa hewan hingga sampai beranak banyak.
Beberapa hewan dibeli dari uang Rama yang dikumpulkan sendiri dari tabungannya.
Bahkan sudah mempunyai rencana untuk memiliki Sapi.
Dua data dari hasil home visit itu menjadi informasi penting kami dalam melakukan
pendekatan terhadap Rama. Tontonan dan Hewan piaraan. Kami coba membuat contoh
materi pembelajaran yang mengandung unsur tontonan film, nyanyian dan hewan.
Respon Rama masih sama. Diam. Kebetulan di kelas ada satu anak yang suka sekali
dengan dunia hewan. Selalu yang diceritakan adalah Dinosaurus, Tyrex dan
sebangsanya. Hewan-hewan liar. Suatu ketika, saat istirahat, kami jumpai si
anak tersebut bermain di perpustakaan dengan Rama. Mereka berdua sedang
membuka-buka buku. Sewaktu kami lihat, ternyata buku tentang hewan. Yang
membuat takjub, Rama nampak senang dan ngobrol disertai tawa dengan anak satunya
yang sedang bersemangat bercerita tentang hewan yang ada di buku tersebut.
Fenomena ini membuat kami takjub. Ternyata topik hewan menjadi pemicu respon
positif bagi Rama. Di kelas, kami coba libatkan anak yang tadi ngobrol tentang hewan dengan Rama.
Terutama hewan kesukaanya. Si anak responnya bersemangat berkomentar. Dan
rupanya Rama ikut juga menunjukkan respon. Meski hanya dengan senyum kecil.
Matanya tidak kosong lagi. Terus kegiatan seperti itu diulang dengan modifikasi
lain. Rama semakin menunjukkan positif responnya.
Kebetulan sekolah kami ada kerjasama dengan
Fakultas Psikologi UGM setiap tahun. Programnya adalah pendampingan siswa yang
‘bermasalah’ untuk dilakukan treatment
penyembuhannya. Rama masuk dari salah satu siswa yang didampingi. Dari
observasi dan tes psikologi menunjukkan hasil bahwa Rama masuk pada anak yang
mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata. Awalnya kami tidak percaya tes
tersebut. Karena menurut kami, Rama hanya lemah di perhatian dikarenakan
perlakuan orang tua yang sibuk di rumah. Apalagi adanya respon positif dengan
melakukan perlakuan dari yang merupakan kesukaan Rama. Tes terhadap Rama
dilanjutkan. Hasilnya cukup mengejutkan. Rama didiagnosis sebagai anak gejala
Autis. Orang tuanya sempat berdiskusi dengan kami. Kami tetap berpegangan bahwa
Rama normal. Dia hanya butuh pendampingan khusus. Oleh orang tuanya, Rama
diteskan di psikolog lain. Dan hasilnya, Rama baik-baik saja. Hanya gangguan
perhatian. Rekomendasinya, Rama jangan diberi beban, terutama belajar. Biarkan
dia melakukan dari yang menjadi kesukaannya.
Waktu berlalu, perlakuan dengan hal yang
disukai Rama selalu dilakukan. Hewan dan musik, nyanyian. Kami tidak mentarget
terlalu tinggi untuk akademik Rama. Hafalan termasuk juga. Karena saat belajar
hafalan, nampak Rama mengalami kesulitan dalam pengucapan ayat. Namun, sungguh
mengejutkan. Rama berhasil menyetorkan hafalan surah An-Naba yang mempunyai 40
ayat. Dan itu tuntas dilakukan. Orang tuanya juga terkejut. Karena sewaktu di
rumah, pendampingan belajar hafalan Rama juga tidak terlalu ditekan. Namun,
hasilnya di luar dugaan. Beberapa kemampuan diri mulai nampak dilakukan secara
mandiri. Seperti mencuci piring, memakai baju sendiri. Meski untuk mandi masih
perlu bantuan. Untuk materi Rukun Iman, Rama juga hafal. Karena ustadzah
penyampaiannya dilakukan dengan bentuk nyanyian. Kemampuan membaca dan
berhitungnya menunjukkan perkembangan semakin baik. Orang tuanya mendukungnya
dengan les privat di rumah. Masih butuh pendampingan dalam menyelesaikan soal
meski akhirnya tuntas dikerjakan. Kami optimis perkembangan Rama ke depan
semakin baik. Praktis dalam waktu 2 bulan perkembangan Rama menunjukkan hasil
signifikan. Yang hal tersebut menambah keyakinan orang tua Rama untuk
bersemangat mendampingi Rama di tengah kesibukan pekerjaannya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar